JAKARTA - Majunya Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto pada Pilpres 2024 menjadi perbincangan hangat belakangan ini. Prabowo disebut tak kapok lantaran sudah dua kali kalah sebagai capres dan satu kali cawapres. Lantas, apa alasan Prabowo berniat maju kembali sebagai capres untuk ketiga kalinya?
Direktur eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin, menyebutkan empat indikator Prabowo Subianto ingin maju lagi sebagai calon presiden.
Pertama, di Pilpres 2024 tidak ada petahana atau incumbent. Artinya, kata Ujang, bursa capres terbuka dan Prabowo bisa saja menang.
"Ada pertarungan bebas di situ. Oleh karena itu, siapapun bisa menang termasuk Prabowo. Jadi kalau tidak maju ya rugi," ujar Ujang dalam tayangan yang dikutip VOI, lewat channel Official iNews, Senin, 11 Oktober, malam.
Kedua, Prabowo kembali menjadi ketua umum Partai Gerindra. "Artinya, kalau Gerindra tak punya keinginan untuk nyapres itu tidak akan dipegang jadi ketua umum Gerindra, bisa ketua dewan Pembina atau yang lainnya," jelasnya.
Ketiga, menjadi Menteri Pertahanan. Menurut Ujang, hal ini menjadi penting karena rakyat menilai masuknya Prabowo adalah bagian memperkuat, misalnya mencari logistik.
"Karena kalau di dalam pemerintahan, lebih bisa memungkinkan untuk mencapreskan diri. Dan kita punya sejarah dulu SBY dari menteri jadi presiden," katanya.
Keempat, karena penasaran. Lantaran, Gerindra belum pernah memenangkan Prabowo dalam kontestasi Pilpres.
"Ini harga diri Gerindra juga karena belum pernah menang capresnya," demikian Ujang.
Sementara, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, menjelaskan soal majunya Ketua Umum Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Menurutnya, kewenangan untuk menetapkan calon presiden dan calon wakil presiden dari Gerindra ada di tangan Prabowo.
"AD/ART memberi kewenangan kepada beliau sebagai Ketua Dewan Pembina. Akan tetapi, dalam tradisi mengambil keputusan penting sekali Prabowo selalu mengundang DPD, DPC dan anggota DPR/DPRD untuk bersama sama menetapkan capres-cawapres," ujar Muzani dalam tayangan yang dikutip VOI, lewat channel Official iNews, Senin, 11 Oktober, malam.
Soal persetujuan maju Pilpres 2024, kata Muzani, Prabowo belum menyatakan sikap. Sebab, forum tersebut belum dilakukan.
"Yang ada Kongres Luar Biasa yang dilangsungkan Agustus 2019, yang meminta kepada beliau untuk jadi presiden 2024. Ketika di KLB pak Prabowo minta kader Gerindra tidak buru-buru karena beliau adalah Menhan yang sedang konsen membantu presiden Jokowi di bidang pertahanan," jelasnya.
"2019 kita lampaui, 2020 kita lampau, nah 2021 sekarang kita jalankan. Tetapi proses untuk itu berjalan terus, semua DPD, DPC, ranting, semua kader tetap meminta Prabowo maju di 2024," tambahnya.
Muzani mengklaim, elektabilitas Prabowo dalam survei cukup bagus. Bahkan di survei terakhir masih nomor satu.
"Pembangunan harus berlanjut, persatuan harus di teruskan, kebhinekaan harus di jaga, itu yang menyebabkan semua kader minta beliau maju," kata Muzani.
Soal survei Partai Gerindra menurun, kata Muzani, hanyalah dari riset. Namun, hasil perolehan suara dari pemilu ke pemilu mulai Pemilu 2009, Pemilu 2014 hingga Pemilu 2019 Gerindra selalu mengalami kenaikan.
"Tapi masalahnya, kursi Gerindra hanya 78, untuk beliau maju jadi capres itu harus lebih. Artinya agar beliau bisa maju capres harus berkoalisi dengan partai lain. Ini lah yang kemudian kami harus lakukan komunikasi membangun jaringan dengan partai lain agar pak Prabowo bisa maju jadi capres di 2024," tuturnya.
Ketua Fraksi Gerindra DPR RI itu pun percaya diri pihaknya akan mudah membangun komunikasi dan koalisi dengan partai politik lain. Sebab menurutnya, Gerindra tidak punya musuh dan berhubungan baik dengan semua partai.
"Kami merasa tidak miliki masalah dengan parpol manapun, tidak ada problem dengan parpol manapun. Bahkan kita tidak punya musuh dengan parpol manapun, sehingga untuk membangun komunikasi seperti ini tidak ada problem," jelas Muzani.