Pemerintah Sudah Benar Soal JHT, Data BPS: Hampir 15 Juta Orang Berusia 60 tahun ke Atas Masih Bekerja dan Hanya 55 Persen Bermimpi Pensiun
BPJS Ketenagakerjaan, aturan baru soal pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) idealnya sudah benar. (Foto: Dok. Kemenaker)

Bagikan:

JAKARTA - Pencairan dana jaminan hari tua (JHT) kini tak bisa secepat sebelumnya. Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) telah menerbitkan Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua (JHT).

Pada Pasal 3, tertulis manfaat JHT akan diberikan kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) berusia 56 tahun. "Manfaat JHT bagi Peserta yang mencapai usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a diberikan kepada peserta pada saat mencapai usia 56 tahun”. Begitu yang tertulis dalam Permenaker terbaru tersebut. 

Banyak orang membayangkan,masa pensiun bisa jadi merupakan masa keemasan buah dari perjalanan karier yang diupayakan sejak masa muda. Namun, masa pensiun dinikmati tidak selalu dan tidak perlu dengan kemewahan.

Bursa pencari kerja. (Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho)

Menghabiskan masa pensiun di daerah dengan cuaca bagus, layanan kesehatan yang baik, dan biaya hidup murah adalah kemewahan yang paling mendasar bagi para pensiunan yang menginjak lansia.

Dana masa pensiun perlu dipersiapkan memang ada benarnya. Besarnya tabungan yang dimiliki menjadi insentif untuk kehidupan masa pensiun yang diimpikan. Namun, gambaran yang ideal mungkin sulit dijangkau oleh semua orang. Terutama bagi yang tabungannya tidak besar atau dananya pas-pasan.

Hasil Survei HSBC

Hong Kong and Shanghai Bank Corporation (HSBC) merilis laporan bertajuk Future of Retirement Healthy New Beginnings. Laporan ini merupakan hasil survei terhadap lebih dari 18.000 orang di 17 negara di seluruh dunia ini, termasuk Indonesia. Penelitian ini digelar secara daring oleh Ipsos MORI. HSBC telah menggelar penilitian mengenai masa depan pensiun sejak 2019 silam dengan melibatkan lebih dari 159.000 responden di seluruh dunia.

Hasil survei terbaru mengungkapkan, sebanyak 65% dari orang berusia 45 tahun atau lebih memimpikan bisa menikmati pensiun dalam lima tahun mendatang. Namun, sebanyak 37% dari kelompok tersebut mengaku tidak bisa mewujudkan mimpi mereka, terutama karena mereka masih harus berjuang secara finansial.

Keinginan terbesar untuk pensiun terjadi di Argentina. Di negara tersebut, sebanyak 78% pekerja berusia 45 tahun ke atas menginginkan pensiun. Sedangkan di China sebanyak 75%, Prancis sebanyak 77%, dan Inggris sebanyak 75%. Di Indonesia, hanya 58% responden yang bermimpi ingin pensiun.

Sebanyak 81% pekerja di atas usia 45 tahun yang memiliki pasangan yang telah pensiun ingin segera pensiun dalam lima tahun ke depan. Sebanyak 39% di antara mereka ingin pensiun agar bisa bergabung dengan pasangannya di masa pensiun.

Ilustrasi pensiunan mengambil uang pensiun di Kantor Pos. (Foto: Antara)

The Annual Global Retirement Index 2022 yang dilansir oleh International Living pada awal Januari lalu mengungkap negara-negara di Eropa dan Amerika Tengah yang menjadi tempat terbaik untuk menjalani masa pensiun. Kriteria yang menjadi syarat untuk jadi tempat terbaik tersebut tidak muluk-muluk dan jauh dari gemerlap.

Artinya, tinggal di tempat tersebut cenderung bisa membuat seorang pensiunan menjalani kehidupan yang lebih bahagia.

Jika dirangkum, kriterianya antara lain tempat dengan cuaca bagus, layanan kesehatan yang baik untuk setiap keluhan yang dirasakan kaum lansia, ketersediaan hiburan, serta biaya hidup yang murah.

Berikut 10 negara yang dianggap paling baik untuk menghabiskan hari tua, dikutip dari laman NZ Herald, Senin 21 Februari 2022.

     1.Panama

Tempat terbaik menurut indeks tersebut adalah Panama. Ada pilihan lokasi tempat tinggal di kota, pantai, pegunungan, maupun dataran tinggi. Keunggulan lain di negara beriklim tropis itu yakni penduduk yang terkenal ramah, standar terbaik fasilitas medis, dan tingkat kejahatan rendah.

