JAKARTA - Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendukung dan siap mendampingi Pemerintah Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), mengupayakan Benteng Wolio agar ditetapkan sebagai warisan dunia.
"Tapi komitmen serta dukungan itu bisa terwujud bila kita bangun secara bersama-sama, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan semuanya terlibat langsung dalam kegiatan kebudayaan itu," kata Direktur Perlindungan Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek), Irini Dewi Wanti dilansir Antara, Selasa, 19 Oktober.
Irini melakukan kunjungan ke Kota Baubau sekaligus menyerahkan sertifikat Kemendikbudristek tentang penetapan Benteng Wolio sebagai kawasan cagar budaya tingkat nasional kepada Pemkot Baubau.
Keterangan Pemkot Baubau yang diterima di Kendari, Selasa, mengungkapkan Pemerintah Kota Baubau dan masyarakat harus menunjukkan nilai penting yang luar biasa atau "Outstanding Universal Value" yang dimiliki Benteng Wolio bila ingin cagar budaya peninggalan leluhur masyarakat Buton itu diakui sebagai warisan dunia.
"Ketika kita bicara cagar budaya atau warisan budaya tak benda yang diusulkan ke tingkat lebih tinggi yang diakui oleh UNESCO, maka kita harus sama-sama menunjukkan ada nilai penting yang luar biasa atau yang sering disebut Outstanding Universal Velue. Ini yang harus kita buktikan," kata Irini Dewi Wanti.
BACA JUGA:
Namun yang mesti dipahami, kata Irini, nilai penting luar biasa yang dimiliki suatu kawasan cagar budaya seperti Benteng Wolio, bukan hanya sekadar dari fisik cagar budayanya saja, melainkan ekosistem didalam cagar budaya itu harus pula dilindungi dan dilestarikan.
Karena arah kemajuan kebudayaan, kata Irini, harus mencakup empat hal yaitu perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan. Empat hal itu harus dilakukan semua.
Benteng Keraton Buton dikenal sebagai Benteng Wolio karena dibangun di atas Bukit Wolio. Bukit laut ini ada di Kota Baubau.
Luas benteng mencapai 23.375 hektare dengan panjang keliling tembok benteng mencapai 2.740 meter.