JAKARTA - Benteng pertama yang dibangun Bangsa Portugis di Pulau Ambon merupakan benteng kayu yang dibangun di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, pada awal abad ke-16, bukan Benteng Nossa Senhora da Anunciada di Kota Ambon, kata arkeolog Andre Huwae.
"Sesungguhnya Nossa Senhora da Anunciada atau yang lebih dikenal dengan Kota Laha bukan benteng pertama yang dibangun Portugis di Pulau Ambon, tapi benteng kayu yang dibangun di antara Desa Mamala dan Hitu Lama," kata Andrew Huwae dari Balai Arkeologi Maluku, di Ambon, dilansir Antara, Rabu, 27 Oktober.
Bangunan benteng kayu di antara Desa Mamala dan Hitu Lama yang dibangun pada awal abad ke-16 atas izin dari Empat Perdana Hitu.
Berbeda dengan bangunan benteng lainnya yang pernah dibangun oleh Portugis di Pulau Ambon, benteng kayu tak bernama yang berada di Kecamatan Leihitu bukanlah bangunan pertahanan militer, tapi difungsikan sebagai tempat pemukiman sementara bagi awak-awak kapal Portugis yang berlayar dari perairan Malaka dan Ternate.
Akan tetapi, karena Portugis berhasil menjalin persahabatan dengan Hative dan Tawiri yang berada di pantai selatan Jazirah Hitu, Kerajaan Hitu, kemudian berubah pikiran dan mendesak mereka untuk meninggalkan bangunan pertama yang mereka dirikan di Pulau Ambon.
"Dengan bantuan Hative dan Tawiri, Portugis kembali bisa membangun sebuah benteng kayu di sekitar Hukunalu, sekarang namanya Desa Rumahtiga, tapi ternyata benteng itu tidak bisa menjamin keamanan dan mereka terpaksa harus meninggalkannya juga," ujar dia.
BACA JUGA:
Andre mengatakan berbeda dengan benteng kayu yang berada di antara Desa Mamala dan Hitu Lama, pembangunan Benteng Nossa Senhora da Anunciada berawal dari dibangunnya benteng di Pantai Honipopu. Tembok benteng dengan menara-menaranya dibangun lengkap dengan sejumlah rumah di dalamnya dalam waktu tiga bulan.
Pemberian nama Nossa Senhora da Anunciada berkaitan dengan perayaan Paskah atau Anunciada yang bertepatan dengan saat peletakan batu pertama pada 23 Maret 1575 oleh Sancho de Vasconcelos, panglima armada Portugis di Maluku.
"Menurut para saksi mata dari abad ke-17 dan 18, baik Rumphius, Valentijn dan Rijali, benteng tersebut lebih dikenal oleh penduduk Kota Ambon dengan sebutan Kota Laha. Kota artinya benteng dan Laha artinya teluk," ucap Andre Huwae.