JAKARTA - Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengutuk serangan di pusat rehabilitasi narkoba yang menewaskan 24 orang pada Kamis, 2 Juli. Andres meminta otoritas di Guanajuato untuk menyelidiki kekerasan yang membuat seisi kota panik.
Sebagaimana dilansir CNA, serangan diduga kuat berkaitan dengan perang antargeng kartel narkoba yang tengah memanas. Namun, Andres bersikukuh untuk meminta penyelidikan lebih lanjut terkait adanya persekongkolan antara pemerintah setempat dan gerombolan penjahat.
"Ini adalah situasi yang sangat serius yang diderita Guanajuato. Ada konfrontasi antargeng (penjahat) dan sebagian besar itu merupakan perseteruan di antara mereka," imbuh Presiden.
Seperti yang tertuang dalam laporan pihak kepolisian, orang-orang bersenjata kemudian masuk ke pusat rehabilitasi narkoba pada hari Rabu. Mereka memaksa para korban berbaring ke tanah kemudian menembaki mereka. Alhasil, puluhan orang meninggal. Tujuh lainnya terluka.
Andres juga mengungkap peristiwa tersebut merupakan serangan paling mematikan kedua sejak dirinya berkuasa pada Desember 2018. Sebab, Agustus lalu kartel narkoba juga berulah di negara bagian Veracruz Timur yang menewaskan 28 orang.
Sementara itu, Gubernur Guanajuato, Diego Sinhue tengah bertemu dengan otoritas keamaan demi membahas perihal serangan gerombolan penjahat tersebut. Diego menduga kehadiran perusahaan energi skala besar di Guanajuato menjadi biang keladi dari masalah karena membuat gerombolan kartel narkoba Santa Rosa de Lima melawan kartel Jalisco dalam memperebutkan kekuasaan.
Tak hanya itu, mendukung asumsinya, Diego mengatakan pihak kepolisian telah menangkap 26 tersangka dari anggota kartel Santa de Lima, yang menjadi biang dari pembakaran kendaraan di tiga kota. Bahkan, beberapa hari sebelumnya, kepolisian telah mendapati kasus pembunuhan terhadap satu keluarga di kota Celaya.
Menurut data resmi, sejak tahun 2006, lebih dari 290 ribu pembunuhan terjadi di Meksiko, sekalipun banyak di antara kasus yang tak terkait dengan kejahatan terorganisir. Kendati demikian, pembela Hak Asasi Manusia (HAM) sering kali menghubungkan kekerasan di Meksiko erat kaitannya niatan negara yang menggunakan militer dalam melawan kartel narkoba.