Kerumitan Pengaturan Kepadatan Antrean KRL Jabodetabek Tiap Senin Pagi
Ilustrasi (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kepadatan penumpang kereta rel listrik (KRL) commuterline tiap Senin pagi, khususnya di Stasiun Bogor kembali menjadi perhatian. Mereka kebanyakan merupakan pekerja yang akan berangkat ke Jakarta.

Tiap Senin, antrean masuk stasiun mengular panjang karena pembatasan kapasitas isi KRL hanya 35 persen selama masa PSBB transisi. Sementara, seluruh perusahaan telah kembali beroperasi. Sebagian perusahaan telah menerapkan aturan pembagian jam kerja (sif) dan sebagian lagi masih abai.

Wali Kota Bogor Bima Arya meminta Gubernur DKI Anies Baswedan mengevaluasi pengawasan pembagian jam kerja perusahaan di Jakarta untuk mengurangi kepadatan penumpang seperti ini.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta Andri Yansyah mengaku tak bisa menjamin seluruh perusahaan menaati aturan pembagian jam kerja.

"Memang, pada dasarnya rata-rata kalau masalah pembatasan, Insyaallah, perusahaan sudah membatasi. Hanya beberapa perusahaan saja (yang tak menerapkan pembagian jam kerja 50 persen)," kata Andri saat dihubungi, Senin, 6 Juli.

Meski begitu, Andri menegaskan jajarannya telah melakukan pengawasan kepada perusahaan di DKI dan melakukan penindakan, mulai dari teguran hingga penutupan sementara.

Sayangnya, jajaran Disnakertransgi DKI yang diturunkan untuk mengawasi perusahaan hanya sebanyak 35 tim. Tiap tim berisi 5 orang dan mengawasi 3 perusahaan. Padahal, jumlah seluruh perusahaan di Jakarta sebanyak 78.430.

"Kita tetep konsisten terkait hal tersebut karena kita hanya ditugaskan untuk melakukan pemantauan di perkantoran tempat kerja. Kalau ketahuan (kapasitas pekerja) enggak 50 persen, dari situ pasti saya tindak, saya tutup," ucap Andri.

"Kalau bicara kerumunan di stasiun, memang harus ada kajian yang komprehensif terkait seperti apa (sistem kerja) pekerjanya," tambah dia. 

Kemarin, Wali Kota Bogor Bima Arya meninjau situasi Stasiun Bogor. Di sana, para calon penumpang mulai mengantre sejak pukul 05.30 WIB hingga halaman parkir stasiun. 

Tercatat, hingga pukul 10.00 WIB jumlah penumpang di KRL Bodetabek mencapai 166.044 orang. Jumlah itu meningkat tujuh persen jika dibandingkan dengan data pada 29 Juni.

Peningkatan jumlah penumpang disebabkan semakin banyaknya bisnis atau perkantoran yang kembali beroprasi. Sehingga, para karyawan perusahaan-perusahaan itu kembali bekerja dan menggunakan KRL sebagai transportasinya.

Tetapi, banyaknya perusahan yang kembali beroprasi itu tidak dibarengi dengan kepatuhan pengaturan atau pembagian jam kerja pada sebagian perusahaan di Ibukota. Dengan begitu berdampak terjadinya penumpungkan penumpang di jam yang sama.

Dalam akun Instagramnya, Bima menyebut warga Bogor harus mengantre selama 1,5-2 jam untuk bisa masuk ke gerbong kereta. Faktor yang menyebabkan kepadatan adalah terbatasnya kapasitas gerbong, kurangnya kepatuhan sistem jam kerja, dan bantuan bus yang disiapkan Anies belum cukup menampung penumpang.

"Bus yang kita siapkan sudah maksimal dan memang tidak bisa jadi solusi permanen. Ini terjadi karena jumlah penumpang sudah dekati angka normal karena banyak sektor sudah dibuka di ibukota tapi kapasitas gerbong tetap dibatasi 35 persen. Sistem pembagian jam kerja tidak berjalan," ucap Bima.

Oleh sebab itu, Bima meminta Pemprov DKI dan Kementerian Perhubungan untuk mengevaluasi sistem pembagian kerja dan implementasinya. "Idealnya, waktu kerja lebih berjarak dan dipastikan berjalan di perkantoran," tutup dia.