Anak Buah Anies Kaget Kantornya Nadiem Temukan 25 Klaster COVID-19 Sekolah Jakarta
Photo by kyo azuma on Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Bidang SMP-SMA Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Putoyo mengaku belum menemukan klaster kasus COVID-19 di sekolah Jakarta. Makanya dia kaget ketika Kemendikbud Ristek merilis temuan klaster COVID-19 sekolah di Jakarta.

"Belum ada kalau kasus klaster di kami. Makanya kami agak kaget mendengar hal tersebut," kata Putoyo saat dihubungi, Kamis, 23 September.

Saat ini, Putoyo menyebut Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan DKI akan meminta rincian temuan data sekolah yang terdapat klaster penularan virus corona kepada pemerintah pusat.

"Kita enggak tahu situasi yang ada di Kemendibud. Ini saya harus konfirmasi data ini berasal dari mana saja. Sedang kita coba telusuri karena memang kami tidak mendapatkan itu selama kita melaksanakan PTM terbatas ini," ucap Putoyo.

Kemudian, DKI akan memeriksa langsung kondisi sekolah-sekolah tersebut dan melakukan upaya penelusuran kontak bersama dengan puskesmas setempat.

Diketahui, temuan klaster ini tercatat dalam data real time milik Kemendikbudristek pada laman sekolah.data.kemdikbud.go.id. Data ini dihimpun dari survei 900 responden sekolah.

Hasilnya, Kemendikbudristek mencatat ada 25 klaster pada PTM dan 875 sekolah yang tak ada klaster pada PTM. Tercatat juga, pendidik dan tenaga kependidikan terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 227 dan peserta didik terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 241.

Kepala Dinas Kesehatan DKI mengaku pihaknya harus mengetahui indikator penetapan klaster COVID-19 dalam satu sekolah. Kasus positif anak maupun orang yang mengikuti PTM pasti ada. Namun, kata dia, bukan berarti mereka terpapar di sekolah.

Sebab, bisa saja kasus COVID-19 pada siswa maupun pendidik atau tenaga kependidikan terpapar COVID-19 dari luar sekolah.

"Pada saat mulai PTM, kita tahu bahwa indeks kasusnya bisa berasal dari manapun. Kita tahu mungkin bisa dari keluarga dulu. Atau saat interaksi di jalan karena pada saat di jalan karena tidak semuanya mempunyai kendaraan pribadi. Atau mungkin komunitas sekolah, ada interaksi sekolah yang kebetulan masuk," ucap Widyastuti.