Bagikan:

JAKARTA - Baru 12 jam menduduki kursi Perdana Menteri (PM) Swedia, Magdalena Andersson mengundurkan diri. Mundurnya PM wanita pertama di Swedia ini terjadi setelah parlemen menolak RUU anggaran koalisi.

Parlemen kemudian meloloskan rencana keuangan yang disusun oleh tiga partai oposisi. Hal tersebut mendorong Partai Hijau untuk keluar dari koalisi dan membuat Andersson tidak punya pilihan selain mengundurkan diri.

Mengutip artikel VOI berjudul Baru 12 Jam Menjabat, PM Wanita Pertama Swedia Magdalena Andersson Mengundurkan Diri, Partai Hijau menyatakan tetap mendukung Andersson dalam pemungutan suara tahun depan.

Adapun Partai Tengah berjanji abstain, yang dalam praktiknya sama dengan mendukung pencalonan Andersson. Partai Kiri juga mengatakan akan mendukungnya. Sementara partai-partai ini tidak dapat menyepakati anggaran, mereka bersatu dalam tujuan menjaga agar Partai Sosial Demokrat Swedia, partai populis yang anti-imigrasi tidak memiliki peran dalam pemerintahan.

"Partai Tengah akan membuka pintu baginya (Andersson) untuk menjadi perdana menteri," kata Ketua Umum Partai Tengah, Annie Loof di Twitter.

"Kami akan memastikan, sekali lagi bahwa Swedia dapat memiliki pemerintahan yang tidak bergantung pada Demokrat Swedia."

Selain berhasil menyatukan Partai Sosial Demokrat Swedia dengan Partai Hijau, Andersson juga menenangkan dukungan dari Partai Kiri dan Partai Tengah, yang mana dukungannya dibutuhkan pemerintah. Tetapi keseimbangan yang kompleks sekarang telah runtuh.

Partai Tengah curiga terhadap pengaruh yang meningkat dari Partai Kiri. Andersson diharapkan dapat menyatukan mereka semua dengan baik untuk memertahankan kekuasaan sampai pemilu yang dijadwalkan pada September 2022.

Langkah Andersson ke kursi PM Swedia

Magdalena Andersson (Sumber: 

Andersson mengambil alih jabatan PM dari Stefan Lofven. Löfven mengundurkan diri sebagai PM Swedia setelah mendapat mosi tidak percaya dari parlemen.

Ia meminta ketua parlemen agar mencoba membentuk pemerintahan baru alih-alih mengadakan pemilu lebih awal. Setelah Pemilu 2018, Swedia mengalami kebuntuan parlemen karena tidak ada yang mau bekerja sama dengan Partai Sosial Demokrat Swedia.

Butuh empat bulan negosiasi untuk menghasilkan pemerintahan yang dipimpin Löfven dan baru diperkenalkan pada Januari 2019, hingga akhirnya pada Agustus 2021 Lofven mengumumkan pengunduran diri dari kepemimpinan di Partai Sosial Demokrat Swedia dan sebagai PM Swedia.

Andersson lalu terpilih sebagai PM Swedia pada 24 November 2021. Di bawah hukum Swedia, calon PM tidak memerlukan dukungan mayoritas di parlemen. Ia hanya perlu menghindari suara mayoritas atau 175 suara yang menentangnya.

Dari 349 anggota parlemen atau Riksdag, 174 orang menentangnya. Total 117 anggota parlemen memilihnya. Sementara 57 abstain dan satu tidak hadir. Hal tersebut membawa Andersson ke kemenangan. Terpilihnya Andersson juga dengan imbalan dana pensiun yang tinggi bagi orang-orang Swedia.

Pemimpin Partai Sosial Demokrat berusia 54 tahun ini mendapat tepuk tangan meriah dari beberapa orang Riksdag. Pemilihannya sebagai kepala pemerintahan diwarnai kesepakatan yang diraih setelah sebelas jam dengan partai oposisi. Andersson terpilih sebagai PM setelah setelah 100 tahun perempuan Swedia diberikan suara.

Andersson adalah mantan juara renang junior dari Kota Uppsala. Ia memulai karier politiknya pada 1996 sebagai penasihat politik untuk PM Swedia Goran Persson. Dia menghabiskan tujuh tahun terakhir sebagai Menteri Keuangan Swedia.

Sebelum anggota parlemen mendukung Magdalena Andersson, Swedia adalah satu-satunya negara Nordik yang tidak pernah memiliki seorang wanita yang menjabat sebagai PM. Menjadi PM wanita pertama dalam sejarah seharusnya menjadi perayaan bagi Magdalena Andersson, namun belum apa-apa ia sudah mengundurkan diri.

Magdalena Andersson dan Stefan Löfven(Sumber: Wikimedia Commons)

Pandemi COVID-19 juga mengekspos kesenjangan yang ada di negara yang digembar-gemborkan sejahtera ini dan pemerintah yang perlu mempercepat peralihan ke ekonomi "hijau" jika ingin memenuhi tujuan perubahan iklimnya. Apa pun kesulitannya, Andersson akan masuk ke dalam buku sejarah sebagai PM wanita pertama di Swedia.

Mundur 40 tahun sebelumnya, negara tetangga Swedia, Norwegia, mendapatkan pemimpin wanita pertamanya dan 60 tahun di belakang Sri Lanka, negara pertama yang memilih seorang PM wanita.

"Saya tahu apa artinya ini bagi anak perempuan di negara kita," kata Andersson yang tampak emosional, mengutip Reuters.

"Saya juga tumbuh sebagai seorang gadis di Swedia dan Swedia adalah tanah ketidaksetaraan gender. Tentu saja, saya tersentuh oleh ini."

Mengutip BBC, kompleksitas politik Swedia membuat banyak orang tidak dapat berasumsi bahwa dunia akan melihat Andersson untuk terakhir kalinya sebagai PM Swedia. Jika ada pemilihan PM lagi, Andersson mungkin akan dipilih lagi.

Partai Hijau sudah berjanji untuk mendukungnya, meskipun berhenti sebagai mitra koalisi formal. Tapi posisi Andersson akan rentan di pucuk pimpinan koalisi minoritas yang rapuh dan masih harus tetap berpegang pada anggaran yang dibuat oleh partai oposisi yang disetujui oleh parlemen. Kita hanya bisa menunggu dan melihat apakah pemilihan PM kembali akan memecahkan kebuntuan dengan pergeseran signifikan ke kanan atau kiri.

*Baca Informasi lain soal BERITA INTERNASIONAL atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

BERNAS Lainnya