JAKARTA – Pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Joko Widodo di Solo beberapa waktu lalu kental dengan nuansa politik. Analis politik Andriadi Achmad menyebut pemerintahan Prabowo masih membutuhkan mentor Jokowi.
Prabowo menyambangi kediaman Jokowi di Kelurahan Sumber, RT 4 RW 7, Kecamatan Banjarsari, Solo, pada Minggu (3/11/2024). Hanya sekitar 15 menit mantan Menteri Pertahanan ini berada di sana, sebelum keduanya menuju ke Angkringan Omah Semar di Kelurahan Jajar, Kecamatan Laweyan.
Makan malam antara Prabowo dan Jokowi berlangsung tertutup, mereka bahkan enggan mengungkapkan secara gamblang makna pertemuan akhir pekan lalu itu. Setelah bertemu selama kurang lebih satu jam, Prabowo sempat menjawab beberapa pertanyaan wartawan. "Ngobrolnya masalah ini dan itu," kata Prabowo sembari tertawa saat menjawab pertanyaan awak media.
Meski hubungan Prabowo dan Jokowi sempat memanas pada Pilpres 2014 dan 2019, namun hubungan mereka mencair setelah eks Wali Kota Solo itu mengangkatnya sebagai Menteri Pertahanan periode 2019-2024.
Hubungan mereka makin lekat dan beberapa kali terlihat bertemu di luar pertemuan resmi. Sepanjang 2024 saja, mereka terlihat enam kali bertemu. Mulai dari makan bakso bareng di Magelang sebelum Pilpres 2024, sampai makan malam di Plataran, Gelora Bung Karno, sebelum Jokowi purnatugas.
Teranyar, mereka juga bertemu dan mengadakan makan makan di sebuah angkringan di Solo. Ini menjadi pertemuan pertama dengan status Prabowo sebagai presiden sedangkan Jokowi merupakan mantan presiden.
Jokowi Jadi Mentor Prabowo
Dalam kesempatan tersebut, Prabowo memang mengaku obrolannya di angkringan langganan Jokowi tidak terkait politik. Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan Prabowo sudah berjanji menemui Jokowi di Solo.
"Pak Prabowo memang berjanji setelah Pak Jokowi berdiam di Solo, beliau akan menengok Pak Jokowi dan beliau memenuhi janjinya," kata Muzani.
Dia menyatakan, pertemuan tersebut hanyalah silaturahmi kekeluargaan biasa. Selain itu, Prabowo juga ingin tahu kegiatan eks presiden RI itu usai kembali ke kampung halamannya.
"Dan bagaimana kegiatan Pak Jokowi selama di Solo. (Pertemuan) Itu hanya silaturahmi biasa. Kekeluargaan," ujarnya.
Direktur Eksekutif Nusantara Institute Political Communication Studies and Research Center (PolCom SRC) Andriadi Achmad menilai tidak ada yang berlebihan ketika Presiden Prabowo Subianto menemui Jokowi sebagai mantan presiden.
Hal ini, kata Andriadi, selain dilakukan dalam rangka silaturahmi, tentu ada muatan politik atau lainnya.
BACA JUGA:
“Masa pemerintahan Prabowo-Gibran baru seumur jagung, sehingga masih memerlukan mentor Jokowi dalam melangkah ke depan,” kata Andriadi kepada VOI.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Jokowi memberikan dukungan kepada pasangan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024. Pasangan ini pun berkomitmen melanjutkan program-program pemerintahan era Jokowi.
Pertemuan terbaru keduanya di Solo, menurut Andriadi, merupakan sinyal positif bagi keberlanjutan program Jokowi.
“Kita berharap ke depan, estafet kepemimpinan di Indonesia tidak dibumbui dengan kebencian dan dendam politik,” tuturnya.
“Karena bagaimanapun secara tersirat pemimpin baru masih membutuhkan petunjuk dan bimbingan dari pemimpinan sebelumnya. Sehingga terjadi keberlanjutan dalam program-program kerja yang belum terselesaikan,” imbuh Andriadi.
Menunjukkan Hubungan Dinamis
Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Solo untuk menemui Presiden Ketujuh Jokowi terjadi di masa-masa kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 yang akan digelar pada 27 November. Tak heran jika kemudian pertemuan keduanya dikaitkan dengan Pilkada. Meski demikian menurut Andriadi, saat ini Jokowi tidak memiliki pengaruh besar dalam Pilkada walau menantunya, Bobby Nasution, maju di Pemilihan Gubernur Sumatra Utara.
“Kalau berbicara pengaruh Jokowi di pilkada bisa saja ya, tapi khususnya pilkada Jateng atau Jakarta, mengingat beliau berasal dari Jateng dan mantan Gubernur Jakarta,” tutur dosen di Universitas Al Azhar Indonesia ini.
“Kalau untuk pilkada daerah-daerah lain sepertinya tidak signifikan pengaruh Jokowi,” kata Andriadi lagi.
Sementara itu, pengamat komunikasi politik Hendri Satrio menyebut pertemuan di Solo bukanlah pertemuan biasa, namun menunjukkan adanya hubungan dinamis antara kedua tokoh itu. Ia menyebut, pertemuan tersebut juga menunjukkan adanya strategi-strategi politik yang dibahas.
"Mungkin bisa saja bahas Pilkada, bahas kabinet, atau mungkin juga ngobrol soal Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) yang baru saja dibentuk," kata pria yang akrab disapa Hensat ini.
Soal tudingan publik bahwa Prabowo masih berada di bawah bayang-bayang Jokowi, Hendri yakin pria kelahiran 1951 ini merupakan pemimpin yang berdaulat tanpa dipengaruhi pemimpin-pemimpin sebelumnya.
"Saya masih memberikan kesempatan kepada Pak Prabowo untuk terus menjalankan kabinetnya, pemerintahannya sampai 100 hari ke depan," kata dia.
Terlepas dari apa pun tujuan pertemuan Prabowo Subianto dengan Jokowi, Andriadi Achmad memberi acungan jempol atas sikap kebangsaan yang ditunjukkkan keduanya, mengingat mereka pernah dalam hubungan yang tidak baik sebelumnya.
“Sowan kebangsaan Presiden Prabowo ke mantan Presiden Jokowi adalah tradisi yang perlu diapresiasi. Artinya kepemimpinan baru tidak begitu saja mengabaikan kepemimpinan sebelumnya,” pungkas Andriadi.