Sepanjang Tahun 2019, KPK Lakukan OTT Sebanyak 21 Kali dan Paling Banyak Terjadi di Jakarta
Gedung Merah Putih KPK (Wardhany Tsa Tsia/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengumumkan laporan tahunan mereka di tahun 2019. Hasilnya, sepanjang tahun 2019 atau saat masih dipimpin oleh Agus Rahardjo, cs, lembaga antirasuah ini melaksanakan operasi tangkap tangan (OTT) sebanyak 21 kali.

"Operasi tangkap tangan (OTT) tak hanya sekadar ajang unjuk gigi. Melalui persiapan yang cermat dan terukur operasi ini telah dilakukan sebanyak 21 kali di 14 daerah. Sebanyak 76 orang terjerat dengan barang bukti kejahatan berupa uang tunai dari berbagai mata uang," tulis Laporan Tahunan KPK 2019 seperti dikutip VOI, Senin, 27 Juli.

Dari hasil OTT sepanjang tahun 2019 tersebut, terdapat sejumlah uang sebagai barang bukti yang diperoleh KPK. Dalam pecahan rupiah, lembaga antirasuah ini berhasil mengumpulkan barang bukti senilai Rp12,8 miliar.

Selanjutnya, KPK berhasil mengumpulkan barang bukti sebesar 35.000 dolar Amerika, 576.000 dolar Singapura, 5 euro, dan 407 ringgit Malaysia.

Adapun profesi terbanyak yang terjaring dalam operasi tangkap tangan tersebut adalah swasta berjumlah 34 orang. Sementara sisanya, terdapat 17 pegawai negeri sipil (PNS), 5 karyawan BUMN atau BUMD, 3 lainnya, 2 pengacara, dan gubernur, bupati, hakim, jaksa, wali kota, serta DPR masing-masing 1.

Daerah yang paling banyak menjadi lokasi operasi senyap tersebut adalah DKI Jakarta dengan 6 kali OTT. Sementara sisanya adalah Jawa Tengah, Lampung, dan Kalimantan Timur masing-masing sebanyak 2 kali.

Kemudian Kalimantan Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepulauan Riau, NTT, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten sebanyak masing-masing 1 kali.

Operasi tangkap tangan ini kebanyakan paling banyak berkaitan dengan suap proyek. Sebab, selama tahun 2019, KPK telah melakukan OTT berkaitan suap proyek sebanyak 8 kali. Kemudian sisanya terkait dengan suap jabatan, suap PBJ, dan suap perizinan masing-masing sebanyak 3 kali. Terakhir, operasi ini juga 2 kali berhasil menjerat pihak-pihak yang terkait dengan penanganan perkara.