JAKARTA - Masalah kesepian di Jepang makin jadi seiring pandemi yang menuntut negara itu melakukan kuncitara dan isolasi warga. Pemerintah ambil langkah serius, menunjuk Menteri Revitalisasi Regional Tetsushi Sakamoto menjadi 'Menteri Kesepian'.
Sakamoto jadi Menteri Kesepian untuk sementara. Ia akan bertugas menangani masalah kesepian dan isolasi di Negara Matahari Terbit. Sepanjang pandemi, dua masalah itu makin mengkhawatirkan.
Dilansir Nikkei Asia, Selasa, 16 Februari, kasus bunuh diri di Jepang terus meningkat selama 2020. Wanita dan remaja jadi kelompok dengan lonjakan paling signifikan.
"Wanita lebih menderita dari isolasi (daripada pria). Dan jumlah kasus bunuh diri berada dalam tren yang meningkat. Saya harap Anda akan mengidentifikasi masalah dan mempromosikan langkah-langkah kebijakan secara komprehensif," kata PM Jepang Yoshihide Suga kepada Sakamoto di sebuah pertemuan.
Angka bunuh diri di Jepang
Merujuk data terbaru, tingkat bunuh diri wanita di Jepang mencapai angka 6.976, yang jika dipersentasekan mencapai 14,5 persen. Angka ini jadi yang tertinggi dalam lima tahun belakangan.
Sementara, kasus bunuh diri pria turun menjadi 13.943 orang dalam sebelas tahun berturut-turut. Usai penunjukannya, Sakamoto berencana langsung menggelar forum darurat di akhir Februari.
Dalam forum itu Sakamoto akan mendatangkan para ahli untuk membahas langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk mencegah kesepian dan meminimalisir dampak buruk isolasi. Sakamoto juga bertekad memerbaiki hubungan antarmanusia di Jepang.
Kenapa wanita?
Para peneliti menyebut sektor pekerjaan wanita yang sebagian besar di sektor jasa dan ritel membuat mereka lebih rentan kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Di sisi lain, para wanita itu juga memikul beban lebih besar dalam pekerjaan rumah dan mengasuh anak.
Pandemi memaksa para wanita menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Hal-hal tersebut yang membuat keadaan mental mereka memburuk. Merujuk data yang sama, tingkat bunuh diri mulai mengalami lonjakan pada Juli. Sebelumnya, di paruh pertama 2020, sejatinya angka itu jauh lebih rendah.
Dampak pandemi jelas meningkatkan persentase itu. Oktober jadi masa paling buruk, menjadikannya bulan dengan kasus total bulanan tertinggi: 2.153 orang. Penunjukkan Sakamoto diiringi pernyataan pejabat di Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang.
Ia mengatakan akan saling mendukung ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Pemerintah juga akan memerluas layanan konsultasi dan memerkenalkan organisasi pendukung untuk orang-orang yang membutuhkan.