JAKARTA – Sosok ayah sering kali dipandang sebelah mata dalam tumbuh kembang anak. Padahal, sudah banyak penelitian menyebut ayah memainkan banyak peran dalam sebuah keluarga.
Ayah lebih sering diidentikkan sebagai pencari nafkah, orang yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan materi keluarganya. Namun studi menunjukkan para ayah juga berperan dalam mengasuh, melindungi, bahkan teman bermain bagi anak-anak.
“Ayah memengaruhi perkembangan dan penyesuaian anak berdasarkan keberhasilan mereka dalam semua peran tersebut,” demikian dikutip Evergreen Psychotherapy Center.
Di banyak kesempatan, kita sering bicara tentang ibu sebagai figur keterikatan yang utama. Namun di momen perayaan hari ayah bulan ini, tepatnya 12 November, penting untuk mengingatkan kembali betapa ayah memiliki peran krusial dalam membangun keterikatan.
Permainan Fisik Ayah
Fakta bahwa ibu berperan penting di masa-masa awal kehidupan, karena ibu harus mengandung dan menyusui, memang tidak bisa dinafikan. Ibu diyakini memiliki insting dan kualitas yang menempatkan mereka dalam peran sebagai figur keterikatan utama, seperti kemampuan menyusui.
Lingkungan dan ekspektasi peran gender juga mendorong para ibu untuk lebih memperlihatkan anak mereka dibandingkan ayah.
Tapi belakangan, setidaknya dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat mulai menyadari bahwa ayah juga mampu merawat dan menyayangi anak-anak, seperti apa yang dilakukan ibu. Ini didukung dengan sejumlah penelitian dan observasi yang menunjukkan bahwa ayah merupakan figur keterikatan yang penting dalam sistem keluarga.
Penelian menunjukkan bahwa semakin banyak ayah terlibat dalam kehamilan dan persalinan, dan semakin cepat dia menggendong anaknya sesaat setelah lahir, semakin dia tertarik untuk melanjutkan keterlibatan positifnya bersama anak.
“Kepercayaan diri ayah meningkat saat ia menangani bayinya, dan seiring dengan munculnya naluri mengasuh anak, tingkat komitmennya juga meningkat,” lanjut pernyataan Evergreen Psychotherapy.
Ketika para ayah turun langsung mengasuh anak-anaknya, mereka cenderung berinteraksi, mengasuh, dan umumnya membesarkan anak-anak dengan kompeten. Bukannya ibu tidak kompeten membesarkan anak, namun menurut penelitian para ayah lebih mendorong anak mereka mengatasi tantangan fisik dan intelektual, bahkan melewati tanda-tanda frustrasi. Sedangkan ibu lebih cenderung membantu anak ketika rasa frustrasinya terlihat.
Penelitian menunjukkan ayah cenderung menghabiskan persentase waktu lebih besar untuk berinteraksi dengan anak melalui permainan dibandingkan ibu. Permainan ayah dan anak juga biasanya ditandai dengan interaksi yang lebih aktif dan merangsang, bahkan tidak jarang melakukan ‘permainan kasar’. Permainan-permainan seperti ini bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi dunia nyata yang penuh tantangan.
“Ayah cenderung melakukan lebih banyak pemainan fisik dibandingkan ibu. Aktivitas ini memiliki dampak yang cukup unik pada perkembangan sosial emosional anak, terutama anak laki-laki,” menurut penelitian Annabel Amodia-Bidakowska dan Clara Laverty yang bertajuk Father-child play: A systematic review of its frequency, characteristics and potential impact on children’s development.
“Melalui permainan fisik, anak belajar mengelola agresi dan respons emosional, serta bersiap menghadapi tantangan dan kecemasan di dunia yang lebih luas.”
Hubungan Ayah dan Anak Perempuan
Selain itu, penelitan menemukan bahwa bukan keterikatan ibu-anak, melainkan ayah-anak, yang dapat menurunkan screen time pada anak. Hal ini karena ayah lebih cenderung menginisiasi aktivitas fisik dalam keluarga sehingga menghindari anak tetap berdiam diri bersama gawai mereka.
Meski para ayah biasa dianggap sebagai pengasuh kedua, tapi mereka lebih dari sekadar ibu sekunder. Pentingnya peran ayah tidak bisa ditempatkan di urutan dua setelah ibu. Ayah memberikan rangsangan yang berharga, keceriaan, dan berfungsi sebagai batu loncatan menuju dunia luar.
Mereka, para ayah, memfasilitasi kemampuan anak, terutama anak laki-laki, untuk bergerak keluar dari orbit ibu. Mereka tak hanya memberikan teladan berharga untuk anak laki-laki, tapi juga bagi anak perempuan dalam hubungan mereka dengan pria di kemudian hari.
Sudah menjadi rahasia umum, sosok ayah adalah panutan utama anak perempuan dalam menjalin sebuah hubungan. Cara ayah memperlakukan pasangan menunjukkan kepada anak perempuan bagaimana mereka pantas diperlakukan.
Dengan demikian, menunjukkan rasa hormat, kebaikan, dan kesetaraan dalam hubungan menentukan standar harapan bagi anak peremuan di masa depan.
Dalam bukunya yang berjudul Always Daddy’s Girl, konselor dan penulis H. Norman Wright membahas masalah identitas wanita. Ia menulis bahwa hubungan perempuan dengan ayah adalah interaksi awal yang penting dengan gender maskulin.
BACA JUGA:
Ayah menjadi pria pertama yang perhatiannya ingin didapatkan para anak perempuan. Ayah adalah pria pertama yang menggodanya dan memeluknya. Ayah juga menjadi pria pertama yang menganggap seorang perempuan sebagai sosok istimewa.
“Semua pengalaman bersama ayah ini penting untuk memelihara elemen yang membuat seorang perempuan berbeda dibandingkan perempuan lain,” tulis Wright.