Soal Gotong Royong yang Tak Perlu Diingatkan kepada Warga Indonesia
Presiden Joko Widodo (Foto: Twitter @jokowi)

Bagikan:

JAKARTA - Untuk melawan pandemi virus corona atau COVID-19 di Indonesia, pemerintah meminta agar masyarakat bisa gotong royong saling membantu bahkan terhadap mereka yang tengah menjalankan isolasi mandiri.

Namun, ada hal yang lebih penting dilakukan oleh pemerintah untuk melawan penyebaran COVID-19 daripada mengingatkan masyarakat melaksanakan gotong royong. Apalagi gotong royong adalah yang hal sudah menjadi kebiasaan rakyat Indonesia.

Sebelum rapat terbatas terkait COVID-19, Presiden Joko Widodo sempat mengingatkan masyarakat untuk menumbuhkan sikap gotong royong dan saling tolong menolong. Sikap semacam ini, kata dia, sangat dibutuhkan dalam menghadapi situasi di dalam negeri saat ini.

“Bahwa gotong royong, partisipasi membantu itu bisa ditumbuhkan dari bawah dan ini penting sekali,” kata Jokowi sebelum memimpin rapat terbatas, Senin, 13 April.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mencontohkan sikap gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Cimahi, Jawa Barat. Dia menyebut di wilayah tersebut ada sekelompok masyarakat yang saling membantu di tengah penyebaran COVID-19.

“Saya sangat senang sekali kemarin melihat misalnya di Cimahi. Kerukunan antar tetangga sangat baik. Yang positif diisolasi, tetapi tetangganya membantu,” ujar dia.

Jokowi menilai, sikap inilah yang sebenarnya lebih diperlukan daripada mengucilkan masyarakat lainnya disaat mereka menjalankan isolasi mandiri setelah dinyatakan bergejala atau bahkan dinyatakan positif mengidap virus corona.

“Hal-hal seperti ini, kegotongroyongan seperti ini, terus kita gaungkan sehingga benar-benar kalau ada isolasi mandiri, kalau ada pasien positif, yang ada di sebuah kampung, betul-betul bukan malah dikucilkan, tetapi kanan-kirinya bisa tolong-menolong,” kata dia.

Selain Jokowi, soal gotong royong ini juga disinggung oleh juru bicara penanganan COVID-19, Achmad Yurianto. Dalam konferensi persnya, dia mengucapkan rasa terima kasihnya kepada masyarakat yang sudah mau bergotong royong dan berpartisipasi memberikan sumbangan untuk menangani penyebaran virus tersebut.

Dengan niat gotong royong dan saling membantu, Yuri -sapaan akrab Yurianto- menyatakan saat ini tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 telah mendapatkan sumbangan dari masyarakat hingga mencapai Rp196 miliar.

“Terima kasih masyarakat Indonesia di manapun saudara berada di seluruh dunia. Ini menunjukkan kepada dunia bahwa gotong royong adalah nilai utama dari budaya kita, ini yang akan terus kita pertahankan karena sifat gotong royong inilah yang saat ini sedang diuji,” kata Yuri dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin, 13 April.

Dikutip dari ayosemarang.com, sejumlah warga di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta secara gotong royong membantu memenuhi kebutuhan satu keluarga yang terpaksa menjalani isolasi mandiri setelah ada seorang anggota keluarga mereka dinyatakan positif COVID-19. Bantuan berupa sembako dan kebutuhan lainnya diantarkan warga yang ditunjuk ke rumah keluarga yang tengah menjalankan aktivitas isolasi mandiri ketika dibutuhkan.

Selain itu di Yogyakarta, kejadian ini juga terjadi di Sawah Besar, Jakarta. Dikutip dari suara.com, warga memberikan bantuan bagi tiga anak yang terpaksa menjalankan isolasi mandiri setelah sang ayah meninggal akibat COVID-19 dan sang ibu kini dirawat di RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta setelah dinyatakan positif mengidap virus yang sama.

Secara swadaya, masyarakat memberikan bantuan berupa pemenuhan kebutuhan makan, minum, multivitamin, serta kebutuhan lain yang diperlukan oleh tiga anak tersebut.

Kemudian, bantuan lain juga kerap dibagikan secara mandiri oleh masyarakat untuk mereka yang terdampak secara langsung akibat penyebaran virus tersebut seperti para pengendara ojek daring, pedagang asongan, pemulung, pengemis dan lainnya. Pemberian bantuan ini bahkan lebih dulu dilakukan sebelum ada anjuran dari pemerintah.

Sehingga dari fakta tersebut, Jokowi dan jajarannya sebenarnya tak perlu khawatir lagi soal ujian gotong royong di tengah pandemi COVID-19. Hal ini diamini oleh Sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Tantan Hermansyah. Dia bahkan menyebut, imbauan gotong royong yang disampaikan Jokowi adalah hal basi dan tak perlu disampaikan sebab masyarakat kerap melakukannya.

“Anjuran ini bisa dikatakan basi. Karena filosofi gotong royong sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak dulu bahkan Bung Karno menjadikannya sebagai salah satu bagian dasar negara,” kata Tantan saat dihubungi VOI, Senin, 13 April.

Baginya, ada yang lebih penting daripada menyinggung hal sudah sering dilakukan masyarakat tersebut, yaitu mempersiapkan langkah-langkah melawan penyebaran virus corona di Indonesia.

“Ada hal besar lain yang sangat urgen dilakukan: mobilisasi besar-besaran untuk melakukan tes kepada masyarakat sehingga bisa dipetakan dengan detail siapa yang terkena virus COVID-19 dan bagaimana statusnya,” tegas sosiolog ini.

Pesan untuk bergotong royong, juga diartikan Tantan kalau pemerintah sudah mulai kedodoran dalam menghadapi penyebaran virus yang berasal dari Kota Wuhan, China tersebut. Sehingga, Jokowi ingin agar masyarakat bisa ikut bergabung melawan virus tersebut.

Meski begitu dia mengingatkan agar Presiden Jokowi tetap berjalan sesuai protapnya, yaitu mengkoordinasikan aturan antara kementerian dan membangun sistem yang baik di tengah masyarakat agar bencana COVID-19 bisa segera teratasi.

Sebab, gotong royong tak bisa menjadi alat untuk menyerah dari masalah yang harus dihadapi. Apalagi, menurut Tantan, gotong royong yang dianjurkan penguasa biasanya hanya menghasilkan solidaritas temporer atau sementara.

“Berbeda dengan solidaritas yang tumbuh karena masyarakat memang percaya pada anjuran untuk membantu sesama. Itu lebih melekat,” tutupnya.