Idap Skizofrenia, Harun Yahya Sempat Dirawat di Rumah Sakit Jiwa
Harun Yahya (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Pengadilan Turki memvonis Adnan Oktar alias Harun Yahya 1.075 tahun penjara. Penceramah Muslim berusia 64 tahun itu terbukti bersalah atas kejahatan seksual.

Dilansir The Guardian, Selasa, 12 Januari, putusan hakim menyebut korban pelecehan seksual Harun Yahya tergolong di bawah umur. Harun Yahya juga divonis atas penipuan dan upaya memata-matai pemerintah terkait urusan politik dan militer.

Harun Yahya ditangkap bulan Juni 2018, di tengah penyelidikan dugaan kejahatan keuangan yang ia lakukan bersama organisasinya. Peradilan Harun Yahya melibatkan kesaksian sejumlah korban yang mengalami kekerasan dan pelecehan seksual.

Rumah sakit jiwa

Harun Yahya pertama kali ditangkap Otoritas Turki pada tahun 1986. Ia ditahan karena mempromosikan masalah Teokrasi, sebuah sistem pemerintahan yang berdasarkan kepercayaan, bahwa Tuhan langsung memerintah negara. Sistem itu juga mengakui, hukum negara yang berlaku adalah hukum Tuhan. Dan, pemerintahan dipegang langsung oleh ulama atau organisasi keagamaan.

Akibatnya, Harun Yahya dipenjara di Departemen Obat Forensik selama 40 hari. Ia ditahan dengan kondisi kaki dirantai ke tempat tidur. Selama itu, rekan-rekannya hanya bisa menjenguknya dari balik jeruji besi selama 5-10 menit. Namun, setelah diperiksa dokter militer, ia dianggap mengalami gangguan kejiwaan.

Otoritas Turki kemudian memindahkannya ke Rumah Sakit Jiwa Bakirkoy. Dirawat selama 10 bulan di rumah sakit jiwa ini, Harun Yahya didiagnosa mengalami kelainan kejiwaan obsesif kompulsif dan Skizofrenia. Melansir bio.or.id, Harun Yahya ditempatkan diruangan bernomor 14A yang dihuni orang-orang berbahaya dan kebal hukuman. 

Total Harun Yahya ditahan dan dirawat di rumah sakit jiwa selama 19 bulan. Keluar dari rumah sakit, Harun Yahya menyebut status sakit jiwanya disematkan oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan pemikira dan buku yang ditulisnya.

Setelahnya, Harun Yahya malah mendirikan yayasan dan getol menulis seputar anti-teori evelousi dan menempatkan dirinya sebagai seorang kreasionis (pro penciptaan).

Ia berpandangan, semua makhluk diciptakan oleh Tuhan. Teorinya itu kemudian dipublikasikan dalam berbagai dokumentar yang salah satunya berjudul 'Atlas of Creation'.