Tragedi Memilukan Pembunuhan dalam Keluarga Sepanjang 2022: Ketika Akal Sehat Tak Lagi Berharga
Rizky Noviyandi Achmad, ayah yang membunuh anak kandungnya di Perumahan Jatijajar, Depok, Jawa Barat. (VOI/Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung, terkadang justru menjadi tempat yang berbahaya. Rasa iri, stres, ketidakmampuan mengendalikan amarah ada kalanya membuat seseorang gelap mata hingga tega menghabisi nyawa anggota keluarganya.

VOI menghimpun sejumlah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anggota keluarga:

Ibu Bunuh Anak di Garut

Lentina Dora (29) tega membunuh kedua anaknya, DIJ (5) dan RSR (11 bulan) dengan menggunakan racun. Setelah keduanya tewas, Lentina langsung gantung diri.

Peristiwa yang terjadi di Perum Jati Putra Asri, Kabupaten Garut pada 15 April 2022 ini terungkap dari hasil olah TKP dan otopsi yang dilakukan oleh pihak kepolisian.

Menurut Kapolres Garut AKBP Wirdhanto Hadicaksono, bukti kuat yang menunjukan Lentina telah membunuh kedua anaknya diketahui dari sidik jari di gelas yang berisi buah naga.

Sidik jari yang sama juga didapatkan di bungkus sabun cuci yang dicampurkan dengan jus buah naga yang diberikan Lentina kepada kedua anaknya.

“Selain sidik jari Lentina, di gelas juga terdapat sidik jari anak-anaknya dan tidak ada sidik jari orang lain yang ditemukan. Menandakan tidak ada keterlibatan orang lain dalam peristiwa pembunuhan kedua anak itu,” kata Wirdhanto.

Kepala Kepolisian Resor Garut AKBP Wirdhanto Hadicaksono menunjukkan barang bukti kasus ibu dan dua anak yang tewas di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (18/4/2022). (Antara/Feri Purnama)

“Lalu, setelah kedua anaknya meninggal, Lentina kemudian bunuh diri dengan menggantung diri menggunakan kain gendongan bayi di kusen pintu kamarnya,” sambung Wirdhanto.

Saat ditemukan oleh suaminya, mayat Lentina dalam kondisi tergeletak di lantai dekat pintu kamar. Kain gendongan bayi yang digunakan untuk menjerat lehernya terputus terkena gesekan dengan kusen kayu yang tajam beberapa jam kemudian. Sedangkan kedua anaknya tergeletak di atas kasur.

Dari sejumlah bukti di TKP, Lentina nekat melakukan itu karena sakit hati mengetahui suaminya berselingkuh dengan wanita lain.

"Kami temukan bukti SMS yang ditulis korban kepada suaminya pada hari Jumat tanggal 15 April 2022 pukul 18.30 WIB. Dengan menggunakan bahasa daerah (Batak), sang istri intinya mempersilakan suami hidup berdua dengan wanita yang baru atau selingkuhannya. Korban juga meminta suami agar melupakan dirinya serta kedua anaknya," imbuh Wirdhanto.

Ayah Bunuh Anak di Depok

Peristiwa pembunuhan terjadi di Perumahan Pondok Jatijajar, Depok pada 1 November lalu. Rizky Noviandi Achmad secara membabi buta membacok berkali-kali istrinya, NI (29) dan putri sulungnya, KCP (11).

NI kritis karena mengalami luka bacok di bagian wajah dan badan. Sedangkan KCP meninggal di lokasi akibat luka bacok di sekujur tubuh mulai dari kepala, mata, leher, hingga tangan dan beberapa jari putus.  

Saat hari kejadian, Rizky baru pulang ke rumah sekitar pukul 02.00 WIB dini hari sehabis mengonsumsi sabu bersama teman-temannya. NI, yang sudah bosan dengan kelakuan suaminya lantas menegur.

NI, menurut Kasat Reskrim Polres Metro Depok Ajun Komisaris Besar Yogen Heroes Baruno, juga menyinggung perihal utang Rizky di bank yang belum juga dilunasi. Keduanya lantas bertengkar.

Rizky sebenarnya sudah mencoba menenangkan diri dengan melaksanakan subuh berjamaah ke masjid. Namun, setibanya di rumah, amarahnya kembali muncul ketika melihat NI sudah berkemas hendak pergi ke rumah orangtuanya dengan membawa serta kedua anaknya.

Tempat tinggal pelaku pembunuhan anak kandung di Perumahan Pondok Jatijajar, Depok. (VOI/Muhamad Jehan)

Rizky sempat menanyakan KCP yang sudah mengenakan seragam sekolah akan ikut dengannya atau ibunya. Namun, KCP hanya terdiam tak menghiraukan pertanyaan sang ayah.

