JAKARTA - Mantan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Viani Limardi menyebut saat ini PSI sangat bermasalah. Ia menganggap PSI sudah berubah dari sejak saat ia bergabung dalam partai tersebut.
"PSI sangat bermasalah, sudah bukan lagi partai yang dulu saya kenal," kata Viani dalam pesan singkat, Selasa, 11 Oktober.
Viani telah dipecat dari kader PSI lewat surat pemecatan yang dikeluarkan per tanggal 25 September 2021. Ia mengaku tak terima dengan alasan pemecatannya karena dituding menggelembungkan dana reses.
Dalam surat pemecatan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI, disebutkan Viani sering melakukan penggelembungan dana reses hingga Rp302 juta untuk 16 titik reses.
Namun, setelah diperiksa, Plt. Sekretaris DPRD DKI Jakarta Augustinus menyebut Viani tak melakukan penggelembungan anggaran yang dimaksud.
"Tiap hari dari pagi sampai malam kita kerja keras sepenuh hati untuk warga DKI Jakarta, malah dengan seenaknya aja main ngerusak nama baik," ungkapnya.
Karenanya, ia akan melayangkan gugatan kepada PSI sebesar Rp1 triliun. Bahkan, ada kemungkinan Viani juga bakal melayangkan gugatan pidana. Saat ini, Viani mengaku masih menyusun materi gugatan bersama dengan kuasa hukumnya.
"Sedang diproses karena penyusunan berkas butuh waktu. Gugatan pidana sedang disiapkan juga," ucap Viani.
BACA JUGA:
Sekarang, Viani masih menjabat sebagai Anggota DPRD DKI. Sebab, PSI belum menyerahkan surat pemecatan Viani dari keanggotaan partai kepada Ketua DPRD DKI.
Lebih lanjut, Viani mengaku saat ini ia pindah Komisi, dari sebelumnya berada dalam Komisi D menjadi Komisi A DPRD DKI. Namun, pemindahan ini direncanakan sebelum Viani dipecat dari PSI.
"Bukan saya yang minta pindah, tapi memang penugasan dari partai pada waktu itu sudah diajukan jauh-jauh hari sebelum surat pemecatan saya keluar. Jadi, baru pindah hari ini secara resmi. Tapi, pengajuannya sudah jauh hari sebelum pemecatan saya," pungkasnya.