Kita Mencintai RCTI sebelum Degradasi Kualitas Siaran TV
Cuplikan pembuka RCTI (Sumber: tangkapan layar YouTube RCTI)

Bagikan:

JAKARTA - Bagaimana pun juga perusahaan media RCTI punya banyak peran di masa lalu. Banyak kenangan dari tayangan-tayangan RCTI di era akhir 90-an dan awal 2000-an, khususnya dalam program siaran sinetron dan anak-anak. Kita tahu, era itu, sinetron dan program anak RCTI memiliki standar kualitas dan nilai pendidikan yang lebih baik. Tapi semuanya berubah. Televisi mengalami degradasi kualitas. 

Warganet di Twitter menceritakan bagaimana tayangan-tayangan lampau RCTI berbekas dalam benak. Mereka mengungkap masa lalu itu lewat balasan twit akun @mazzini_gsp. Salah satu tayangan yang paling mereka rindukan adalah tayangan kartun yang tayang setiap Minggu pagi.

Pemilik akun @nyoongen, misalnya. Ia berkelakar bahwa tayangan kartun RCTI yang tayang setiap Minggu pagi membuatnya betah di depan televisi lama-lama. "Dulu, tapi. Waktu masih kecil, pas Minggu, salah satu setan yang membuat saya jadi males ke sekolah minggu di gereja ya karena ada kartun di rcti," tulisnya.

Selain itu akun @TYORivera mengatakan hal serupa. "Dari pagi nonton kartun terus, siangnya nonton Wiro Sableng ... Zaman dulu artis-artis ingin sekali tampil di RCTI, tapi mulai akhir 2000-an sampe sekarang, mulai bikin males acaranya," tulisnya.

Ada lagi pemilik akun @heera_hera yang lebih menyukai program anak-anak di RCTI. Ia mengaku menanti-nanti tayangan anak-anak Barbie tiap Minggu pagi. Selain itu ia juga menyukai Chibi Maruko-chan.

Sementara, @diijalansepi, lebih menyukai tayangan kontes olah vokal anak-anak Idola Cilik. "Masa-masa kecilku indah ditemani sama Idola Cilik. Pulsa aku habis gegara nda mau Patton keluar dari icil 2," tulisnya. Mayoritas menyukai acara televisi kategori anak-anak dan sinetron di RCTI pada era tersebut.

Selain kartun-kartun Minggu pagi, akun @maungngomul juga menyukai sinetron RCTI zaman dulu. Sebut saja Si Doel dan Keluarga Cemara

Lalu, Aziz Baskoro, pemilik akun @Nuhinainuinainu bahkan masih mengingat salah satu adegan dalam film Si Doel Anak Sekolahan. "Benyamin yang marah-marah, gua yang berasa diomelin," tulisnya. 

Namun, sayangnya sambutan positif itu hanya untuk siaran televisi yang tayang pada akhir 90-an dan 2000-an awal saja. Untuk tayangan serial kartun yang tayang setiap Minggu pagi, misalnya. Rata-rata hanya tayang di tahun 2000-an. 

Begitu juga dengan tayangan sinetron seperti Si Doel Anak Sekolahan yang menayangkan episode terakhirnya pada 26 Juni 2006. Sementara, Keluarga Cemara tayang dalam kurun waktu 1996 sampai 2002.

Degradasi kualitas siaran TV

Secara umum, jenis program siaran mengalami penurunan kualitas sejak 2017. Merujuk Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang dirilis Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) nilai kualitas program siaran televisi tak pernah mencapai standar. 

Menurut survei terbaru pada 2019 kedua (Juni-Agustus), nilai indeks kualitas program siaran televisi secara keseluruhan hanya mencapai 2.90. Padahal KPI menetapkan nilai standar kualitas yaitu 3.00. 

Lalu, pada tahun sebelumnya, di periode kedua, survei KPI mencatat nilai indeks kualitas program siaran televisi lebih rendah, yakni 2,81. Tak beda jauh. Pada 2017, periode kedua, nilai tersebut mencapai 2,88.

Survei Kualitas Program Siaran Televisi 2016 mencatat sinetron dan infotainment sebagai tontonan yang memiliki kualitas rendah. Mereka mencatat sinetron skornya 2,94 dan infotainment hanya 2,52. Padahal standar indeks kualitas siaran yang baik untuk masyarakat ditetapkan pada angka empat oleh KPI.

Dalam survei tersebut, KPI menilai delapan kategori siaran. Di antaranya, wisata budaya, religi, berita, variety show, talkshow, infotainment, dan termasuk kategori yang sedang dibahas: anak-anak dan sinetron.

Infografis (Ilham Amin, Raga Granada/VOI)

Tak pernah mencapai standar

Untuk kategori siaran TV anak-anak, indeks kategori program siaran anak selama tiga tahun --periode pertama 2017 dan periode kedua 2019-- mengalami fluktuasi. Indeksnya naik turun. Pada periode pertama tahun 2017, indeks kualitas program siaran anak berada di angka 3.04. Sementara, di periode kedua 2017 adalah 2.98.

Kemudian, pada periode pertama tahun 2018, indeks program siaran anak ada di angka 3.07, 2.95 di periode kedua, dan 2.96 pada periode ketiga. Sementara, periode pertama tahun 2019 mencatat angka 3.12. Periode kedua tahun itu berada di angka 3.12.

(Ilham Amin, Raga Granada/VOI)

Sementara, untuk kategori sinetron, selama tiga tahun indeksnya mengalami naik turun dan selalu di bawah standar. Pada periode pertama tahun 2017, indeks kualitas program siaran sinetron, 2.45 dan periode kedua, 2.55.

Kemudian, pada periode pertama tahun 2018, indeks sinetron, 2.41, periode kedua, 2.36 dan periode ketiga, 2.28. Sementara tahun 2019 periode pertama, 2.53 dan periode kedua, 2.48 turun 0,05.

(Ilham Amin, Raga Granada/VOI)

Meski program sinetron RCTI mendapat nilai rata-rata terbaik dari saluran televisi lainnya, namun tetap saja masih di bawah standar KPI, yakni 2,72. Nilai itu diambil dari aspek relevansi cerita, kepedulian, menghormati nilai dan norma sosial masyarakat, kesukuan, agama, ras dan golongan, tidak bermuatan kekerasan dan pornografi, tidak mengandung muatan mistik dan melindungi kepentingan anak-anak dan remaja.

Begitu juga dengan indeks rata-rata kualitas program siaran anak RCTI yang hanya mencapai 2.55. Nilai tersebut diambil dari tujuh aspek. Di antaranya, relevansi cerita, informatif dan menstimulasi kognisi anak empati sosial, menghormati nilai dan norma sosial di masyarakat, tidak bermuatan kekerasan, menghormati orang, tidak bermuatan pornografi dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.