“Di situlah amarah pelaku semakin memuncak,” kata Yogen.

Dia langsung mengambil sebilah parang yang berada di bawah meja ruang tamu kemudian membacok istrinya hingga terkapar. KCP yang tengah berusaha lari tak luput dari amarah Rizky.

 “Saya khilaf, saya tidak pernah dihargai sebagai laki-laki. Harga diri saya sering diinjak-injak sama istri, juga anak saya. Dia sudah saya sekolahkan dan didik dengan pengajian dan les segala macam, tapi selalu tidak menjawab kalau saya tanyain," ungkap Rizky.

Anak Bunuh Ayah di Indramayu

Peristiwa pembunuhan serupa juga terjadi di Indramayu. Pelaku adalah Murtado (27), anak bungsu korban. Pada 1 Oktober 2022, dia berpura-pura meminta bantuan ayahnya, Casim (72) mencari ular kobra yang masuk ke rumahnya.

Dengan niat tulus menolong, Casim beranjak menuju rumah Murtado yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kediamannya. Ketika tengah mencari ular, Murtado langsung membunuh Casim.

"Pertama dipukul dulu, belum meninggal, terus pakai golok sebanyak tiga kali," kata Kapolres Indramayu AKBP M Lukman Syarif.

Murtado, pelaku pembunuhan terhadap ayah kandungnya, Casim, saat mengikuti olah TKP di Indramayu, Jawa Barat. (Antara/Humas Polres Indramayu)

Murtado kemudian menguburkan jasad ayahnya di lahan kosong dekat rumahnya. Untuk menutupi perbuatan kejinya, dia menutupi makam ayahnya dengan tanaman.

"Motifnya adalah warisan. Jadi ada enam bersaudara, pelaku ini adik paling bungsu," kata Lukman.

Aksi tersebut terbongkar pada 27 November lalu, setelah sang kakak, Fatma melaporkan Murtado ke polisi.

Anak Bunuh Kedua Orangtua di Magelang

Aksi keji pembunuhan orangtua oleh anak juga terjadi di Magelang pada 28 November. Pelakunya adalah seorang anak berusia 22 tahun bernama Dhio Daffa. Dia sengaja meracuni ayah, ibu, dan kakaknya hingga tewas.

Bahkan, dari pengakuan Dhio, dia sudah melakukan percobaan pembunuhan tersebut sebelumnya. Dhio mencampurkan racun ke dalam teh dan kopi yang akan dikonsumsi ketiga korban. Dalam percobaan pertama, korban hanya mengalami mual dan muntah.

Beberapa hari kemudian, Dhio menambahkan dosis racun hingga akhirnya ketiganya meregang nyawa di dalam rumah.

Motif awal, menurut Plt Kapolresta Magelang AKBP Mochammad Sajarod Zakun, karena sakit hati. Dhio merasa kedua orangtuanya lebih sayang dengan sang kakak dibanding kepadanya.

Dhio harus menanggung kebutuhan keluarga dan membayar utang ayahnya. Sedangkan, kakaknya tidak mendapat beban yang sama.

“Sakit hati karena bapak terduga pelaku dua bulan lalu baru saja pensiun dan kebutuhan untuk rumah tangga cukup tinggi karena orang tua memiliki penyakit, untuk biaya pengobatan,” kata Plt Kapolresta Magelang.

Rumah keluarga Abas Ahar yang tewas bersama istri dan putri sulungnya karena diracun putra bungsunya, Dhio Daffa Syadilla di Magelang, Jawa Tengah. (Antara)

Namun, pihak keluarga membantah dan menyebut pengakuan Dhio hanya pembelaan diri.

"Sama sekali tidak betul. Kalau soal duit, cukup lah. Wong, dia (tersangka) tidak bekerja kok, kalau jadi tulang punggung itu dasarnya apa kan cuma untuk pembelaan diri saja. Orangtua yang selama ini yang menanggung. Malah tiap bulan orangtua yang ngasih duit," ucap paman tersangka, Sukoco (69).

"Itu anak banyak bohongnya, suka bohong. Ngakunya kerja di KAI, ngakunya gitu, tapi saya juga ndak tahu karena tidak ada buktinya. Suka ngaku ada bisnis ini, bisnis itu," sambung Sukoco.

Begitupun soal penyakit, pihak keluarga belum pernah mendengar keluarga tersebut mengidap penyakit.

"Saya tau persis karena almarhumah kalau ada apa-apa itu kita telepon dan datang ke rumah," Heri Riyani, kakak kandung korban menambahkan.