Malu-Malu Erick Tohir soal Pilpres 2024, Padahal Dinilai Lagi Cari Perhatian Publik
Ketum PAN Zulkifli Hasan bersama Menteri BUMN Erick Thohir (Dafi/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri BUMN Erick Tohir tengah mendapat sorotan publik belakangan ini. Erick terlihat lebih aktif di media sosial, mulai dari kinerja hingga soal interaksi kehidupannya. 

Beberapa waktu lalu, Erick langsung turun ke masyarakat dengan mengecek stok obat-obatan di apotek Kimia Farma di wilayah Depok. Baru-baru ini, yang menarik Erick memberi kesempatan milenial menggantikan posisinya sebagai menteri walau satu hari. 

 

Dalam survei Indonesia Political Opinion (IPO) pada Agustus lalu, elektabilitas Erick Tohir pun mengalami kenaikan. Dibandingkan survei April, Elektabilitas Eric melonjak tajam dari 0,2 persen menjadi 4,7 persen mendekati Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

 

Namun, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berkelit saat ditanya terkait peluang meramaikan bursa Pilpres 2024.

"Saya tak memikirkan soal itu dan 2024 masih lama," ujar Erick usai memberikan materi Workshop di acara DPP PAN di Bali, Selasa, 5 Oktober.

"Saya rasa gini, ini konteksnya kita sama-sama sepakat. Hari ini, kan rakyat masih susah kesehatan, ekonomi. Kita lebih fokus ke itu saja. Yang penting fokus kerja dan kita memastikan lagi ekonomi kita bangkit," sambungnya.

 

Padahal, Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, Jamiluddin Ritonga, menilai ada indikasi Erick Tohir melambungkan namanya untuk mendapat atensi publik.

 

"Ada indikasi Erick Tohir melambungkan namanya. Memang betul belakangan ini mulai menggunakan media sosial," ujar Jamiluddin kepada VOI, Selasa, 5 Oktober. 

 

 

Hanya saja, lanjutnya, langkah Erick agak berbeda dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, yang cenderung menyampaikan progres pekerjaannya menggunakan media sosial. Sementara Erick Tohir, tidak mengangkat soal pekerjaannya di medsos, tetapi lebih menunjukkan aktifitas sosial di luar pekerjaan 

 

"Dalam konteks komunikasi politik, hal itu upaya untuk memperkenalkan dirinya lebih jauh ke khalayak luas. Caranya lebih halus, karena dia-nya terikat saat ini menjadi pembantu presiden. Sehingga dalam memperkenalkan diri untuk capres dia tidak bisa direct, karena kalau direct dia akan mendapat kritik dari beberapa orang atau pihak," jelas Jamiluddin. 

 

"Jadi memang apa yang dilakukan Erick Tohir ini juga seperti yang dilakukan menteri lain. Mencoba mencari peruntungan, mana tau pancingan indirect itu mendapat simpati dari khalayak," sambungnya.

 

Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai Erick memang ingin mencicipi kontestasi Pilpres 2024, sehingga berupaya mencari perhatian publik.

 

"Semua nama yang populer apalagi punya strategis di pemerintah, saya punya keyakinan pasti punya keinginan untuk mengikuti kontestasi Pilpres 2024," ujar Dedi Kurnia kepada VOI, Selasa, 5 Oktober.

 

"Persoalannya apakah peluang itu disambut oleh keterusungan parpol atau tidak?," sambungnya. 

Menurut Dedi, dari sisi ketokohan Erick Tohir sudah cukup bagus. Dari sisi popularitas pun, kata dia, mudah dibangun.

"Di kementerian pada hari ini, Erick Tohir menduduki posisi yang cukup baik bersama Tito Karnavian. Dari sisi tokoh non kader parpol di kabinet, tetapi dari sisi keterusungan Erick Tohir masih cukup jauh mengingat semua parpol yang punya peluang mengusung punya tokoh yang sama sama menonjol," jelas Dedi.

"Makanya sekarang kalau bisa kita lihat ada manuver politik mulai dari program menteri sehari, termasuk juga Erick Tohir turun ke sawah bahkan menyapa warga ditengah tengah aktivitas kinerjanya, meskipun tidak secara langsung berkaitan dengan kementerian BUMN atau di dalam ruang kerja Erick Tohir," tambahnya.

Tak bisa dipungkiri, kata Dedi, Erick Tohir memang tengah berupaya membangun citra politik bahwa dia sebagai menteri profesional sudah siap untuk menjadi politisi. 

"Sekecil apapun upaya yang dilakukan mengarah pada membangun reputasi politik sekaligus citra politik bahwa Erick Tohir bukan lagi profesional yang jadi menteri, tapi dia adalah menteri yang berupaya menjadi politisi dalam waktu yang sama meski tanpa parpol," paparnya.