JAKARTA - Ketua Panitia Pengawas dan Pengarah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, Suwarno mengatakan pihaknya sudah mempersiapkan alur khusus khusus untuk memproteksi kesehatan bagi atlet, official, hingga panitia dalam pesta olahraga tersebut.
Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah penularan COVID-19 mengingat kegiatan ini dilaksanakan di tengah pandemi.
Ia mengatakan ada sejumlah cara yang dilakukan untuk mencegah adanya klaster COVID-19 akibat penyelenggaran PON. Salah satunya adalah atlet wajib mendapatkan vaksin, menjalankan tes PCR, dan melakukan isolasi di provinsinya masing-masing sebelum berangkat ke Papua.
Setibanya di sana, mereka diwajibkan untuk melakukan antigen dan ditempatkan di sarana akomodasi yang pembagiannya didasari cabang olahraga yang diikuti. Selain itu, Suwarno mengatakan para atlet maupun official tidak bisa sembarangan berpergian karena mereka hanya boleh ke tempat pertandingan sesuai sistem bubble.
"Di tempat akomodasi bila bergejala langsung di tes antigen bisa berlanjut PCR. Kalau positif, (kemudian, red) diisolasi dan dilakukan tracing untuk sekitarnya," kata Suwarno dalam keterangan tertulisnya yang dikutip pada Rabu, 6 Oktober.
Tak hanya itu, atlet yang bertanding dalam olahraga yang melakukan kontak fisik seperti gulat maupun wushu diwajibkan untuk melaksanakan rapid antigen terlebih dahulu.
Nantinya usai gelaran PON selesai dilaksanakan, atlet maupun official diwajibkan untuk melaksanakan PCR terlebih dahulu. Selanjutnya, setelah tiba di provinsi masing-masing, Suwarno berpesan mereka harus lebih dulu menjalankan isolasi mandiri sebelum beraktifitas.
Adapun situasi dan kondisi PON XX Papua kini berjalan baik. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali mengatakan pertandingan berjalan lancar sejauh ini dan protokol kesehatan juga terus terjaga. Apalagi, berbagai pihak termasuk Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus melakukan pengawasan.
"Ini adalah kerja sama semua pemangku kepentingan, semua turun bergotong royong tanpa harus melihat fungsi. Pengawasan juga terus dilakukan berkeliling, bahkan oleh Bapak Kepala BNPB, Bapak Menkes juga menengok langsung pelaksanaan Prokes di lapangan," ungkap Zainudin.
Sama dengan Suwarno, ia mengatakan ada sejumlah prinsip perlindungan kesehatan yang telah dilakukan dalam gelaran pesta olahraga itu. Bahkan pelaksanaannya pun mencontoh Olimpiade Tokyo yang dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19 seperti menerapkan sistem bubble to bubble serta memastikan semua pihak yang terlibat telah divaksin juga terus melakukan tes.
"Terpenting, semua yang terlibat sudah tervaksin. Termasuk masyarakat sekitar seperti yang ditargetkan Pak Presiden agar 60-70 persen sudah tervaksin," tegas Zainudin.
BACA JUGA:
Hal ini, sambungnya, perlu dilakukan guna memaksimalkan perlindungan kesehatan bagi semua pihak tak terkecuali masyarakat Papua yang antusias menyambut kemeriahan PON.
"PON ini adalah kegiatan yang sangat ditunggu masyarakat Papua, sehingga kita berikan perlindungan kepada mereka. Prokes ditetapkan dan dipantau panitia agar semua aman dan nyaman," kata Zainudin.
Dia tak menampik PON XX Papua memang menghadapi tantangan tersendiri di tengah pelaksanaannya akibat pandemi COVID-19. Tapi, Zainudin berharap dari penyelenggaraan PON ini, kegiatan kompetisi olahraga lainnya ikut bisa menyesuaikan keadaan.
"Kita tidak tahu kapan pandemi selesai. Jadi yang bisa kita lakukan adalah mulai berkegiatan tapi dengan prokes ketat dan terus melakukan edukasi kepada masyarakat," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 Alexander Ginting mengingatkan semua pihak untuk menjaga PON XX Papua dan daerah tempat kegiatan ini dilakukan tidak menjadi episentrum baru. Hanya saja, hal tersebut tentu membutuhkan kerja sama dari semua pihak mulai dari pemerintah pusat, daerah, penyelenggara, partisipan, hingga masyarakat setempat.
Kepada masyarakat setempat, sebagai persiapan dan upaya perlindungan kesehatan, pihaknya terus melakukan sosialisasi 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak serta pelaksanaan 3T yaitu testing, tracing, treatment, juga vaksinasi.
"Kami sosialisasikan juga bahwa kalau bergejala, jangan keluar rumah atau ke lokasi, periksa dulu ke dokter agar tidak terjadi transmisi. Kemudian gerakan maskerisasi, didorong supaya menjadi budaya atau etos kerja setempat khususnya terkait pelaksanaan PON XX," ujar Ginting.
"Kita jaga bersama agar PON XX dan daerah tersebut tidak menjadi episenter," pungkasnya.