Bagikan:

JAKARTA – Kasus pengendara mobil yang arogan di jalanan kembali terulang. Pelat militer masih dianggap sebagai pelat sakti yang memungkinkan pengendara berbuat seenaknya di jalanan. Benarkah demikian?

Pada 12 April 2024, viral di media sosial yang menunjukkan seorang pengemudi mobil Toyota Fortuner berpelat dinas militer bersikap arogan terhadap pengguna jalan lain di Tol Cikampek. Kejadian tersebut berawal dari mobil Fortuner hitam yang dikemudikannya menyerempet sebuah mobil berwarna putih.

Keduanya sempat terlibat adu mulut dan pengendara mobil putih menanyakan identitasnya karena menggunakan nomor dinas militer 84337-00. Ia awalnya mengaku sebagai anggota TNI, tapi kemudian berubah dengan mengatakan mempunyai kakak seorang jenderal bernama Tonny Abraham.

Setelah diselidiki ternyata pelat tersebut milik Marsekal Muda TNI Asep Adang Supriyadi. Namun, guru besar di Universitas Pertahanan ini mengatakan mobil dinasnya bukan Fortuner tapi Pajero Sport. Ia pun melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya.

Pria berinisial PWGA tersebut akhirnya ditangkap di kediamannya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (16/4/2024). Setelah dilakukan pemeriksaan, PWGA ternyata bukan anggota militer, melainkan masyarakat sipil yang berpofesi sebagai pengusaha. Ia mengaku menggunakan pelat militer TNI untuk menghindari ganjil genap.

Meningkatkan Kepercayaan Diri

Insiden pengendara arogan di jalan raya karena merasa memakai pelat nomor sakti sudah sangat sering terjadi. Memakai atribut tertentu saat berkendara, seperti contohnya pelat militer dinilai dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang di jalan raya. Sehingga tidak jarang pengendara bersikap arogan karena pelat sakti yang digunakannya.

Hal ini diungkapkan instruktur dari Road Safety & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu. Ia mengatakan, banyaknya kasus pengemudi arogan dilatarbelakangi perasaan lebih dari sesama pengguna jalan.

Ia mencontohkan, pengemudi arogan biasanya memiliki pengaruh dalam sebuah organisasi atau mengemudi kendaraan lebih besar, atau karena kendaraan yang dikemudikan lebih mahal dan mewah.

“Ketika menggunakan atribut tertentu, memang cenderung menimbulkan confident lebih ketika berada di ruang publik atau umum. Atau ketika membawa senjata, berjalan berkelompok, timbul eksklusifitas, timbul keberanian. Secara psikis membawa orang tersebut melakukan abuse of power, penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan daripada latar belakangnya dia,” terang Jusri, disitat Kompas.

Pengendara Fortuner dengan pelat nomor militer bersikap arogan di jalan tol Jakarta-Cikampek. (X)

Senada dengan Jusri, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana menyebut ada dua hal yang menyebabkan pengemudi mudah emosi dan arogan di jalanan, yaitu karakter dan minimnya pengetahuan keselamatan.

“Karakter keras, kaku, atau egois muncul dari lingkungan yang terbangun tanpa mengedepankan kebersamaan, persaudaraan, berbagi, dan tolong menolong. Sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tidak mau kalah,” ucapnya.

“Penggunaan pelat nomor khusus, badge, stiker, dan sebagainya mampu membuat pengemudi berpotensi mampu melakukan aksi arogansi. Mereka merasa punya kuasa lebih dan perlu hak lebih di jalan, padahal di mata hukum ya sama saja, kan,” jelas Sony.

Tak Perlu Diladeni

Bertemu dengan pengguna jalan yang arogan dapat dialami oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Perjumpaan dengan pengendara arogan tidak bisa dihindari begitu saja, namun yang terpenting menurut Sony adalah tidak terpancing atau menghiraukan pengguna jalan yang bersikap arogan.

“Orang yang arogan itu orang yang bermasalah, kalau tidak bermasalah kan tidak arogan. Nah, kalau kita meladeni mereka berarti kita juga termasuk orang yang bermasalah. Artinya memang kita harus menghindari mereka,” kata Sony.

Sudah menjadi rahasia umum, banyak warga sipil yang memakai pelat nomor dinas TNI/Polri. Dan tidak jarang pula pelat nomor tersebut ternyata palsu. Cara mendapatkannya pun beragam, salah satunya membeli secara online.

Tangkapan layar instagram @puspomtni pengendara arogan berinisial PWGA saat diperiksa di Jakarta, Selasa (16/4/2024). (Antara/Instagram/@puspomtni/Ilham Kausar)

Pemerhati masalah transportasi dan hukum Budiyanto menjelaskan, menjamurnya pelat militer yang dipakai warga sipil, bahkan banyak di antaranya yang palsu, menunjukkan lemahnya pengawasan di institusi yang memiliki kewenangan menerbitkan STNK pelat dinas.

Mantan Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya ini mengatakan, ada beberapa dugaan dari mana pelat dinas tersebut didapat warga sipil.

“Ada dugaan relasi atau perkenalan oknum tersebut dengan oknum institusi yang mengeluarkan pelat dinas,” ia menjelaskan.

Selain itu, Budiyanto ada pula yang membeli di market place atau kaki lima, atau kemungkinan memalsukan sendiri karena memiliki keahlian untuk itu.