Bagikan:

JAKARTA - Harun Yahya berulang tahun hari ini, menandai siklus tahunannya yang ke-65 kali. Penulis yang juga penceramah Islam bernama asli Adnan Oktar alias Adnan Hoca itu mencatatkan begitu banyak kontroversi di dalam hidupnya. Harun Yahya kini mendekam di penjara dengan vonis selama 1.075 tahun. Kita lihat kembali sepak terjang Harun Yahya dan kaitannya dengan sejumlah kasus hukum.

Pada 2018, Harun Yahya ditangkap. Kala itu polisi menggerebek sejumlah tempat terkait aktivitas Harun Yahya dan kelompoknya. Tempat-tempat itu tersebar di lima provinsi di Turki. Kemudian, awal Januari lalu Pengadilan Turki memvonis Harun Yahya penjara. Ia terbukti bersalah atas pemerkosaan dan kejahatan konspiratif.

Penggerebekan kala itu dilakukan atas kejahatan finansial, penipuan, pelecehan seksual, hingga tindak pidana konspiratif yang dilakukan Harun Yahya dan kelompoknya. Harun Yahya sendiri ditangkap di Istanbul, di kediamannya, di kawasan Cengelkoy. Dilansir The Guardian, Selasa, 12 Januari, kasus itu jadi kali kedua Harun Yahya dan organisasinya berurusan dengan hukum. Harun Yahya pun ditahan.

Kasus pertama yang melibatkan Harun Yahya dan kelompoknya terjadi pada 1999. Kala itu Harun Yahya ditangkap dengan tuduhan intimidasi dan pendirian kelompok kriminal. Harun Yahya juga sempat ditahan meski penyelidikan atas kasus tersebut dihentikan kemudian.

Stasiun televisi NTV menjelaskan kejahatan Harun Yahya meliputi pemerkosaan anak di bawah umur, penipuan, hingga upaya memata-matai pemerintah terkait urusan militer dan politik. Jaksa juga membebani Harun Yahya secara hukum dengan tuduhan memimpin organisasi kriminal.

Pengadilan terhadap Harun Yahya digelar sejak September 2019. Terkait kasus Harun Yahya ini, otoritas hukum Turki menangkap 236 tersangka lain. Mereka telah diadili, dengan 78 di antaranya ditahan.

Harun Yahya membangun pengaruhnya

Harun Yahya dikenal dengan gagasan kreasionisme Islam yang anti terhadap teori evolusi Charles Darwin. Popularitas yang diperoleh Harun Yahya hingga menjadi sosok yang dikultuskan tak sekonyong-konyong muncul. Dia membangun pengaruhnya selama hampir tiga dekade. Bagaimana kisahnya?

Harun Yahya sebenarnya seorang lulusan desain interior yang sama sekali tak punya latar belakang pendidikan formal studi Islam dan sains. Meski demikian, banyak orang menganggapnya sebagai tokoh Muslim signifikan, khususnya karena pemikiran yang menentang teori seleksi alam Darwin.

Berkat teori itu ia didapuk sebagai tokoh 50 Muslim paling berpengaruh dunia pada 2010. Pria kelahiran Ankara, Turki, 2 Februari 1956 ini sudah dikenal orang sejak tahun 1980-an. Sementara, titik balik kehidupan Harun Yahya, menurut AR Solberg dalam disertasi berjudul The Mahdi Wears Armani (2013) dimulai sejak 1990.

Kala itu Harun Yahya diangkat menjadi presiden kehormatan sebuah yayasan penelitian Bilim Arastirma Vakfi (BAV). Kelompok ini terdiri dari orang-orang yang punya latar belakang berbeda dengan masing-masing pekerjaan yang berbeda pula. Misalnya, ada divisi yang bertugas mengumpulkan donasi untuk organisasi hingga divisi untuk melakukan penelitian dan menulis.

Harun Yahya dalam sebuah pertemuan (Facebook/A9 TV Global)

Untuk mempromosikan penelitian mereka, BAV juga rajin menggelar konferensi dan membuat kampanye iklan. Lalu setelah dirasa mendapat uang yang cukup banyak, mereka menerbitkan buku sendiri atas nama Harun Yahya. Dan buku tersebut dibagikan secara gratis.

