JAKARTA - Radio Republik Indonesia (RRI) menghentikan siaran lokal di RRI Pro1, Pro2, dan Pro4 akibat pegawai mereka terjangkit COVID-19. Menurut Kepala RRI Surabaya Sumarlina, pada 26 Juni lalu ada 54 karyawan yang positif terjangkit virus ini setelah menjalankan uji swab.
Dia menjelaskan, virus ini diduga berasal dari pasangan suami istri pegawai RRI Surabaya yang sakit setelah menunggu orang tuanya yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit.
"Bulan Juni lalu, pasangan suami istri PNS RRI Surabaya jatuh sakit. Diperkirakan terpapar COVID di RS saat menunggu orang tuanya yang sakit," kata Sumarlina seperti dikutip dari situs berita RRI, Selasa, 14 Juli.
Selanjutnya, suami istri pegawai RRI Surabaya tersebut menjalani isolasi di rumah dan menunggu hasil swab ketiga atau terakhir meski hasil pengujian sebelumnya sudah dinyatakan negatif.
Sementara terkait 54 karyawan lainnya, kata dia, saat ini sudah dalam kondisi sehat dan dinyatakan negatif.
"Saat ini karyawan RRI Surabaya sudah dinyatakan sembuh karena berdasarkan hasil swab kedua, 6 Juni lalu hasilnya semua negatif," ungkapnya.
Namun untuk memastikan kembali kesembuhan karyawannya, RRI Surabaya kemudian melakukan tes swab ulang atau yang ketiga kalinya. Hanya saja, hasil pengujian tersebut hingga saat ini masih belum diketahui.
"Hasil swab ulang (54 pegawai, red) hari ini belum keluar. Mudah-mudahan negatif semua," jelasnya.
Sementara terkait penghentian siaran lokal, Sumarlina mengatakan, hal ini sudah dilakukan sejak 27 Juni yang lalu. Dia menjelaskan semua kanal kini disatukan dengan siaran nasional yaitu di RRI Pro3.
Sebelumnya, kantor TVRI juga menghentikan operasional mereka selama dua minggu setelah dua karyawannya meninggal dunia akibat COVID-19. Penutupan ini dilakukan selama dua pekan atau 15 hari sejak Senin, 13 Juli.
BACA JUGA:
Kepala TVRI Jawa Timur, Akbar Sahidi mengatakan, penutupan semantara sudah dilakukan sejak hari ini atau Senin, 13 Juli. Kata dia, dua karyawan yang diketahui positif COVID-19, bermula ketika beberapa karyawan mengeluh sakit dan bahkan menunjukkan gejala terjangkit virus tersebut.
Bahkan, seorang karyawan yang meninggal, awalnya diketahui menderita demam berdarah dan dirawat di rumah sakit. Tetapi setelah dirawat, ternyata juga mengalami sesak napas.
"Yang karyawan perempuan itu katanya demam berdarah, trombositnya turun. Tapi, kok, ada sesak napasnya. Tanggal 9 Juli dia masuk RSAL, dites ternyata positif COVID-19. Lalu dialihkan ke RSI Wonokromo," kata Akbar.
Kemudian, untuk seorang karyawan lainnya, sambung Akbar, juga baru diketahui terjangkit COVID-19. Padahal sudah sepekan lalu atau pada 6 Juli dinyatakan sebagi pasien positif namun tak melaporkan kondisinya kepada pihak perusahaan.
Hal itu baru diketahui ketika ada informasi dari rumah sakit. Padahal, keduanya dan pihak keluarga sudah mengetahui tetapi tak melaporkan atau menginformasikan kepada pihak perusahaan.
"Ketika kami selidiki, ternyata sebelum meninggal itu Almarhum sudah dinyatakan positif Covid-19. Hasil tesnya bahkan sudah keluar 6 Juli kemarin," pungkasnya.