Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie berharap aksi doyan marah-marah Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini cukup berakhir di daerahnya saja. Karena kalau masih terus berlanjut, malah bisa membahayakan Risma juga.

Usai mengundang datang ke rumahnya pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Fajar Sidik Napu yang sempat dimaki-maki Risma, Rusli mengaku tidak ingin memperpanjang masalah ini. Semua orang diminta menyikapinya secara bijak.

Rusli mengaku sayang ke Mensos Risma, ia hanya tidak ingin sikap sering marah-marah Risma terus berlanjut di daerah lain.

"Saya takutnya Ibu Menteri bertemu dengan warga yang tingkat kecerdasannya kurang, kita katakan sumbu pendek atau gimana maka ibu menteri yang balik diserang. Itu yang tidak kita harapkan. Mudah mudahan ini yang pertama dan terakhir,” kata Rusli dikutip dari laman resmi Pemprov Gorontalo, Senin 4 Oktober.

Rusli berharap agar permasalahan ini sudah berakhir. Ia memastikan apa yang dilakukan adalah bentuk tanggungjawabnya sebagai gubernur sebagaimana Ibu Risma datang sebagai seorang menteri. Tidak ada kaitannya dengan politik dan partai politik manapun.

“Jadi sudah clean and clear ini semata mata miskomunikasi. Jadi jangan digiring jadi opini politik. Tidak ada hubungan sama sekali. Saya bicara sebagai gubernur, Pak Fajar sebagai koordinator, Ibu Risma datang bukan sebagai kader partai tapi sebagai Mensos RI,” tegasnya.

Aksi Risma marah-marah terekam dalam video yang akhirnya beredar luas di media sosial. Tampak dalam video, awalnya seorang pria berdiri di sisi depan sebelah kanan Risma sedang berbicara sambil sesekali memegang handphone. Risma pun sesekali merespons pernyataan pria tersebut.

Mendadak perhatian Risma tertuju pada pria berkemeja merah yang ada di sisi depan sebelah kirinya. Risma lantas berjalan menghampiri pria tersebut sambil marah dan menunjuk menggunakan benda seperti pulpen.

"Tak tembak kamu ya, kamu tak tembak, ya," ucap Risma kepada pria yang mengenakan kemeja merah.

Tidak jelas alasan Risma tiba-tiba bersikap demikian. Akan tetapi, ketika Risma berjalan, pria berkemeja merah yang awalnya duduk itu berdiri.

"Tak tembak kamu," tegas Risma sambil kali ini mendorong pria tersebut menggunakan benda seperti pulpen.

Sontak pria yang sebelumnya berdiri ketika dihampiri Risma jadi terduduk seketika akibat dorongan Risma. Suasana rapat pun menjadi hening saat itu.