Bagikan:

JAKARTA - Total nilai transaksi Trade Expo Indonesia Digital Edition (TEI DE 2021) melampaui target. Ini sejalan dengan kinerja ekspor yang memecahkan rekor tertinggi sejak 2011. Dari angka-angka itulah kita bakal melihat sektor usaha kecil dan menengah (UKM) yang paling potensial.

Nilai transaksi TEI DE 2021 totalnya mencapai 6,06 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp86,95 triliun. Ini melampaui target yang ditetapkan sebesar 1,5 miliar dolar AS.

"Trade Expo Indonesia, meskipun digital edition pada tahun yang ke-36 ini, dengan hasil capaian sebesar 6,06 miliar dolar AS," kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Selasa, 21 Desember dikutip dari Youtube Kementerian Perdagangan.

Komoditas yang paling diminati pembeli adalah batu bara, dengan nilai transaksi sebesar 2,52 miliar dolar AS. Lalu disusul produk pertanian 792 juta dolar AS, produk-produk kimia 316,7 juta dolar AS, kelapa sawit 307,8 juta dolar AS, herbal dan suplemen 300 juta dolar AS, dan kertas & kertas olahan 298 juta dolar AS.

Negara dengan nilai transaksi terbesar yakni China sebesar 1,68 miliar dolar AS atau 27,8 persen dari hasil TEI DE 2021. Kedua terbanyak adalah Mesir sebesar 560,2 juta dolar AS (9,2 persen), disusul Brazil senilai 285,8 juta dolar AS (4,7 persen), Jepang sebesar 252,6 juta dolar AS (4,2 persen), dan India sebesar 204,3 juta dolar AS (3,4 persen).

Tangkap layar Youtube Kementerian Perdagangan

Sektor UKM potensial

Mendag Lutfi menyoroti produk herbal dan suplemen Indonesia yang banyak diminati pembeli. Menurutnya keanekaragaman hayati Indonesia ini bisa menjadi tonggak baru ekspor ke depan.

"Dari herbal dan suplemen sebesar 300 juta dolar AS. Ini mungkin karena terjadi COVID-19 ternyata biodiversity kita bisa menjadi tonggak baru," ujar Lutfi.

Untuk mengenalkan keanekaragaman produk ekspor Indonesia, pemerintah memamerkan produk tersebut secara bergantian dalam Dubai World Expo 2020 yang digelar di Dubai, Uni Emirat Arab. Dubai World Expo 2020 digelar pada 1 Oktober 2021-31 Maret 2022.

Pada minggu ke-12 pameran tersebut misalnya, seperti dikutip koran Kompas 22 Desember 2021, Paviliun Indonesia menampilkan produk usaha kecil dan menengah (UKM) unggul hasil karya penyandang disabilitas. Produk-produk itu antara lain batik ciprat yang menjadi motif syal, songkok, dan tas. Lalu ada juga sikat dari limbah sabut dan batok kelapa, briket arang batok kelapa, dan produk herbal.

Masih dikutip Kompas, Komisioner Jenderal Paviliun Indonesia Didi Sumedi menuturkan Paviliun Indonesia memamerkan produk unggul UKM yang berbeda setiap minggunya. Produk-produk itu seperti makanan dan minuman, dekorasi rumah, kerajinan tangan, perhiasan, dan kain tradisional.

Potensi produk herbal

Dari sekian banyak produk unggulan UKM tersebut, berdasarkan data nilai transaksi terbesar, memang produk herbal dan suplemen menjadi primadona. Sebesar apa potensinya?

Menurut data Badan Pusat Statistik yang diolah Kemendag, Indonesia merupakan pengekspor jamu dan suplemen herbal ke-18 di dunia. Total nilai ekspor jamu Indonesia ke dunia pada 2021 mencapai 41,5 juta dolar AS atau meningkat 10,96 persen dibanding 2019. 

Ekspor jamu telah dilakukan ke beberapa negara, antara lain Nigeria dan Arab Saudi. Di Nigeria sendiri menurut Kepala Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Kemendag RI Heriyono Hadi Prasetyo, Indonesia merupakan salah satu penyuplai produk jamu ke-15.

“Jamu dan suplemen herbal Indonesia merupakan produk yang sangat dicari masyarakat Nigeria, khususnya Nigeria bagian utara. Kami berharap ke depannya akan semakin banyak lagi UKM  produk jamu dan suplemen herbal dari Indonesia yang masuk ke pasar Nigeria dan meningkatkan ekspor Indonesia ke Nigeria, termasuk UKM binaan PPEI,” ujar Heriyono dikutip Kontan.

Mendag Lutfi mengatakan kesuksesan TEI DE 2021 itu sejalan dengan kinerja positif ekspor sepanjang Januari-November 2021. Nilai ekspor Indonesia pada periode tersebut 209,16 miliar dolar AS, tertinggi sejak 2011 yang sebesar 203 miliar dolar AS.

"Hasil dari BPS kemarin, kita ekspor Januari-November ini sudah mencapai 209 miliar dolar AS. Artinya, ini tertinggi dalam sejarah yang terakhir itu  2011 sekitar 203 miliar dolar AS," kata Lutfi.

"Ini neraca perdagangan yang positif sekitar 34 miliar dolar AS tertinggi dalam sejarah. Yang paling penting itu ekspor non migasnya sebesar 45,29 miliar dolar AS. Menjadikan tonggak sejarah baru, tren baru ekspor Indonesia di masa yang akan datang."

Potensi sektor furnitur

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto, mengatakan performa positif ekspor Indonesia tak lepas dari peran berbagai pihak. Termasuk kontribusi para pelaku industri kecil menengah (IKM).

"Performa positif ekspor Indonesia tidak terlepas dari peran berbagai pihak termasuk kontribusi para pelaku IKM yang mampu bertahan di tengah gejolak pandemi Covid-19,” ujar Airlangga seperti dikutip dari laman ekon.go.id.

Hal ini dibuktikan dari kenaikan dua komoditas ekspor yang berbasis pada sektor IKM, yakni ekspor Kayu dan Barang dari Kayu (HS 44) yang mampu tumbuh tinggi 18,31% (yoy) dan Furnitur (HS 94) yang tumbuh mencapai 30,12% (yoy) selama periode Januari hingga Juli 2021. Kedua komoditas tersebut bahkan termasuk dalam 20 kontributor utama ekspor Indonesia sepanjang tahun 2021.

Sektor kayu dan barang dari kayu nilainya mencapai 2,55 miliar dolar AS atau 2,12 persen dari total ekspor. Sementara sektor furnitur nilainya mencapai 1,63 miliar dolar AS atau sekitar 1,36 persen terhadap total ekspor.

Ilustrasi (Unsplash/Nathan Oakley)

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seperti dikutip Bisnis, mengatakan, produktivitas industri pengolahan kayu dalam negeri terus meningkat. Hal ini menurutnya menandakan meningkatnya permintaan pada sektor tersebut.

"Suatu kebanggaan bagi saya berada di antara rekan-rekan pelaku industri yang terus bergerak menciptakan peluang pasar baru dan membangun kemandirian ekonomi melalui investasi baru."

Indonesia disebut berada pada deretan eksportir produk-produk furnitur besar seperti China, Jerman, Polandia, Italia, dan Vietnam. Pada 2020, negara-negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia adalah AS, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.

*Baca Informasi lain tentang EKSPOR baca tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian Arifin.

BERNAS Lainnya