Ketahui Bahaya Material Vulkanik saat Gunung Semeru Meletus
Guguran lava pijar Gunung Semeru teramati dari Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Selasa 1 Desember. (Seno/Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Gunung Semeru yang terletak di Lumajang, Jawa Timur, mengalami erupsi dan menyemburkan awan panas dan lava pijar. Lebih dari ratusan warga yang tinggal di sekitar lereng dan kaki Gunung Semeru harus mengungsi dari wilayah terdampak. 

Berdasarkan laporan Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi (PVMBG) pada Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, aktivitas vulkanik Gunung Semeru mulai menurun dan statusnya berada pada level II (Waspada). Meski begitu Gunung Semeru masih mengeluarkan guguran awan panas sejauh 2,5 km dan tremor harmonik sebanyak dua kali.

Secara visual Gunung Semeru tertutup dengan kabut. Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius satu kilometer di sekitar jalur luncuran awan panas. 

Pasalnya guguran awan panas dan abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Semeru memiliki kandungan zat berbahaya, hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen dioksida. Material debu dapat merusak sistem pernapasan manusia, jika terhirup.  

Zat Berbahaya di Abu Vulkanik

Saat erupsi, gunung berapi akan memuntahkan abu vulkanik yang teridiri dari partikel-partikel halus batuan pijar. Partikel-partikel tersebut mampu mengiritasi paru-paru, mata, kulis dan saluran udara.

Menurut data American Lung Association, paparan abu vulkanik dapat mengganggu kesehatan baik manusia hingga hewan. Tidak hanya itu, abu vulkanik juga berbahaya bagi aktivitas penerbangan karena dapat merusak mesin pesawat. 

Seperti dilansir dari laman Halodoc, disebutkan kalau menghirup abu vulkanik dapat merusak kesehatan manusia karena aerosol berbahaya dan gas beracun yang membentuk abu dapat mengiritasi paru-paru, mata, bahkan kulit.

Gangguan pernapasan atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi gejala yang paling sering dirasakan masyarakat terdampak dari hujan abu vulkanik. Gejala yang dirasakan seperti hidung beringus, sakit tenggorokan/batuk, mengi/sesak napas, sampai kemungkinan bronkitus. 

Partikel halus abu vulkanik juga bisa membuat gejala iritasi pada mata. Ditandai dari mata menjadi gatal dan memerah, lecet atau goresan halus pada kornea hingga peradangan di area bola mata atau konjungtivitas.

Abu vulkanik yang tersebar di udara dari dampak letusan gunung berapi juga dapat menimbulkan iritasi kulit. Hal ini disebabkan karena partikel debu vulkanik memiliki sifat yang iritan dan korosif.

Debu vulkanik ini akan semakin berbahaya bagi orang-orang yang memiliki kulit sensitif. Diawali gejalanya dengan kulit yang memerah dan juga gatal-gatal.

Sebisa mungkin untuk meminimalisir gangguan kesehatan dari paparan abu vulkanik, masyarakat dan pengungsi diminta untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, mengenakan kacamata pelindung yang menutupi area mata, hidung dan mulut, serta mengenakan masker kain.

Mitigasi Bencana yang perlu disiapkan  

Perlu diingat, Indonesia berada di persimpangan tiga lempeng tekntonik bumi. Hal itu pula yang menyebabkan iIndonesia memiliki banyak gunung berapi atau ring of fire.

Memahami kondisi tersebut, ada baiknya masyarakat memahami mitigasi bencana. Guna meminimalisir korban dan kesiapan dalam menghadapi bencana. 

Mengutip rekomendasi dari BNPB, masyarakat yang tinggal di kawasan bencana perlu menyiapkan sejumlah kebutuhan untuk mewaspadai kondisi darurat. Salah satunya dengan menyiapkan Tas Siaga Bencana. 

Tas siaga bencana umumnya berisi barang-barang pokok dan penting yang wajib ada ketika sebuah bencana atau kondisi darurat terjadi sesuai kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Termasuk cadangan makanan dan minuman, apabila bantuan belum datang.

Berikut beberapa hal yang perlu dipehatikan saat menyusun tas siaga bencana:

  1. Surat-surat penting seperti Akta Kelahiran, Ijazah, Surat Kendaraan, Kartu Keluarga, dan lainnya.
  2. Pakaian, termasuk selimut, handuk, jas hujan dan perlengkapan mandi.
  3. Makanan ringan dan tahan lama seperti mie instan, abon, coklat, biskuit, dan lainnya.
  4. Air minum yang setidaknya dapat mendukung kebutuhan.
  5. Obat-obatan pribadi atau umum.
  6. Alat bantu penerangan seperti senter, lilin, korek api, dan sebagainya.
  7. Siapkan uang tunai dalam tas untuk bekal selama pengungsian.
  8. Peluit sebagai alat bantu pertolongan jika sewaktu-waktu terjebak.
  9. Masker sebagai alat lindung pernapasan.
  10. Radio atau ponsel untuk memantau informasi lebih lanjut mengenai bencana alam. Tak luput, kabel pengisi daya maupun power bank.