JAKARTA – Aksi bunuh diri sambil live di media sosial kembali terjadi. Seorang psikolog mengatakan, merekam aksi bunuh diri di medsos bisa disebut sebagai salah satu bentuk seeking for help atau meminta pertolongan.
Seorang selebgram perempuan berinisial FM atau yang lebih populer dengan nama Meli Joker ditemukan tewas dalam keadaan gantung diri di kamar mandi rumahnya di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Kanit Reskrim Polsek Kebayoran Lama AKP Suwarno mengatakan aksi bunuh diri tersebut dilakukan pada Minggu (14/4/2024). Jasad korban ditemukan di hari yang sama oleh saudaranya.
Kabarnya, sebelum melakukan aksi tersebut pelaku sempat cekcok dengan kekasihnya. Dan seusai cekcok ia juga terlebih dulu membenturkan kepalanya sendiri.
Yang menjadi perhatian adalah FM melakukan bunuh diri sambil live atau siaran langsung di media sosial, sehingga ada kemungkinan aksinya dilihat para follower atau pengikutnya di Instagram.
FM bukan orang pertama yang aksi bunuh dirinya ia siarkan secara langsung di medsos. Pada 5 Maret 2022, seorang pria di Palembang, Sumatera Selatan, juga melakukan aksi serupa. Mengutip Kompas, pemuda 23 tahun itu mengakhiri hidup di rumah kontrakan yang baru ditempati lima bulan terakhir.
Sebelum kasus di Palembang, aksi bunuh diri yang disiarkan live di medsos juga terjadi pada 2017. Pelakunya adalah seorang laki-laki 35 tahun yang tinggal di Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Mencari Perhatian Orang
Aksi bunuh diri yang terasa makin sering mewarnai pemberitaan media massa adalah fenomena memprihatinkan. Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri mencatat, sejak 1 Januari hingga 15 Desember 2023 angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1.226 jiwa.
Selain itu, pelaku bunuh diri juga tidak memandang status sosial, tingkat pendidikan, maupun ekonomi. Karena faktanya, bukan hanya orang biasa yang merasa tanpa masa depan tapi beberapa public figure yang digambarkan serba berkecukupan juga melakukan bunuh diri.
Robbie William, Kurt Cobain, Chris Cornell, Chester Bennington, Kate Spade, Anthony Bourdain termasuk deretan orang terkenal dan sukses namun mengakhiri hidup dengan cara yang tragis.
Kembali ke kisah FM yang bunuh diri sambil live di Instagram, menurut psikolog klinis Veronica Adesla, hal ini dilaukan bukan tanpa tujuan. Ia menjelaskan tujuan utama sebenarnya adalah agar apa yang dilakukan diketahui banyak pihak.
Di tengah perasaan stres, depresi, merasa tidak dicintai, seseorang yang berniat melakukan bunuh diri dan menyiarkannya secara langsung di media sosial, mereka ingin diperhatikan oleh orang sekitar. Dan siaran langsung memberi mereka kesempatan untuk mendapatkan apa yang mereka harapkan.
"Perilaku pelaku menayangkan secara live tindakan bunuh diri tujuannya adalah agar orang lain dapat melihat atau menyaksikan apa yang sedang dilakukannya," kata Vero, disitat Kompas.
Vero menambahkan, ada beragam motif yang mungkin dimiliki pelaku saat melakukan bunuh diri sambil live di Instagram, salah satunya adalah upaya mencari pertolongan.
"Bisa sebagai upaya untuk mencari bantuan atau seeking for help atau sebagai pesan atau teror yang ditujukan bagi orang-orang tertentu yang dinilai menjadi penyebabnya mengambil keputusan demikian (bunuh diri)," Vero menambahkan.
Hal senada juga diungkapkan DR.Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., psikolog sekaligus Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia. Menurutnya, kadang seseorang melakukan live streaming ketika bunuh diri karena adanya dorongan untuk mengekspresikan diri kepada orang lain. Dan, yang sebetulnya terjadi mungkin adalah itu bentuk lain dari saying for help atau membutuhkan bantuan.
“Hal itu juga mungkin sebagai cara lain untuk mengekspresiskan diri. Itu sebenarnya mereka sedang mencari perhatian. Banyak juga yang melakukan hal tersebut karena mereka sebenarnya merasa kesepian, merasa sendirian. Ini bisa menjadi cara-cara yang bisa dilakukan tanpa disadari untuk mendapatkan perhatian orang lain,” tutur DR. Gamayanti.
Peran Media dalam Copycat Suicide
Kemudahan mengakses media, baik media sosial maupun media massa, di era serba digital sekarang ini bak pisau bermata dua. Selain berfungsi sebagai sumber informasi dan komunikasi secara cepat, media sosial juga membawa dampak negatif.
Salah satunya adalah kemungkinan menggambarkan perilaku atau bahasa yang ingin bunuh diri, sehingga berpotensi memengaruhi orang untuk bertindak berdasarkan kecenderungan bunuh diri tersebut.
Beberapa organisasi mengusulkan pedoman tentang bagaimana media harus memberitakan bunuh diri. Sementara itu, anggota Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo menekankan pentingnya media massa yang memberitakan kasus bunuh diri untuk tidak menjabarkan secara detail terkait penyebab, proses, dan rekonstruksi bunuh diri karena ada kekhawatiran akan ditiru orang lain yang juga mengalami masalah depresi dan memiliki keinginan bunuh diri.
“Kalau kami melihat orang yang bunuh diri itu karena gangguan jiwa, putus asa atau depresi, sebaiknya memang tidak diberitakan,” kata Stanley, dikutip laman Dewan Pers, 23 Juli 2017.
“Bahwa dia diberitakan telah meninggal, itu oke. Tapi cara dia bunuh diri (secara detail ) itu tidak perlu diberitakan. Itu bisa memberikan inspirasi bagi orang yang putus asa atau galau untuk meniru cara serupa,” sambung Stanley.
Stanley menjelaskan, jika media massa terlalu detail dalam memberitakan kasus bunuh diri maka ada peluang bagi orang lain untuk meniru perbuatan yang dalam istilah kriminologi disebut “copycat suicide” atau meniru bunuh diri sebelumnya.
BACA JUGA:
Potensi bahaya dari bunuh diri yang disiarkan langsung sangat nyata, menurut direktur klinis di Society for Prevention of Teen Suicide di New Jersey, Phullis Seiringi. Menurut para ahli, hal ini meningkatkan kemungkinan ‘penularan bunuh diri’, yang juga terjadi setelah selebriti bunuh diri.
“Bayangkan seorang remaja merasa tersesat secara emosional, menyaksikan ketenaran atau kenangan seorang yang menuntaskan misi bunuh dirinya, mendapat perhatian dari komunitas terdekatnya serta banyaknya perhatian di medsos. Inilah inti dari penularan itu,” ujar Aaron.
“Bunuh diri yang disiarkan langsung mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap keluarga, remaja yang menonton, komunitas, dan siapa pun yang mempunyai pikiran untuk bunuh diri,” sambungnya.