BAV membangun identitas sebagai organisasi yang berkiblat pada tokoh sekuler Turki, Mustafa Kemal Ataturk. Mereka menolak penuh golongan Muslim reaksioner. Pada 1986 Harun Yahya sebenarnya sudah membuat buklet yang menentang teori evolusi Charles Darwin dan teori materialisme. Namun sampai pada pertengahan tahun 1990-an, propaganda Harun Yahya untuk menentang teori evolusi semakin gencar.

Dikutip Tempo, sejak serangan teroris 11 September 2001 ke Gedung World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat (AS), Harun Yahya mulai menunjukkan dirinya sebagai penceramah lintasagama. Harun Yahya mencitrakan dirinya sebagai pendukung dialog antaragama. Ia juga mengangkat namanya sebagai musuh utama terorisme internasional.

Pamornya di internasional semakin memuncak sekitar 2006, saat dirinya merilis Atlas of Creation. Setahun kemudian ia mengirimkan ribuan salinan buku tersebut untuk menyangkal teori evolusi kepada para doktor dan akademisi ke banyak negara.

Buku Atlas of Creation (Sumber: Wikimedia Commons)

Menurutnya teori evolusi Darwin merupakan sumber dari gerakan terorisme yang ada di dunia. Ia mencontohkan Adolf Hitler yang mengamini teori Darwin sehingga melegitimasi dirinya untuk membunuh jutaan orang Yahudi.

"Nazi percaya, orang yang lemah akan inasa dan yang kuat akan bertahan hidup. Hitler sepenuhnya menerima teori darwin untuk kemanusiaan. Gagasan umum yang dibawa adalah bahwa ras Arya lebih unggul," kata Harun Yahya yang dikutip Marilyn Oakley dalam I Was Blind But Now I See Evolution.

Distribusi massal dari Atlas of Creation ini menarik perhatian akademisi dan berbagai media internasional terhadap gagasan kreasionisme Islam sebagai sebuah fenomena. Sebuah laporan yang ditugaskan Dewan Eropa pada 2007 memeringatkan arus kreasionisme Islam yang terus meningkat.

Harun Yahya Enterprise

Di balik Harun Yahya, ada perusahaan besar yang beroperasi. Tidak hanya untuk menyanggah Darwinisme, namun juga mempromosikan Islam ala Harun Yahya. Perusahaan itu bernama Harun Yahya Enterprise.

Selain itu, sokongan para pendukung Harun Yahya yang tajir membuat mesin promosi melaju kencang. Mereka menyalurkan pendanaan yang besar untuk memproduksi dan mendistribusikan materi dan menyebarkan gagasan Harun Yahya lewat beragam saluran.

Dari sokongan yang kuat itu, ia berhasil menerbitkan 300 judul buku mencakup berbagai topik terkait agama dan politik. Selain itu ia juga menerbitkan materinya dalam versi DVD serta menggelar berbagai konferensi.

Harun Yahya Enterprise juga mengelola ratusan situs web yang berisi video, audio dan artikel hasil buah pikir Harun Yahya yang dibagikan secara gratis. Materi tersebut juga diterjemahkan ke banyak bahasa. Dengan strategi itu, bisa dibilang Harun Yahya merupakan seorang pendakwah generasi baru yang berhasil memanfaatkan internet dan sarana periklanan kontemporer lainnya untuk mempromosikan pesannya.

Perusahaan Harun Yahya tak hanya mengelola ratusan situs yang membahas topik Islam dan memublikasikan bukunya, tapi juga jadi mesin promosi personal branding Adnan Oktar agar menjadi orang yang berpengaruh secara signifikan. Salah satu rangkaian personal branding-nya dilakukan sejak 2011, di mana Harun Yahya membawakan acara bincang-bincang di saluran televisinya sendiri, A9 TV, yang viral di internet.

Cuplikan acara televisi Harun Yahya (YouTube/Harun Yahya English)

Harun Yahya: Pengikut dan budak seks

Segala upaya terstruktur dan sistematis itu memacu berkembangnya jumlah pengikut Harun Yahya. Ia mulai mendapat banyak pengikut dari kalangan keluarga kaya di Istanbul. Jemaat Harun Yahya berubah, dari kelompok agama menjadi satu hal menyerupai kultus.

