JAKARTA - Penikmat film genre horor-thriller selalu menikmati tema zombi karena menarik perhatian. Film zombie selalu menceritakan bagaimana manusia bertahan dari kejaran zombi hingga keberutalan para mayat hidup saat berburu manusia.
Zombi diilustrasikan sebagai mayat hidup yang bisa memangsa manusia. Munculnya zombi biasanya diawali dengan penyebaran virus. Manusia yang pernah digigit zombie akan ikut berubah juga menjadi zombie akan ikut berubah menjadi zombie juga.
Umumnya film dengan tema zombi selalu box office di industri perfillman. Film Train to Busan, Peninsula, Alive, World War Z, Kingdom dan yang masih menjadi perbincangan All of Us are Dead produksi Netflix merupakan beberapa film bertema Zombi yang paling banyak di bicarakan.
Dilansir dari MedicalNewsToday, Kata zombi sendiri pertama kali muncul dalam bahasa Inggris pada tahun 1800-an. Kata tersebut ada dalam karya seorang pujangga Robert Southey yang berjudul History of Brazil.
Kata zombi juga muncul dalam kamus Merriam-Webster yang dikaitkan dengan bahasa kreol Louisiana atau Haiti karena mirip dengan kata 'nzumbe' dari Kumbundu yang berarti hantu.
Penyebaran virus Zombi
Zombie atau mayat hidup seringkali muncul di dalam film, karya sastra, atau sebuah karya imajinatif lainnya. Keberadaan zombi dianggap sebagai salah satu wujud hantu manusia. Tapi apakah zombi sebe sebenarnya ada?
Dilansir dari Live Science, Profesor dan psikiater dari Harvard Medical School, Dr. Steven Schlozman, mencoba menjelaskan fenomena wabah zombi dari sudut pandang sains. Tentunya, sebagai seorang dokter, hampir tidak mungkin bagi Schlozman untuk menonton film zombi tanpa mendiagnosis masalah neurologis mereka. Schlozman menegaskan terlebih dahulu bahwa zombie adalah makhluk yang tidak nyata.
BACA JUGA:
Schlozman mengatakan bahwa gejala menjadi zombi, seperti yang ditampilkan dalam film, tidak mudah menemukan kaitan dengan wabah yang ditakuti oleh para ahli epidemiologi di dunia nyata. Tetapi, pola pandemi dapat direpresentasikan dengan cukup rapi pada grafik, apakah itu menyebar perlahan atau cepat, melalui otak yang berceceran atau tetesan udara.
"Setiap penyakit menular yang menyebar memiliki cara matematis tertentu dalam penyebarannya," jelas Schlozman. Virus yang ditularkan melalui gigitan, seperti virus rabies, sebenarnya tidak cepat menyebar karena dapat diisolasi.
Sementara itu, penyebaran virus yang ditular ditularkan melalui udara, seperti influenza, dapat menyebar dengan cepat di suatu wilayah. "Semua pandemi yang kita alami di Bumi biasanya menyebar di udara," ungkap Schlozman.
Zombie dunia Nyata
Zombie ternyata memang ada, namun bukan pada manusia melainkan pada makhluk lain yakni semut, khususnya semut kayu tropis. Jika pada cerita fiksi, zombi terinfeksi sebuah virus atau bakteri, maka pada semut kayu tropis zombi disebabkan oleh jamur parasit.
Melansir dalam Instagram Kemendikbud Ri, profesor entomologi dan biologi dari Universitas Negeri Pennsylvania, David Hughes, menjelaskan bahwa fenomena semut zombi disebabkan oleh jamur parasit bernama Ophiocordyceps Unilateralis.
Jamur parasit tersebut akan menginfeksi tubuh semut yang menyentuhnya. Lalu, ia akan mengutak-atik otot, mengonsumi organ internal, dan merusak sistem otak semut. Akibatnya, tubuh semut dikuasai dan dibuat berperilaku normal seperti semut sehat sebelum membunuhnya secara perlahan.
Ophiocordyceps unilateralis akan menumbuhkan stroma (tangkai jamur) dari bagian belakang kepala semut yang telah mati.
Semut Zombi Pembunuh
Tujuan hidup "Ophiocordyceps Unilateralis" adalah untuk membunuh koloni semut sehat. Terutama semut-semut yang berada pada lingkungan yang disukai.Sebaliknya, hal tersebut tidak dapat ia dilakukan dari dalam koloni karena semut sangat menjaga kebersihan lingkungannya.
Pada saat dewasa, stroma atau tangkai jamur semut zombi akan menyebarkan spora beracun untuk membunuh koloni semut yang sehat. Namun, penting untuk diketahui bahwa Ophiocordyceps Unilateralis ini tidak dapat mengubah manusia menjadi zombí, karena ia hanya mampu menginfeksi semut.