Suhu Panas Ekstrem di Indonesia Mencapai 36,1 Derajat Celcius: Segera Antisipasi Bencana Kekeringan di Musim Kemarau
Ilustrasi suhu panas ekstrem yang saat ini dirasakan di Indonesia. (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA – Beberapa hari terakhir Indonesia diterpa suhu panas ekstrem. Menurut catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pada 1-7 Mei suhu udara rata-rata di Indonesia adalah 33-36,10 Celcius. Meskipun belum memecahkan rekor suhu tertinggi di Indonesia, cuaca panas akhir-akhir ini sudah mengundang banyak keluhan.

Suhu tertinggi 36,10 Celcius tercatat di wilayah sekitar Jadebotabek dan Kalimarau di Kalimantan Utara. Rekor suhu panas di Indonesia pada April dalam 4-5 tahun terakhir masih dipegang Palembang pada 2019. Suhu udara di Kota Pempek tersebut mencapai 38,80 Celcius. Sementara suhu tertinggi pada Mei dicatat di Samarinda pada 2018, yang juga tercatat 38,80 Celcius.

“Masyarakat diimbau untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh, terutama bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari,” ujar Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi dalam keterangan tertulis pada 9 Mei.

Ilustrasi suhu panas ekstrem yang saat ini sedang terjadi di Indonesia. (Antara)

Menurut Guswanto, ada beberapa hal yang menjadi penyebab suhu udara di Indonesia dalam beberapa hari terakhir di April-Mei terasa sangat panas. Pertama adalah posisi matahari yang berada di utara ekuator, mengindikasikan bahwa wilayah Indonesia sudah mulai memasuki musim kemarau.

Tingkat pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia sudah sangat berkurang, sehingga cuaca cerah mulai pagi hingga siang hari akan dominan. Dominasi cuaca cerah tersebut mengoptimalkan penerimaan sinar matahari di muka bumi, sehingga menyebabkan suhu udara yang dirasakan masyarakat terasa panas dan terik.

Bukan Gelombang Panas

Banyak masyarakat yang menyebutkan bahwa suhu panas yang dirasakan di Indonesia adalah akibat heatwave, atau gelombang panas. Namun Guswanto menampik bahwa yang terjadi di Indonesia adalah fenomena gelombang panas.

“Suhu panas terik di Indonesia bukan gelombang panas,” kata Guswanto.

Terminologi gelombang panas menurut World Meteorological Organization (WMO) adalah situasi udara panas berkepanjangan selama minimal lima hari berturut-turut. Dalam fenomena gelombang panas, suhu harian tertinggi bisa di atas suhu maksimum rata-rata hingga 50 Celcius.

Meskipun bukan termasuk gelombang panas, namun Guswanto tetap mengingatkan agar masyarakat selalu menjaga kondisi dengan minum air dalam porsi yang cukup. Suhu panas terik di Indonesia diperkirakan akan terus berlangsung hingga pertengahan Mei.

Panas Luar Biasa di Asia Selatan

Suhu panas yang dirasakan masyarakat di Indonesia belum sebanding dengan yang terjadi di India dan Pakistan. Di negara belahan Asia Selatan tersebut, suhu panas mencapai titik tertinggi dalam 100 tahun terakhir.

Dikutip dari The Guardian, suhu panas ekstrem tertinggi di Pakistan tercatat di Kota Jacobabad yang mencapai 490 Celcius. Sementara di India, suhu udara tertinggi dicapai di Kota Banda, yaitu 47,20 Celcius. Kedua kondisi panas ekstrem itu tercatat pada 30 April lalu.

Departemen Meteorologi India menyebutkan bahwa gelombang panas sebenarnya adalah hal biasa di negara itu dan Pakistan, namun kedatangan, intensitas, serta durasi tahun ini berbeda. Gelombang panas datang lebih cepat dan suhunya luar biasa. Para ilmuwan yakin bahwa fenomena gelombang panas kali ini dipengaruhi pemanasan global.

Apa yang terjadi di Indonesia, India, dan Pakistan kontradiktif dengan kondisi di Hong Kong dan Thailand. Suhu di Hong Kong pada 2 Mei tercatat 16,40 Celcius, yang merupakan terendah pada bulan Mei sejak 1917. Di Distrik Umphang, Thailand bagian barat yang berbatasan dengan Myanmar, suhu udara tercatat 13,60 Celcius pada 4 Mei. Itu adalah suhu terendah yang pernah tercatat di Thailand pada Mei.

Warga Tokyo mengenakan payung untuk melindungi diri dari terik matahari pada 2019, yang tercatat dalam sejarah sebagai cuaca terpanas di Jepang. (Kyodo)

“Bahaya cuaca dan iklim terutama banjir badai dan kekeringan, memiliki dampak yang signifikan pada banyak negara di kawasan Asia. Ini mempengaruhi pertanian dan ketahanan pangan, serta berkontribusi pada peningkatan perpindahan dan kerentanan migran, pengungsi, dan orang terlantar. Kondisi tersebut juga memperburuk risiko kesehatan, masalah lingkungan, dan hilangnya ekosistem alam,” ujar Petteri Taalas, Sekjen WMO.

Menurut catatan WMO, Asia mengalami suhu terpanas pada 2020 dengan peningkatan rata-rata 1,390 Celcius dibandingkan kurun waktu 1981-2010. Bahkan suhu terpanas hingga 380 Celsius pada 2020 juga tercatat di Kota Verkhoyanks, Rusia. Itu adalah suhu tertinggi yang pernah tercatat di wilayah Lingkaran Arktik.

Dari catatan United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP), badan PBB yang mengurusi masalah ekonomi dan sosial di Asia Pasifik, bencana alam banjir, kekeringan, dan badai di Asia pada 2020 menyebabkan kerugian hingga 408 miliar dolar AS atau hampir Rp 6000 triliun!

Jadi sebaiknya Indonesia mewaspadai suhu panas ekstrem yang muncul akhir-akhir ini. BMKG sedini mungkin memberikan peringatan tentang ancaman kekeringan, yang bukan mustahil melanda Indonesia selepas Mei ini. Bumi memang semakin panas dan tak menentu.