JAKARTA - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, aktivitas kegempaan di Gunung Semeru masih tinggi terutama gempa letusan, gempa guguran, gempa tremor harmonik, dan gempa vulkanik dalam.
"Jumlah dan jenis gempa yang terekam masih didominasi oleh jenis gempa permukaan, seperti gempa letusan, gempa hembusan dan gempa guguran. Gempa vulkanik dalam dan tremor harmonik terekam lebih intensif," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Antara, Selasa, 16 April.
Gempa vulkanik dalam dan tremor harmonik yang semakin intensif terekam mengindikasikan semakin intensifnya suplai magma dari bawah permukaan bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan serta adanya proses penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Seloko.
Gempa yang berasosiasi dengan kejadian lahar juga beberapa kali terekam. Kejadian getaran banjir yang tercatat oleh Badan Geologi mengindikasikan adanya kejadian lahar di aliran sungai yang berhulu di Gunung Semeru terutama yang mengarah ke aliran Besuk Kobokan.
Berdasarkan pemantauan deformasi dengan peralatan tiltmeter dan GPS kontinyu hingga 15 April 2024 menunjukkan pola inflasi. Inflasi merupakan fenomena penggembungan di tubuh gunung api dan menjadi salah satu tanda akan erupsi.
Pola inflasi itu tampak di bagian bawah maupun bagian atas tubuh Gunung Semeru yang berkorelasi dengan terus terjadinya perpindahan tekanan dari dalam tubuh gunung api ke permukaan bersamaan dengan keluarnya material saat terjadi erupsi dan hembusan.
BACA JUGA:
"Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada Level III (Siaga) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini," kata Wafid.