Pendapatan Hanya Rp200 Ribu per Hari, Bisnis Bioskop Megap-Megap
Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Sudah jatuh tertimpa tangga mungkin peribahasa ini cocok untuk menggambarkan kondisi industri bioskop di Indonesia. Para pengusaha bioskop hanya bisa pasrah, karena tak hanya tertekan oleh pandemi COVID-19, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga turut mempersulit industri ini untuk bertahan.

Belum lagi, adanya aturan baru Pemerintah Provinsi DKI Jakarta soal pengurangan jam tayang film selama libur Natal dan Tahun membuat pengusaha semakin tertekan. Padahal, momen ini merupakan kesempatan yang dapat dimanfaatkan industri tersebut untuk meraup untung lebih besar dari hari-hari biasa.

Seperti diketahui, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberlakukan aturan baru batas waktu terakhir penayangan film di bioskop paling malam pukul 19.00 WIB selama libur Natal dan Tahun Baru 2021.

Ketua GPBSI Djonny Syafruddin mengatakan, dengan diberlakukannya aturan baru batas penayangan film pasti akan membuat omzet berkurang. Apalagi, saat ini bioskop belum pulih. Bahkan, selama pemberlakuan PSBB, jumlah pengunjung paling banyak hanya 15 persen.

Apalagi, kata Djonny, juga tidak ada film yang diputar. Film barat pun jadwal tayangnya diundur hingga Maret 2021. Namun, tayangnya film Wonder Woman sempat membuat angka kunjungan naik. Tapi tidak signifikan.

"Wah kalau kami hitung banyak. Saya enggak etis kalau nyebutin angka, karena dalam menghadapi pandemi kerugian itu kalau kami total sudah berapa bulan ini bukan miliar lagi, tapi triliunan," katanya, saat dihubungi VOI, di Jakarta, Kamis, 17 Desember.

Djonny memberikan hitungan sederhana terkait kerugian yang dialami dengan asumsi setiap bioskop mencatatkan pendapatan sebesar Rp1 miliar setiap bulannya, namun karena pandemi dan adanya PSBB, pendapatan itu anjlok.

"Jadi kalau rata-rata setiap bioskop itu pendapatannya umpamanya Rp1 miliar, kali saja 400 sekian bioskop, bayangin saja. Itu per bulan. Triliunan lah pokoknya (kerugiannya)," jelas dia.

Pendapatan Bioskop Hanya Rp200 Ribu Per Hari

Selama tiga bulan memulai operasinya, kata Djonny bioskop yang dimilikinya hanya mencatatkan pemasukan sebesar Rp200 ribu hingga Rp800 ribu per hari. Padahal, sebelum pandemi pendapatan per hari bisa mencapai Rp5 juta hingga Rp20 juta.

Studio Premiere XXI. (Foto: DOk. XXI)

Djonny berujar pengusaha bioskop cuma bisa pasrah jam tayang terakhir film dibatasi paling malam pukul 19.00 WIB di saat libur Natal dan Tahun Baru. Padahal, di momen ini pengusaha bisa meraup omzet lebih besar dari hari-hari biasa.

"Kami itu rata-rata hampir 30-40 persen dari rata-rata hari biasa, termasuk juga hari raya Idulfitri. Di bulan-bulan ada peringatan saja. Tapi, kami patuhi lah (aturannya), kita harus kompak dalam keadaan seperti ini," ucapnya.

Sekadar informasi, jam operasional bioskop di DKI Jakarta dibatasi selama libur Natal dan Tahun Baru. Jam tayang terakhir film bioskop yang diizinkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan adalah pukul 19.00 WIB.

Ketentuan tersebut tertuang dalam Instruksi Gubernur Nomor 64 Tahun 2020 tentang Pengendalian Kegiatan Masyarakat dalam Pencegahan COVID-19 pada Masa Libur Hari Raya Natal 2020 dan Tahun Baru 2021.

Ketentuan tersebut berlaku pada tanggal 24 hingga 27 Desember 2020 dan 31 Desember 2020 hingga 3 Januari 2021.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. (Foto: Dok. Humas Pemprov DKI Jakarta)

Selain bioskop, Anies juga mengatur jam operasional warung makan, rumah makan, kafe, restoran, dan tempat/kawasan wisata selama masa libur Natal dan Tahun Baru. Mereka diperintahkan menerapkan batasan jam operasional paling lama sampai dengan pukul 21.00 WIB, namun pada tanggal-tanggal tertentu hanya sampai pukul 19.00 WIB.

Pendapatan Tak Cukup untuk Bayar Listrik

Industri bioskop di Indonesia sudah kembali buka secara bertahap. Bahkan, sudah berjalan selama tiga bulan.

Namun, kondisinya masih memprihatinkan akibat pandemi COVID-19. Djonny Syafruddin berujar, pendapatan bioskop tak cukup untuk menutupi biaya pemakaian listrik.

"Sudah 3 bulan buka cuma dapat sebulan Rp60 juta, itu bagi ke penyedia film Rp30 juta, buat nutupin (biaya) listrik saja tidak cukup," katanya.

Meski saat ini industri bioskop masih terpuruk, diharapkan bisnis ini bisa segera pulih. Tentu, adanya vaksin juga memberi harapan ke mereka karena itu bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk beraktivitas.

"Kalau saya hitung dari Desember ini itu 8 bulan paling cepat untuk pulih kalau tidak ada masalah yang urgent. Kita mengharapkan tidak sampai 8 bulan kalau vaksinasi ini jalannya bagus, karena itu memulihkan kepercayaan orang-orang," jelasnya.