Hindari Mudik di Akhir April: Ada 23 Juta Mobil dan 17 Sepeda Motor Tumplek di Jalanan
Kemacetan di Tanjakan Gentong, Kabupaten Tasiikmalaya menjadi pemandangan rutin di setiap musim liburan, termasuk Lebaran. (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Lebaran tahun ini semangat masyarakat terutama umat muslim sangat menyala menjelang detik-detik libur Lebaran yang semakin dekat. Tahun ini mau mau mudik ke mana? Bandung, Semarang, Medan, atau Padang?

Apalagi izin mudik tahun ini telah dikantongi dari pemerintah. Tidak seperti dua tahun lalu, karena penyebaran COVID-19 yang masih tinggi banyak pemudik yang kucing-kucingan dengan petugas demi berlebaran di kampung halaman.

Melalui akun YouTube Sekretariat Presiden pada 20 April 2022 yang juga diunggah di akun resmi Instagramnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, akan ada 23 juta mobil dan 17 juta sepeda motor digunakan para pemudik pada tahun ini. Angka ini merupakan jumlah yang sangat besar dan kemacetan parah diperkirakan akan terjadi. Jokowi pun mengimbau agar menghindari puncak mudik pada 28-30 April 2022.

"Saya mengajak masyarakat untuk menghindari puncak arus mudik pada tanggal 28, 29, dan 30 April 2022. Saya mengajak masyarakat untuk mudik lebih awal, tentu saja menyesuaikan dengan jadwal libur dari tempat bekerja,” ujar Jokowi.

Kemacetan di pintu tol Bakauheni, Lampung. (ANTARA)

Sebab itu perlu bagi masyarakat yang ingin mudik untuk mengatur jadwal perjalanan mereka agar bisa menghindari waktu-waktu tersebut. Pemerintah juga telah menyiapkan langkah untuk mengantisipasi kemacetan pada saat arus mudik.

"Pemerintah telah menyiapkan rekayasa lalu lintas melalui aturan ganjil genap, pemberlakuan satu arah, dan larangan truk masuk jalan tol,” ujarnya.

Menutup pernyataannya, Jokowi juga kembali mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

"Jangan lupa tetap mematuhi protokol kesehatan utamanya memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak,” ujar Jokowi.  

Pemerintah mengimbau masyarakat menghindari mudik di waktu-waktu yang diprediksi menjadi puncak arus mudik agar bisa menghindari kemacetan.

Dengan jumlah kendaraan yang begitu besar diperkirakan akan menimbulkan kemacetan parah di berbagai ruas jalur mudik. Diperlukan kerjasama dengan masyarakat agar mengatur perjalanan tidak berbarengan. Puncak arus mudik diperkirakan pada 28 April 2022.

Kapal laut bisa menjadi aternatif bagi pemudik Lebaran. (ANTARA/Didik Suhartono)

Menurut catatan Korlantas Polri, ada 23 ruas tol yang rawan kemacetan saat mudik lebaran 2022, dan semuanya adalah Trans Jawa.

"Iya, ada 23 ruas tol yang rawan kemacetan," ujar Kabag Ops Korlantas Polri Kombes Eddy Djunaedi kepada VOI, Selasa, 19 April.

Ruas tol yang masuk titik rawan kemacetan berada di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Hal ini yang menyebabkan kesepakatan antara Korlantas dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menerapkan skema lalu lintas untuk memecah kemacetan atau kepadatan, yakni ganjil-genap dan satu arah.

Sedangkan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat memetakan beberapa titik kemacetan pada jalur mudik lebaran 2022. Menurut Kepada Dishub provinsi Jawa Barat A.Koswara, titik kemacetan jalur mudik Jawa Barat di antaranya Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jalan Cagak Nagrek, Kabupaten Bandung, Kawasan Malangbong, Kabupaten Garut, dan Lingkar Gentong.

Harus Dipersiapkan Matang

Pengamat kebijakan publik Trubus Rahardiasyah menyatakan pemerintah harus secara matang dalam menyiapkan mudik, jika tidak dikelola dengan baik mudik dengan jumlah yang besar ini berpotensi memicu pada banyak permasalahan seperti kemacetan, kecelakaan, dan kejahatan.

“Jika ada 80 juta lebih pemudik, berarti akan timbul kemacetan di jalan tol, penerapan ganjil genap akan menyebabkan kemacetan di jalan arteri, menurut saya potensi kecelakaan, rawan kejahatan akan sangat tinggi,” katanya, seperti dikutip Antara pada 11 April.

Trubus juga menekankan COVID-19 masih merupakan ancaman dengan varian baru. Jumlah kasus setiap saat bisa melonjak, sehingga masyarakat tetap harus selalu diingatkan.

Mudik tahun ini seperti hutang rindu yang akan terbayarkan, karena lampu hijau mudik telah ditunggu-tunggu sejak COVID-19 melandai. Larangan mudik dua tahun lalu, karena kekhawatiran akan menjadi mata rantai penyebaran virus tersebut di kampung halaman.

Namun anjing menggonggong kafilah berlalu, karena masih banyak warga yang nekat pergi mudik dengan cara yang bikin kita geleng kepala. Mulai dari naik ambulans, naik truk sayur, bersembunyi di truk pembawa sapi, menggunakan atribut ojek online, hingga menyewa towing, semua demi keinginan pulang kampung.

Pemudik dengan sepeda motor beristirahat karena kekelahan. (ANTARA/Oky Lukmansyah)

Larangan mudik 2020 setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan memberlakukan aturan per 24 April 2020, dan adanya sanksi mulai diberlakukan pada 7 Mei 2020. Hal ini karena lonjakan COVID-19 yang tinggi tidak hanya di Indonesia tapi hampir seluruh dunia.

Tapi kenekatan warga yang mudik ke kampung halaman terutama dipicu karena tahun pertama pandemi adalah masa yang sangat sulit, khususnya di Jakarta. Banyak warga tak memiliki penghasilan atau dirumahkan karena imbas pandemi. Pulang kampung adalah solusi yang terbaik saat itu.

Tahun ini COVID-19 melandai, ekonomi mulai tumbuh. Keinginan semua orang untuk kembali pergi mudik Lebaran akhirnya kembali terwujud. Tiket semua jenis akomodasi telah dijual jauh-jauh hari.

Mudik sudah pasti indentik dengan kemacetan panjang di perjalanan. Itu sebabnya Jokowi menganjurkan warganya jangan pergi di puncak arus mudik, agar mengurangi kepadatan. Macet memang tidak menyenangkan, tapi macet tahun ini lebih bermakna. Setelah dua tahun tidak mudik lebaran. Kemacetan ini adalah perasaan benci tapi rindu.