JAKARTA - Setelah niatnya maju menjadi calon gubernur Sumatera Barat (Sumbar) kandas karena aturan usia. Faldo Maldini kini melirik pemilihan kepala daerah (pilkada) Pesisir Selatan (Pessel) 2020. Meski target di Pilgub terhalang regulasi, bukan berarti nyala ambisi Faldo padam begitu saja.
Faldo terus mencari jalan lain agar bisa maju menjadi calon kepala daerah di Sumbar. Ketua PSI Sumbar itu memantapkan langkah maju sebagai calon bupati Pessel dengan mendaftar ke Partai Demokrat Pessel. Faldo resmi mendaftar sebagai bakal calon bupati Pessel ke kantor DPC Partai Demokrat pada Selasa, 24 Desember.
Faldo juga sempat diisukan kembali loncat partai. Jika sebelumnya sebagai kader PSI, kini ia dikabarkan pindah ke partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, kabar itu dibantah PSI. Ketua DPP PSI Tsamara Amany mengaku telah mengetahui Faldo maju pilkada melalui Demokrat. Sebab, PSI tidak memiliki kursi di DPRD Kabupaten Pesisir Selatan untuk dapat mencalonkan Faldo sebagai bupati.
"Wajar saja (kalau) Faldo bangun komunikasi dengan parpol lain (di Pesisir Selatan) dan daftar melalui parpol lain karena PSI tidak ada kursi di sana," ujar Tsamara saat dikonfirmasi, di Jakarta, Kamis, 26 Desember.
Tsamara berujar, majunya Faldo melalui partai politik lain tidak serta merta hal itu menandakan dirinya keluar dari PSI. Ia menegaskan, partainya mempersilakan Faldo mencalonkan diri lewat partai apa pun. Namun posisi Faldo tetap sebagai pengurus PSI. "Posisi Faldo tetap sebagai Ketua DPW PSI," jelasnya.
Mantan Jubir TKN Jokowi-Ma'ruf itu menjelaskan, awalnya Faldo ingin maju sebagai Gubernur Sumbar. Namun, langkahnya terhalang batas minimum usia. Kemudian, PSI mendukung Faldo untuk melakukan judicial review terkait hal itu ke Mahkamah Konstitusi. Tetapi gugatan itu ditolak.
Tsamara mengatakan, karena dukungan dari banyak anak muda di Sumbar dan relawan Faldo yang terus bertambah di bawah naungan gerakan Sumangaik Baru. Maka, salah satu cara pengabdian, di mana Faldo sudah cukup usia adalah melalui kampungnya di Pesisir Selatan sebagai calon bupati.
Ambisi Faldo
Jauh sebelum Faldo memutuskan maju sebagai kepala daerah di Sumbar, ia juga sempat mencalonkan diri sebagai anggota legislatif di Pemilu 2019 melalui PAN. Seperti diketahui, Pemilu 2019 merupakan pemilihan serentak nasional dan menggabungkan antara pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg).
Saat itu, Faldo juga diamanatkan sebagai juru bicara badan pemenangan nasional (BPN) Prabowo-Sandi dari PAN. Meski sering tampil di televisi, hadir di berbagai diskusi dan debat, nyatanya hal itu tidak berpengaruh siginifikan terhadap elektabilitas Faldo. Dirinya tidak lolos ke Senayan. Kemudian, dirinya hengkang dari PAN dan berlabuh ke PSI untuk maju sebagai Gubernur Sumbar.
Namun, lagi-lagi Faldo harus gigit jari. Langkahnya untuk menjadi kepala daerah terhalang regulasi. MK menolak gugatannya. Tak patah semangat, Faldo akhirnya maju sebagai bakal calon bupati Pesisir Selatan.
"Sebuah pelukan begitu bermakna. Ada harapan yang hendak dititipkan, soal kehidupan yang lebih baik, soal mempersiapkan kehidupan yang lebih nyaman bagi generasi penerus. Jika ingin dukung saya, terimakasih, saya syukuri," tulis Faldo di akun Twitter pribadinya.
Pada titik ini, Faldo mengaku dirinya merasa politik seperti perjalanan. Ada yang pergi, ada yang datang. Ada yang menghujat, dan memuji. Namun, rasa di dalam hati terasa semakin terasah. "Pesawat diawali oleh ambisi ingin terbang, bohlam diawali ambisi keluar dari kegelapan, dan mobil diawali oleh ambisi mengalahkan kecepatan kuda. Lalu, apa yang salah?," ujar Faldo.
"Saya sangat menghargai pendapat orang-orang yang mengatakan saya terlalu ambisius. Sering kali saya berpikir, ya kita memang harus punya ambisi. Bukannya, semua yang kita pakai hari ini berawal dari ambisi?" sambungnya.