  1. Kosta Rika

Terletak di antara Panama dan Nikaragua, negara Amerika Tengah ini memiliki tingkat melek huruf yang tinggi. Biaya hidupnya rendah, pemandangan negaranya indah, kehidupan demokrasinya stabil, dan sistem perawatan kesehatannya merupakan salah satu yang terbaik di Amerika Latin.

  1. Meksiko

Meksiko berada di urutan ketiga sebagai tempat pensiun terbaik. Perawatan kesehatan yang terjangkau menjadikannya destinasi wisata medis. Proses pembuatan visa dan residensi yang tidak rumit juga membuat perpindahan ke Meksiko lebih mudah dibandingkan dengan negara lain.

  1. Portugal

Kota-kota kuno dan pantai-pantai alami di Portugal telah memikat para pelancong dari segala usia, termasuk mereka yang berusia senja. Bahasa Inggris digunakan secara meluas di sejumlah wilayah Portugal, menjadi salah satu nilai tambah untuk lokasi menghabiskan masa tua warga dunia.

  1. Kolombia

Kolombia menawarkan berbagai lanskap memesona, mulai dari hutan hujan, pulau, dan pegunungan. Selain akses ke fasilitas perawatan kesehatan berkualitas tinggi, biaya properti di Kolombia relatif rendah dan proses aplikasi visa yang tidak rumit.

  1. Ekuador

Iklim yang hangat, kekayaan budaya, dan biaya hidup terjangkau; semua bisa didapat di Ekuador. Kombinasi itu dianggap cocok bagi orang yang ingin menikmati hari tua. Ada pilihan untuk tinggal di kota modern atau komunitas masyarakat pesisir pantai yang santai.

  1. Prancis

Bayangkan tinggal di sebuah desa yang damai di Prancis. Pensiunan bisa menjajal berbagai hidangan khas dan singgah ke tempat-tempat bersejarah. Nilai plus lainnya yaitu biaya perumahan yang terjangkau di wilayah tertentu, serta sistem kesehatan yang mumpuni.

  1. Malta

Malta lebih cocok bagi penyuka matahari, dengan berbagai lokasi menarik seperti desa nelayan di pesisir laut, kota kecil, atau pegunungan berbatu. Meski begitu, negara kepulauan di Eropa Selatan ini punya sistem kesehatan kelas dunia dan beragam makanan khas.

  1. Spanyol

Kombinasi destinasi wisata alam yang mudah diakses, perawatan kesehatan berkualitas tinggi, dan diet Mediterania yang sehat ada di Spanyol. Tidak heran jika negara ini dianggap sebagai tempat yang bagus untuk pensiun.

  1. Uruguay

Jika petualangan di luar ruangan, budaya dinamis, dan masakan lezat menjadi prioritas Anda, Uruguay adalah tempat yang sempurna. Biaya kesehatan di negara ini juga sangat terjangkau, selain iklim ideal seperti musim panas yang hangat dan musim dingin yang sejuk

Lima terbesar tempat terbaik di dunia untuk masa pensiun versi International Living berturut-turut diduduki oleh Panama, Kosta Rika, Meksiko, Portugal, dan Ekuador. Di lima urutan selanjutnya ada Kolombia, Perancis, Malta, Spanyol, dan Uruguay.Ada sepuluh kriteria yang menjadi penilaian terpilihnyanegara-negara tersebut, antara lain perumahan, benefit, visa atau izin tinggal, hiburan, dan pengembangan yang dibutuhkan. Selain itu juga terkait cuaca, layanan kesehatan, pemerintahan yang tidak berbelit-belit, kesempatan, dan biaya hidup.

Untuk kawasan Asia, posisi Bali dengan skor 69 di peringkat 16 masih kalah dibandingkan Thailand yang berada di urutan ke-11 (skor 72,9), Kamboja di urutan ke-14 (skor 72,3) , dan Malaysia di urutan ke-15 (skor 72). Thailand unggul di kriteria biaya hidup dan kemudahan memperoleh visa/izin tinggal.

Kamboja, sama dengan Indonesia, unggul di kriteria biaya hidup dan hiburan. Sementara Malaysia unggul di kriteria biaya hidup dan pengembangan. Adapun Vietnam berada di urutan ke-18 dengan skor 68,3.

Biaya Pensiun

Bagaimana menjalani keseharian di masa pensiun masih menjadi kekhawatiran utama para pensiunan, terutama terkait dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Itu sebabnya, berada di daerah dengan biaya hidup murah menjadi salah satu pertimbangan utama.