Dari saluran media sosial yang ia miliki, terlihat bahwa Harun Yahya punya begitu banyak pengikut. Pada laman Facebook dari saluran televisi yang Harun Yahya miliki, misalnya. Tercatat A9 TV Global punya hampir 1,3 juta pengikut. Belum lagi di saluran-saluran lain, seperti kanal YouTube, dan situs pribadinya, harunyahya.com yang diterjemahkan ke banyak bahasa.

Harun Yahya juga jadi sosok nyentrik karena dikelilingi banyak perempuan. Ada orang yang jadi pengikutnya dan ada orang yang jadi budak seks untuknya. Harun Yahya mencuci otak para perempuan itu. Ia mengintimidasi, mengancam, dan menjadikan para perempuan itu sebagai alat pemuas nafsu seksual.

Pencarian perempuan di sekeliling Harun Yahya dilakukan terorganisir. Menurut sejumlah laporan, kelompok Harun Yahya mengirim orang-orang yang secara khusus ditugaskan mencari perempuan cantik dan pria tampan dari keluarga mapan untuk jadi pengikut. Diduga, kebanyakan perekrutan itu dilakukan di universitas-universitas swasta Turki.

Pengikut perempuan Harun Yahya (Facebook/A9 TV Global)

Menurut keterangan banyak keluarga korban manipulasi Harun Yahya, usai perekrutan biasanya keluarga akan mengalami hilang kontak dengan korban rekrutan baru Harun Yahya. Jangan harap waktu bertemu. Dalam berkas pembuktian kasus 1999, polisi menyebut perempuan-perempuan yang direkrut Harun Yahya akan dibujuk untuk ikut dalam kegiatan seks yang didokumentasikan lewat film atau foto.

Materi-materi digital itu jadi alat Harun Yahya mengancam korbannya. Hal ini pernah diungkap seorang model Turki, Ebru Simsek yang mengaku diperas dengan ancaman video seks oleh kelompok Harun Yahya. Ada kondisi miris yang diceritakan perempuan-perempuan korban Harun Yahya. Menurut mereka, seorang perempuan kerap kali terpaksa menikahi Harun Yahya hanya agar terbebas dari paksaan tidur dengan banyak lelaki di dalam kelompok.

Setiap perempuan yang menikah dengan Harun Yahya, maka perempuan itu akan jadi "saudara perempuan". Di dalam kelompok itu ada peraturan tak tertulis, tak ada seorang pun pengikut laki-laki Harun Yahya --biasa disebut singa-- yang diizinkan melakukan hubungan seks dengan saudara perempuan.

Bagaimanapun, pemikiran Harun Yahya menarik perhatian. Ia terbukti jadi kekuatan yang menguntungkan di Turki dan banyak negara lain selama hampir tiga dekade. Harun Yahya memiliki pengaruh besar lewat langkah-langkahnya 'membumikan Alquran'.

Bernando J. Sujibto, melalui buku Harun Yahya Undercover mencoba membantah pandangan ini. Bernando memaparkan pandangan tentang yang syiar Harun Yahya sejatinya bertolak belakang dengan upaya membumikan Alquran.

Harun Yahya tak benar-benar berkepentingan dengan Alquran dan keimanan di dalamnya. Sebaliknya, Harun Yahya justru memanfaatkan Alquran sebagai alat menarik simpati dunia. Hal itu pernah diakui oleh Harun Yahya sendiri.

Di tengah investigasi yang dlakukan, Harun Yahya mengatakan kepada kepala tim penangkapan, Sercar Sacan bahwa ia tak memunyai tujuan atau kepentingan apapun dalam urusan agama. Buku ini juga menyebut apa yang diperbuat Harun Yahya tak relevan.

Pembuktian ilmiah dari kitab suci adalah hal yang disebut sia-sia dalam buku ini. “Kitab suci tidak perlu dicari-carikan legitimasinya melalui temuan sains. Sains dan agama memiliki wilayah masing-masing, memiliki karakter yang berbeda.

Pernyataan-pernyataan dalam kitab suci bersifat final, tidak akan pernah berubah selamanya. Sementara sains tidak akan pernah mencapai garis final, tidak akan pernah berhenti sampai kapan pun,” tertulis.