Ribuan Burung Pipit di Cirebon dan Gianyar yang Mati Mendadak Masih Misteri, yang Pasti Bukan Akibat Penyakit
FOTO VIA ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Bukan cuma ratusan, tapi ribuan ekor burung pipit mati mendadak di Gianyar Bali dan Cirebon Jawa Barat. Penyebab pastinya, belum bisa diketahui.

Kematian burung-burung pipit tersebut di Kota Cirebon merupakan peristiwa yang pertama kali terjadi. Sementara kejadian kematian burung itu bukan yang pertama terjadi di Bali.

Muncul dugaan kematian burung pipit akibat penyakit infeksius seperti flu burung. Namun, dugaan tersebut patah merujuk hasil uji laboratorium.

Masing-masing pemerintah daerah setempat telah mengambil tindakan baik sebagai langkah pertama yaitu mengirimkan sampel beberapa ekor burung mati untuk dianalisa di laboratorium veteriner (penyakit hewan).

Langkah itu sangat penting untuk mengetahui apakah burung-burung mati tersebut terpapar penyakit yang bersifat zoonotik atau penyakit unggas lain yang penyebarannya sangat cepat. Seperti diketahui penyakit flu burung (avian influenza) bersifat zoonotik, yaitu termasuk penyakit menular yang bisa ditularkan dari satwa dalam hal ini burung kepada manusia atau sebaliknya.

Sedangkan penyakit ND (New Castle Disease) atau dikenal sebagai penyakit tetelo adalah penyakit unggas yang sangat cepat penyebarannya dan sangat fatal bagi ternak unggas tetapi tidak menular kepada manusia.

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang diinisiasi pemerintah daerah setempat, terbukti bahwa burung pipit tersebut bukan mati karena penyakit infeksius seperti flu burung.

Namun, penyebab kematian burung pipit itu masih menyisakan tanda tanya di masyarakat. Muncul dugaan-dugaan berikutnya seperti penyebab kematian burung pipit itu adalah kandungan asam air hujan atau dugaan adanya penggunaan pestisida yang bisa meracuni burung.

Ada juga dugaan burung pipit tersebut mati karena perubahan cuaca yang drastis karena kejadian berlangsung setelah hujan deras dan angin kencang padahal sebelumnya suhu udara sangat panas.

Peneliti zoologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dewi Malia Prawiradilaga mengatakan kebenaran dugaan-dugaan tersebut perlu dibuktikan dengan data penelitian.

"Untuk itu, perlu dilakukan riset lebih lanjut untuk mengungkap penyebab kematian ribuan burung pipit secara ilmiah. Salah satu penelitian yang penting untuk dilakukan adalah meneliti peran burung sebagai bioindikator," kata Dewi dikutip dari Antara, Kamis 23 September.

Penelitian tersebut hendaknya dilakukan dengan melibatkan berbagai bidang keahlian secara sinergi dan terpadu seperti ornitologi (ahli burung), veteriner, klimatologi (ahli cuaca dan iklim), kimia lingkungan, toksikologi (ahli racun) dan bidang lain yang sesuai.