Ancaman Terhadap KPK: Dari Serangan Fisik hingga Dugaan Guna-guna
Lambang Komisi Pemberantasan Korupsi (Wardhany Tsa Tsia/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Lewat laporan tahunan 2019, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut ada sejumlah serangan balik yang dilontarkan dari koruptor kepada para pimpinan maupun pegawai KPK. Serangan ini bukan hanya dalam bentuk serangan psikis dan fisik, melainkan juga serangan mistis.

Pada tahun 2019, saat Agus Rahardjo cs menjabat terdapat berbagai ancaman yang dilakukan oleh pihak-pihak yang diduga ingin mengganggu proses penegakan hukum. 

"Sepanjang tahun 2019 serangan kepada pimpinan dan pegawai KPK terjadi beberapa kali terjadi dan tentu saja dilakukan oleh orang-orang yang tak ingin KPK kuat serta dilakukan oleh pihak yang kepentingannya terganggu oleh KPK," tulis Laporan Tahun KPK 2019 seperti dikutip VOI, Senin, 27 Juli.

Lembaga antirasuah tersebut merinci ada sejumlah peristiwa serangan psikis dan fisik terhadap pimpinan KPK seperti penemuan benda mirip bom di kediaman Ketua KPK periode 2015-2019 Agus Rahardjo dan pelemparan bom molotov di kediaman Wakil Ketua KPK Laode M Syarief; dan penganiayaan dua anggota tim surveillance KPK saat memantau informasi dugaan penyuapan di Hotel Borobudur, Jakarta. 

Lebih lanjut, ada juga TGPF kasus penyiraman KPK Novel Baswedan menyerahkan hasil investigasi mereka ke Kapolri; demo bayaran; isu taliban; dan surat kaleng yang menyebut pegawai KPK ikut terlibat dalam demonstrasi mahasiswa menolak RKUHP beberapa waktu lalu juga menjadi salah satu ancaman psikis yang ditujukan kepada KPK.

Selain ancaman langsung terhadap pimpinan dan pegawai KPK, ancaman juga dialami oleh tim Unit Koordinasi Wilayah atau Korwil yang bertindak mencegah sekaligus memberantas korupsi.

"Dalam perjalanannya, tim korwil tak bisa menghindari teror, intimidasi, dan ancaman yang pernah mereka temui. Ancaman fisik dari kelompok preman bahkan ancaman mistis juga ditemui," ungkap laporan tersebut.

Lewat laporan tersebut, KPK membagikan cerita seorang personel Korwil II bernama Dian Patria yang pernah mengalami kejadian berbau mistis yang mencelakakan dirinya. Kejadian ini berawal saat dia melakukan pemantauan di Bendungan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat di tahun 2017 lalu.

Usai pulang dari melaksanakan kerja pemantauan tersebut, Dian mengaku kerap sesak nafas tapi tak dihiraukannya. Bahkan, dalam kondisi seperti itu dia tetap melanjutkan tugasnya ke Kalimantan Timur untuk melakukan peninjauan ke sejumlah area tambang yang memiliki IUP non clear and clean dan habis masa berlakunya.

Dia sempat berobat ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaannya, dokter menyatakan bahwa ada cairan di jantung dan paru-paru yang mewajibkannya dirawat di ruang ICU selama dua pekan dan bertahan dengan bantuan ventilator. Hanya saja, tak diketahui apa sakit yang diderita oleh Dian.

"Saya enggak tahu Mas Dian ini sakit apa," kata seorang dokter seperti dikutip dari laporan tersebut.

Hanya saja, belakangan Dian tak mau mengira-ngira atau menduga lebih jauh mengenai sakitnya yang disebut-sebut karena santet maupun guna-guna.