JAKARTA - Harun Yahya divonis 1.075 tahun penjara oleh Pengadilan Turki. Harun Yahya yang memiliki nama asli Adnan Hoca adalah seorang penulis literasi berlabel keislaman. Harun Yahya dikenal sebagai sosok yang menentang keras teori evolusi Charles Darwin lewat teori bantahan yang disebut kreasionisme Islam.
Dalam teori kreasionisme, Harun Yahya menjelaskan Darwinisme sebagai paham yang keliru dan menjauhkan manusia dari Tuhan dan sifat-sifat Ketuhanan. Darwinisme bahkan disebut sebagai campur tangan Dajjal di dunia.
Teori kreasionisme ini juga pernah dijelaskan dalam situs Harun Yahya yang bertajuk Evolution International. Situs itu diterjemahkan ke dalam 32 bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Harun Yahya menyatakan Darwinisme sebagai kebohongan yang berakar dari paham antiagama.
Ada dua hal yang coba dibuktikan Harun Yahya. Pertama, menurut Harun Yahya teori evolusi tak mampu menjelaskan bagaimana unsur protein dihasilkan, padahal protein adalah unsur terpenting bagi makhluk hidup. Menurut Harun Yahya teori evolusi Darwin tak bisa menjelaskan proses penciptaan protein yang membutuhkan protein lain dalam pembentukannya.
Bantahan kedua Harun Yahya adalah soal fosil. Ia mengatakan tak ada fosil peralihan. Teori Darwin menjelaskan fosil menghubungkan makhluk hidup dengan nenek moyangnya. Menurut Harun Yahya, fungsi fosil tak begitu, melainkan untuk menentukan taksonomi makhluk hidup serta menentukan jejak evolusi nenek moyangnya hingga mendapatkan bentuk seperti makhluk hidup modern.
BACA JUGA:
Bagian teori evolusi yang paling ditentang Harun Yahya adalah penjelasan bagaimana manusia merupakan bentuk evolusi dari kera. Bagi Harun Yahya, teori itu adalah penghinaan karena menyamakan manusia dengan kera.
Menurut Harun Yahya, bagaimanapun proses yang dialami, kera tak akan pernah mencapai tingkat kecerdasan manusia. Dengan kata lain, tak mungkin kera berubah menjadi manusia. Menurut Harun Yahya, Tuhan memberkahi manusia dengan kemampuan berpikir dan berbagai superioritas lain melebihi makhluk lain.
Karya anti-Darwinisme
Karya-karya anti-Darwinisme Harun Yahya disiarkan lewat berbagai medium komunikasi, terutama buku dan DVD. Salah satu judul sampul paling terkenal yang pernah ditulis Harun Yahya adalah Atlas of Creation, yang dalam terjemahan bahasa disebut Atlas Penciptaan.
Penyebaran teori rekreasionisme ini berhasil, diserap oleh begitu banyak kaum religius dunia, termasuk Indonesia. Harun Yahya, harus diakui menawarkan premis yang menarik lewat teori ini.
Lewat rekreasionisme, Harun Yahya dianggap berhasil memberi bukti ilmiah soal eksistensi Tuhan, termasuk campur tangan Sang Zat dalam proses penciptaan semesta dan seluruh makhluk hidup di dalamnya. Dikutip Hurriyet, Selasa, 12 Januari, banyak kalangan ilmuwan yang mendiskreditkan teori rekreasionisme Harun Yahya.
Salah satunya adalah profesor biologi dari Middle East Technical University, Aykut Kence. Pengajar di Ankara, Turki itu menyebut Harun Yahya justru dangkal. Semua teorinya menunjukkan ketidakmampuan Harun Yahya mencapai dasar pemikiran saintifik.
Pendidikan Harun Yahya
Harun Yahya memang tak memiliki latar belakang pendidikan tinggi di bidang sains. Harun Yahya adalah lulusan Akademi Seni Rupa Negeri di Istanbul. Secara spesifik, Harun Yahya mengambil jurusan desain interior.
Harun Yahya melanjutkan pendidikan ke Istanbul Universitei. Di sana Harun Yahya mengambil jurusan Filsafat dan Sejarah. Harun Yahya tidak menyelesaikan pendidikannya di sana.
"Adnan Oktar (Harun Yahya) tidak memiliki kapasitas dan juga ijazah dalam bidang paleontologi maupun biologi untuk bisa berbicara mengenai hal ini (teori Darwin)," ujar Aykut, dikutip Haberler.
Pemikiran berpengaruh
Bagaimanapun, pemikiran Harun Yahya menarik perhatian. Ia terbukti jadi kekuatan yang menguntungkan di Turki dan banyak negara lain selama hampir tiga dekade. Harun Yahya memiliki pengaruh besar lewat langkah-langkahnya 'membumikan Alquran'.
Bernando J. Sujibto, melalui buku Harun Yahya Undercover mencoba membantah pandangan ini. Bernando memaparkan pandangan tentang yang syiar Harun Yahya sejatinya bertolak belakang dengan upaya membumikan Alquran.
BACA JUGA:
Harun Yahya tak benar-benar berkepentingan dengan Alquran dan keimanan di dalamnya. Sebaliknya, Harun Yahya justru memanfaatkan Alquran sebagai alat menarik simpati dunia. Hal itu pernah diakui oleh Harun Yahya sendiri.
Di tengah investigasi yang dlakukan, Harun Yahya mengatakan kepada kepala tim penangkapan, Sercar Sacan bahwa ia tak memunyai tujuan atau kepentingan apapun dalam urusan agama. Buku ini juga menyebut apa yang diperbuat Harun Yahya tak relevan.
Pembuktian ilmiah dari kitab suci adalah hal yang disebut sia-sia dalam buku ini. “Kitab suci tidak perlu dicari-carikan legitimasinya melalui temuan sains. Sains dan agama memiliki wilayah masing-masing, memiliki karakter yang berbeda. Pernyataan-pernyataan dalam kitab suci bersifat final, tidak akan pernah berubah selamanya. Sementara sains tidak akan pernah mencapai garis final, tidak akan pernah berhenti sampai kapan pun,” tertulis.