JAKARTA - Masih segar di ingatan kita bagaimana CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk mengisap ganja saat tampil di sebuah acara yang disiarkan lewat YouTube pada tahun lalu. Kejadian tersebut disayangkan banyak pihak, mengingat SpaceX merupakan kontraktor militer Amerika Serikat (AS). Setahun berselang, SpaceX kembali berurusan dengan ganja, namun dalam arti positif karena digunakan untuk penelitian.
Sebuah perusahaan agriteknologi, Front Range Biosciences, berencana mengirimkan ganja ke International Space Station (ISS) dengan menggunakan pesawat SpaceX. Penelitian yang akan dilakukan pada Maret 2020 ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana ganja merespons dalam gravitasi yang rendah. Yang akan dikirimkan ke luar angkasa ini bukan ganja secara utuh, melainkan kultur jaringan biji rami yang memiliki zat THC rendah.
Kultur jaringan ini akan dikirim dengan penerbangan SpaceX CRS-20. Untuk prosesnya, Front Range Biosciences bermitra dengan startup teknologi Space Cells dan BioServe, sebuah lembaga penelitian di University of Colorado, Boulder.
CEO Front Range Bioscience Dr. Jonathan Vaught mengatakan, ada sebuah teori menyebutkan bahwa tanaman di ruang angkasa mengalami mutasi. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan teori tersebut.
"Ini adalah pertama kalinya seseorang meneliti efek dari gaya berat mikro pada kultur sel ganja dan kopi. Ini adalah kesempatan untuk melihat apakah mutasi tersebut bertahan setelah dibawa kembali ke Bumi dan jika ada ini sebuah pengaplikasian komersial baru," ujar Vaught, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa, 17 Desember.
Kultur jaringan akan berada di luar angkasa selama 30 hari. Para peneliti dari University of Colorado akan menelitinya secara remote dari Bumi. Setelah 30 hari, kultur jaringan ini akan dibawa kembali ke Bumi.
Para peneliti akan mencari tahu apabila tanaman tersebut benar-benar bermutasi? Apakah mutasi tersebut akan berhenti ketika kembali ke Bumi?
Sebelumnya, pada 4 Desember 2019, SpaceX meluncurkan pesawat luar angkasa yang berisikan sejumlah tikus ke ISS. Tikus-tikus yang berasal dari Laboratorium Jackson di Maine, AS tersebut memiliki gen yang telah dimanipulasi untuk meningkatkan pertumbuhan otot. Tikus-tikus tersebut akan membantu para peneliti memecahkan masalah terkait permasalahan tulang manusia yang berada di luar angkasa.