Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM mengungkap akibat pandemi corona atau COVID-19 pengusaha mengalami penurunan penjualan, hingga kesulitan modal dan bahan baku. Bahkan, ada juga yang kesulitan untuk membayar cicilan.

Menteri Koperasi UKM Teten Masduki mengatakan, kegiatan usaha pelaku UMKM sangat terganggu akibat menurunnya permintaan, sehingga mengakibatkan mereka kesulitan cashflow. Saat ini, jumlah pelaku UMKM di Indonesia mencapai sekitar 64 juta.

Lebih lanjut, Teten menjelaskan, pandemi COVID-19 ini membuat UMKM tertekan dari dua sisi yakni supply dan demand.

"Hari ini data kami dan kami terus keliling seperti di pasar tradisional, koperasi, UMKM itu memang 30 persen hingga 50 persen memang terganggu kegiatan usahanya. Sehingga mereka tidak sanggup lagi membayar cicilan," tuturnya, dalam diskusi virtual, Rabu, 8 Juli.

Teten berujar, dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), salah satu fokus pemerintah adalah mendukung sektor UMKM agar kembali bangkit. Dari total biaya penanganan COVID-19 dan juga PEN sebesar Rp695,2 triliun, yang dialokasikan untuk sektor UMKM sebesar Rp123,46 triliun

Di luar program PEN, kata Teten, saat ini kementerian yang dipimpinnya juga tengah mengembangkan ide-ide baru untuk membantu UMKM dari sisi pembiayaan.

"Meskipun kebijakan PEN sudah ditetapkan, tetapi masih dimungkinkan ada usulan-usulan baru yang lebih tepat untuk UMKM," katanya.

Menjadi tulang punggung di dalam peningkatan ekonomi masyarakat, UMKM akan punya peranan yang besar di dalam pemulihan ekonomi nasional akibat COVID-19 ini.

Teten mengatakan, meski pemerintah telah menyiapkan sekitar Rp600 triliunan untuk stimulus ekonomi dan jaminan kesehatan, tetapi memulihkan ekonomi dan kesehatan tentu tidak mudah jika PSBB masih diberlakukan

"Saya kira akan sulit. Apalagi kalau kita tidak bisa mengakhiri (dampak) COVID-19 ini sampai bulan September. Ke depan saya kira akan sangat berat," jelasnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat sebanyak 72,6 persen usaha mikro kecil dan menengah terdampak pandemi COVID-19. Para pengusaha tersebut mengalami penurunan penjualan, hingga kesulitan modal dan bahan baku. 

UMKM Terpukul

Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia Budi Hanoto mengatakan, COVID-19 mendisrupsi kinerja UMKM. Berdasarkan sektornya, UMKM pertanian yang terpukul mencapai 41,5 persen, UMKM eksportir mencapai 95,4 persen, dan UMKM kerajinan dan pendukung pariwisata mencapai 89,9 persen.

Menurut Budi, rata-rata penurunan omzet mereka mencapai lebih dari 50 persen. Padahal, UMKM memiliki peran strategis dalam menopang perekonomian nasional.

BI bahkan mencatat produk domestik bruto riil yang dihasilkan sektor UMKM pada 2018 mencapai Rp694 triliun atau tumbuh 7,3 persen dibanding tahun sebelumnya. Total 64,2 juta unit usaha UMKM yang ada saat ini juga dapat menyerap 116,98 juta tenaga kerja.