Bagikan:

JAKARTA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan, banyak orang yang menganggap COVID-19 tidak ada dan hanyalah sebuah konspirasi. 

"Masih ada sejumlah pihak yang menganggap ini adalah konspirasi. COVID adalah rekayasa, COVID ini adalah konspirasi," kata Doni usai rapat terbatas penananganan COVID-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 13 Juli.

Dia menjelaskan, COVID-19 adalah kebenaran dan sedang terjadi di Indonesia maupun dunia. Hal ini terbukti dengan adanya 3.500 orang yang meninggal dunia di Indonesia dan 550.000 orang meninggal di seluruh dunia akibat terjangkit virus tersebut.

Doni mengibaratkan COVID-19 adalah malaikat pencabut nyawa bagi masyarakat yang masuk dalam golongan rentan karena sudah berusia lanjut atau memiliki penyakit komorbid seperti jantung, ginjal, TBC, diabetes, maupun penyakit penyerta lainnya.

Sehingga, dia meminta masyarakat golongan rentan terjangkit COVID-19 tidak melaksanakan aktivitas di luar rumah terlebih dahulu. Kalaupun terpaksa, Doni mengatakan, mereka yang masuk ke dalam golongan rentan harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat dan menjauhi kerumunan di tempat umum.

Untuk meningkatkan kewaspadaan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, nantinya sosialisasi akan dilakukan. Ada sejumlah pihak yang nantinya akan dilibatkan dalam sosialisasi tersebut seperti antropolog, sosiolog, dan juga tokoh masyarakat. Selain itu, Doni mengatakan, Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga meminta ulama di seluruh wilayah di Indonesia juga dilibatkan.

Adapun tujuan sosialisasi tersebut adalah untuk melawan anggapan-anggapan keliru soal pandemi COVID-19 di Indonesia serta menumbuhkan kesadaran kolektif untuk mencegah terjadinya penularan virus tersebut di tengah masyarakat.

Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta kenaikan kasus yang terjadi belakangan ini yang mencapai angka 2.657, terus diberikan perhatian. Dia juga meminta agar 3T yaitu testing, tracing, dan treatment terus dimasifkan. 

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut, ada beberapa wilayah yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan 3T secara masif yaitu Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Papua. 

Selain itu, dia meminta seluruh jajarannya kembali menggencarkan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19. Sebab, beberapa hari belakang ini, jumlah kasus positif semakin meningkat.

Berdasarkan data yang diterima, banyaknya penambahan kasus positif karena kurangnya kesadaran masyarakat mengikuti protokol kesehatan. Sehingga, perlu sosialisasi yang semakin masif lagi.

"Masifkan kembali gerakan nasional disiplin terhadap protokol kesehatan ini jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas percepatan penanganan dampak COVID-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 13 Juli.

Bahkan, tanpa ragu mantan Gubernur DKI Jakarta menyebut daerah yang masih menyepelekan protokol kesehatan. Daerah itu adalah Jawa Timur (Jatim), provinsi yang dipimpin oleh Khofifah Indar Parawansa.

"Dari survei yang kita lihat di Jatim saat saya ke Jatim, survei mereka 70 persen masyarakat tidak menggunakan masker," tegasnya.