Ketua Satgas COVID-19: Siapa pun Bisa Jadi <i>Carrier</i> Virus
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo (dok. BNPB)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo kembali mengingatkan masyarakat akan bahaya dari virus Corona (COVID-19). Ia bahkan menyebut, jika masyarakat umum bisa saja menjadi pembawa virus atau carrier tanpa diketahui. 

"COVID-19 berbahaya. Tetapi manusia yang membawa COVID-19 atau sebagian carrier itu jauh lebih berbahaya," kata Doni dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Minggu, 27 September

Doni pun menyoroti masyarakat yang masih sulit menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Padahal, lanjut Doni setiap manusia berpotensi menularkan COVID-19. Sebab, setiap manusia berpotensi menulari maupun tertular virus corona jenis baru dan itu lebih berbahaya.

"Yang berisiko adalah tanpa diketahui dia adalah carrier atau pembawa virus. Inilah yang berbahaya," jelasnya.

Doni juga kembali mengingatkan bahwa sebelumnya Presiden Joko Widodo telah memberikan imbauan dan penegasan tentang pentingnya 3 M atau Memakai Masker, Menjaga Jarak Menghindari Kerumunan dan Mencuci Tangan dengan Sabun.

"Inilah yang harus kita sadari bahwa setiap saat, setiap detik disiplin adalah harga mati. Sedikit saja kita lengah, kita abai dengan protokol kesehatan, maka kita akan mudah terpapar," lanjutnya.

Dalam hal ini, setiap wilayah yang telah memiliki penderita atau pasien COVID-19 menjadi wilayah yang tidak lagi aman. Oleh sebab itu, kesadaran masyarakat akan bahaya COVID-19 dan pemahaman bahwa penyakit yang menyerang sistem pernafasan itu benar-benar nyata dan bukan rekayasa atau konspirasi.

Berdasarkan hasil survey dari Balitbankes Kementerian Kesehatan pada bulan Juli 2020 masih banyak masyarakat yang meremehkan COVID-19. Bahkan, mereka menganggap virus ini tidak ada.

"COVID-19 ini nyata. Bahwa COVID-19 ini bukan rekayasa. Bahwa COVID-19 ini bukan konspirasi," sambungnya.

Disisi lain, Doni mengapresiasi penegakan disiplin protokol kesehatan di sejumlah daerah di Indonesia. Namun, ia berharap masyarakat bisa disiplin mandiri dalam menerapkan protokol kesehatan.

“Kalau kita tidak punya semangat untuk melakukan perubahan perilaku, maka dampak yang akan terjadi pasti akan tinggi. Tetapi kalau seluruhnya memiliki komitmen yang sama untuk taat kepada protokol kesehatan, maka kita bisa menekan kasus,” pungkasnya.