Sudah Tak Ada Lagi Pepsi di KFC, Hadirlah Coca-Cola
Kerja sama antara KFC Indonesia dan Coca-Cola (Foto: Diah Ayu Wardani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Minuman bersoda Pepsi sudah tak diproduksi di Indonesia. Merek minuman ini sudah bertahun-tahun menjadi teman untuk beberapa makanan siap saji, termasuk KFC. 

Karena polemik ini, KFC Indonesia meminang Coca-Cola Amatil Indonesia sebagai minuman soda pengganti Pepsi. Per hari ini, KFC akan menyajikan Coca-Cola selama lima tahun ke depan dalam menu mereka. 

Kerja sama antara KFC dengan Coca Cola dituangkan dalam penandatangan nota kesepahaman yang dilakukan oleh Presiden Direktur Coca-Cola Amatil Indonesia Kadir Gunduz dan CEO KFC Indonesia Shiva Pandey. 

"Melalui kolaborasi ini, konsumen dapat menikmati produk minuman Coca-cola, Sprite, dan Fanta dengan berbagai menu ayam KFC di lebih dari 700 gerai se-Indonesia," tutur Shiva di KFC Galael, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Jumat, 13 Desember. 

Ada satu hal yang dipegang KFC, serta beberapa restoran cepat saji lain seperti McDonald, Burger King, dan beberapa lainnya. Mereka menjagokan minuman bersoda sebagai penyanding makanan utama yang berupa ayam goreng atau burger. Biasanya, sandingan ini dijadikan dalam satu paket pembelian. 

Pemilihan minuman bersoda sebagai teman makanan cepat saji bukan tanpa sebab. Kata Shiva, sejak 40 tahun KFC berdiri, para konsumen lebih banyak memilih minuman bersoda. Meskipun tersedia banyak minuman jenis lainnya, Shiva mengaku perbandingan penjualan satu jenis minuman bersoda dengan minuman lainnya adalah 50:50.

Alasan tersebut yang membuat KFC tetap mempertahankan minuman bersoda, dengan kembali bekerja sama dengan Coca-cola setelah sekian lama mengandalkan Pepsi. 

"Carbonate drink itu satu yang best tasting sama ayam goreng. Makanya kita pakai Coca-Cola. Sejak dulu, ayam goreng atau burger sudah di-matching dengan minuman berkarbonasi. Ini konsumen yang cari," kata Shiva. 

"Sebenarnya, kalau dia cari yang lain, kita kasih opsi. Seperti minuman float, air mineral, atau teh manis. Silakan dipilih," lanjut dia. 

Terpisah, pakar gizi, Jansen Ongko mengakui ada tujuan lain pemilihan minuman bersoda dalam restoran cepat saji selain segi ekonomis yang menguntungkan perusahaan. 

Menurut dia, minuman bersoda dapat membangkitkan sensasi sendiri di lidah orang yang meminumnya. Minuman bersoda mengandung kadar gula tinggi yang secara instan mampu meningkatkan suasana hati dan membuat lidah merasa nyaman dan berujung ketagihan. 

"Rasa nyaman yang diperoleh dari memakan kombinasi menu makanan ini akan mendorong konsumen semakin setia untuk kembali ke tempat tersebut. Sensasi itu adalah alasan why people love soda drinks," tutur Jansen saat dihubungi VOI.

Meskipun minum minuman bersoda, apalagi di kala cuaca terik, sungguh nikmat, Jansen tak merekomendasikan minuman berkarbonat ini diminum secara berlebihan. 

"Tidak sehat. Minuman bersoda dapat dengan mudah menyebabkan kelebihan kalori yang mengakibatkan obesitas atau kegemukan," imbuhnya. 

Perginya Pepsi di Indonesia terjadi pada 10 Oktober, ketika PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM) sepakat mengakhiri kontrak dengan PepsiCo Inc (PepsiCo). Sejak saat itu, AIBM tidak lagi memproduksi, menjual dan mendistribusikan produk PepsiCo.

Melansir artikel CNBC Indonesia berjudul Pepsi Hengkang dari RI, Diduga karena Cukai dan Isu Kesehatan, Ketua Komite Tetap Industri Pengolahan Makanan dan Protein Thomas Darmawan mengatakan, Pepsi mundur dari Indonesia karena beberapa hal. "Airnya dipajakan, karbon, plastik mau kena cukai. Jadi akhirnya dia berpikir, saya keluar dulu deh sementara dari Indonesia," kata Thomas, Jumat, 4 Oktober.

Di sisi lain, pertimbangan pasar juga bisa menjadi alasan lainnya. Apalagi, tren konsumen menikmati teh dan kopi mulai meningkat. Sebaliknya, muncul kekhawatiran risiko kesehatan jika mengonsumsi minuman berkarbonasi.

"Itu mungkin karena orang tahu minum minuman berkarbonasi ada risiko kesehatan karena gulanya tinggi. Pertimbangan itu yang mungkin, partnernya Indofood kok mundur," kata Thomas.

"Jadi pertimbangan ekonomi ada, daripada kita keteteran. Saya tidak tahu persis (mengapa kontrak Pepsi dan AIBM berakhir) tapi ada pertimbangan itu, keuntungannya tidak sesuai, sehingga sementara diputus dulu," ucap Thomas.