Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berpesan untuk mengembalikan kejayaan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang sempat mencapai kapitalisasi pasar sebesar Rp450 triliun pada era '90-an. Pesan ini adalah bentuk tanda sayang Erick pada perusahaan telekomunikasi tersebut.

Kapitalisasi pasar Telkom saat ini sudah mencapai Rp317 triliun. Nilai market cap itu menempati urutan ketiga terbesar di bawah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp805 triliun dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar Rp491 triliun.

Namun, Erick mengaku tak mau puas sampai di angka tersebut. Karena itu, ia memberikan tugas khusus kepada jajaran direksi dan komisaris Telkom untuk mampu mengulang pencapaian Rp450 triliun.

Secara infrastruktur Telkom merupakan perusahaan terbesar yang dimiliki BUMN. Pun, bidang bisnis emiten bersandi TLKM menjadi salah satu yang dinilai bisa mendorong perubahan di era pandemi ini.

Erick berujar, pernyataan keras yang dia lontarkan mendorong manajemen Telkom untuk lebih gencar melakukan transformasi. Terbukti, kata Erick, kapitalisasi pasar Telkom saat ini sudah mencapai Rp317 triliun. 

"Mohon maaf saya bicara keras bukan karena tidak sayang, justru karena saya sayang. Terbukti hari ini dengan diskusi bersama dan kemauan bersama jajaran Telkom, baru bergerak dikit saja kapitalisasi pasar sudah Rp317 triliun," katanya, dalam ulang tahun IPO ke-25 Telkom di Jakarta, Kamis, 19 November.

Erick tak khawatir penurunan saham Telkom akibat pernyataannya. Pasalnya, hal ini hanya bersifat sementara. Menurutnya, investor tidak bodoh dan percaya ke perusahaan yang punya startegi jangka panjang dan adaptasi dari perubahan.

"Setelah statement saya, turun, tapi langsung naik lagi karena investor tidak bodoh, investor percaya ke perusahaan yang punya startegi jangka panjang dan adaptasi dari perubahan, terutama di industri yang ada di Telkom," tuturnya.

Erick menyebut target kapitalisssi Rp450 triliun sebagai bagian dari Key Performance Indicator (KPI) manajemen Telkom. Erick meyakini manajemen Telkom mampu merealisasikan target tersebut. 

"Saya yakin kapitalisasi pasar yang ada di Telkom kita bisa kembali naikkan marwahnya seperti waktu itu Pak Setyanto (mantan Dirut Telkom) me-listing-kan. Harga valuasi Rp450 triliun kita bisa kita capai. Ini bagian KPI ya," jelasnya.

Dibandingkan LQ45 yang sebesar 10,77 persen, Erick menyebut indeks 20 perusahaan BUMN telah mencapai 19,37 persen. Artinya, kata Erick, transformasi jajaran BUMN sudah terlihat impact-nya di market. Erick menilai hal ini akan terus tumbuh positif mengingat program transformasi yang tengah berjalan.

"Transformasi yang ada di Kementerian BUMN ini belum transpormasi besar, kalau saya melihat sedang-sedang saja," katanya.

Kisah IPO Telkom

Telkom sendiri pertama kali melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 14 November 1995.

Telkom mencatatkan sahamnya di tiga bursa sekaligus, yakni di Bursa Efek Indonesia yang kala itu masih bernama Bursa Efek Jakarta, juga di New York Stock Exchange dan London Stock Exchange. Namun, Telkom kemudian delisting di Bursa London pada 2014.

Kapitalisasi pasar TLKM dilaporkan menyentuh level di atas Rp450 triliun pada akhir kuartal III 2017 yakni Rp471,74 triliun.

Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan, setelah 25 tahun resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dan New York Stock Exchange, kapitalisasi pasar emiten bersandi TLKM tersebut telah berlipat ganda.

"Ini membuktikan bahwa Telkom merupakan perusahaan dengan kinerja yang baik dan berkesinambungan, serta mampu memenuhi standar internasional dengan kapitalisasi pasar yang terus tumbuh hingga sekitar 12 kali lipat," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Komisaris Utama Telkom Rhenald Khasali mengatakan seiring dengan perkembangan perseroan saat ini, Telkom bertekad untuk terus meningkatkan kapitalisasi pasarnya.

"Kapitalisasi pasar dari Telkom itu adalah di atas 4 persen dari total kapitalisasi yang ada di Bursa Efek Indonesia. Ini adalah suatu kapitalisasi pasar yang berpengaruh cukup besar. Tentu saja mimpi kami lebih dari itu lagi," jelasnya.

Rencana IPO anak usaha Telkom

Seperti diketahui, belum lama ini Telkom mengonfirmasi rencananya untuk membawa salah satu anak usaha perseroan di bidang operator menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi Indonesia alias Mitratel, untuk melakukan IPO.

Telkom Hub di Jakarta. (Foto: Telkom)

VP Investor Relation Telkom Andi Setiawan mengatakan IPO Mitratel dapat merealisasikan potensi kenaikan valuasi dalam bisnis menara Telkom yang dinilainya masih berada di bawah nilai pasar (undervalued) dibandingkan dengan industri.

Selain itu, dengan membawa Mitratel melantai di bursa juga dapat memperkuat posisi perseroan di pasar sekaligus mempersiapkan peluang pengembangan 5G dan mendapatkan efisiensi melalui skala ekonomi.

Rencana ini mendapat sambutan positif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK Djustini Septiana mengatakan, otoritas mendorong Telkom untuk membawa anak-cucu usahanya menghimpun pendanaan melalui pasar modal.

Ia mengatakan, sampai saat ini sudah tedapat 26 badan usaha milik negara (BUMN) serta 23 anak dan cucu BUMN yang telah memanfaatkan pasar modal dalam hal pendanaan.

OJK, kata dia, sangat mendorong agar semakin banyak perusahaan yang dapat memanfaatkan pasar modal, termasuk dengan perusahaan dalam kelompok usaha Telkom sebagai perusahaan pelat merah.

"Dapat didorong juga untuk mulai memanfaatkan pasar modal, bisa dimulai dengan mendorong anak perusahaan yang memang memiliki prospek usaha yang cukup baik sehingga bisa menarik minat investor," tuturnya.

Djustini menilai selama 25 tahun TLKM melantai di Bursa, induk usaha PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) tersebut cukup banyak berperan dalam pengembangan pasar modal Indonesia, baik dari aktivitas korporasi maupun perdagangan saham di BEI.

Lebih lanjut, dia berujar dari sisi ekuitas sampai saat ini kepemilikan masyarakat atas saham TLKM mencapai 44 persen. Begitu pula dengan kapitalisasi pasar TLKM yang mencapai 4,4 persen dari total market cap bursa. "Maka sangat terlihat Telkom cukup berperan di pasar modal kita," tuturnya.

Ia berharap semakin banyak BUMN serta anak dan cucu BUMN yang masuk ke pasar modal. Hal ini dapat menjadi role model bagi perusahaan lainnya, terutama dalam menerapkan good corporate governance (GCG) dan dalam kepatuhan terhadap perundang-undangan.