Tidak memiliki dana yang cukup di masa tua menjadi masalah utama yang universal. Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) pernah menyampaikan bahwa 51 persen pekerja khawatir tidak menghasilkan uang yang cukup untuk menjalani hidup di masa pensiun 22 Oktober 2019.

Hal itu lumrah karena di masa pensiun banyak orang ingin melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, lepas dari pekerjaan. Kegiatan itu antara lain melakukan perjalanan ke berbagai destinasi wisata (traveling), menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga dan teman, mengerjakan hobi baru, atau bahkan sekadar menjadi sukarelawan untuk kegiatan tertentu.

Kecukupan dana sangat diperhitungkan untuk melakukan hal-hal tersebut. Sebuah penelitian AAG yang dilansir WEF 3 Februari 2022 mengenai biaya di masa pensiun menyebutkan, satu dari empat responden (25 persen) di Amerika Serikat meyakini bahwa mereka membutuhkan setidaknya 1 juta dollar Amerika Serikat untuk menjalani kehidupan pensiun yang nyaman dan menyenangkan.

Jika dirupiahkan, nilainya tidak kurang dari Rp14 miliar. Hanya tujuh persen responden yang menyatakan cukup dengan uang tidak lebih dari 25.000 dollar AS atau setara Rp350 juta untuk masa pensiun yang layak.

Tetap Bekerja

Berkebalikan dengan aliran orang yang ingin pensiun lepas dari pekerjaan yang menimbulkan tekanan dan bersenang-senang, terdapat sebagian orang lainnya yang ingin tetap bekerja meski sudah memasuki masa pensiun. Disebutkan, 59 persen pekerja di Italia, AS, dan Australia berharap tetap bekerja meski sudah pensiun (WEF, 22 Oktober 2019).

Sementara di Belanda, hanya 32 persen yang mengharapkan hal sama. Angka yang lebih rendah ini kemungkinan disebabkan oleh sudah baiknya sistem pendukung pensiun di Negara Kincir Angin tersebut, bahkan salah satu yang terbaik di dunia.

Di Indonesia, data dari Badan Pusat Statistik memperlihatkan hampir 15 juta orang yang berusia 60 tahun ke atas masih bekerja, baik di sektor formal maupun nonformal. Jumlah ini adalah 11,4 persen dari total penduduk yang bekerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional pada Agustus 2021.

Jumlah tersebut meningkat dibandingkan kondisi tahun 2019. Di tahun sebelum pandemi itu, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas yang masih bekerja tercatat sebanyak 12,9 juta orang atau 10,2 persen dari total penduduk yang bekerja. Di tahun 2020, jumlahnya menjadi 14,7 juta orang (11,5 persen).

Terpukulnya perekonomian akibat pandemi COVID-19 rupanya telah memaksa penduduk lansia tetap bekerja untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang biayanya cenderung naik. Meskipun terdapat kemungkinan sebagian kecil tetap bekerja karena faktor aktualisasi diri.

Kembalikan Fungsi

Kebijakan baru pemerintah tersebut mengembalikan program JHT ke fungsi awalnya sebagai tabungan untuk masa tua yang baru bisa dicairkan pada usia 56 tahun (usia pensiun), atau pada saat pekerja meninggal (untuk ahli waris), cacat total tetap, atau ketika berganti kewarganegaraan.

Kebijakan ini ditentang oleh banyak buruh/pekerja oleh karena menghilangkan kesempatan bagi pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja atau mengundurkan diri dari perusahaan, yang berdasarkan aturan sebelumnya (Permenaker Nomor 19/2015), bisa mendapatkan dana yang mungkin cukup besar untuk menata ekonomi mereka ke depan, mempersiapkan masa tua/pensiun.

Menteri Tenaga Kerja RI, Ida Fauziyah. (Foto: Dok. Kemenaker)

Terlepas dari perdebatan mengenai kebijakan baru tersebut, sejatinya pemerintah menghadirkan support system yang menjamin kehidupan di masa tua atau di masa pensiun yang yang lebih baik berdasarkan sepuluh kriteria International Living tersebut di atas.

Peran pemerintah sama pentingnya dengan upaya setiap individu untuk mengonstruksi masa pensiun yang diidamkan. Dengan demikian, tidak ada kekhawatiran untuk menghadapi masa pensiun yang penuh ketidakpastian.

Dalam perkembangan terkini, Presiden Jokowi meminta Menaker Ida Fauziyah untuk melakukan revisi terhadap Permenaker Nomor 2 Tahun 2022. Belum jelas revisi seperti apa yang akan dilakukan terhadap aturan baru soal JHT tersebut.