Bagikan:

JAKARTA - Di Jawa Tengah, cacing tanah makin populer dibudidayakan. Selain metode pengembangbiakannya sederhana, modal yang diperlukan untuk budidaya cacing tanah relatif kecil namun bisa menghasilkan keuntungan yang besar.

"Budidaya cacing sangat mudah, risikonya kecil dan tidak membutuhkan keahlian kusus. Sehingga, siapapun bisa yang penting tekun. Dengan modal Rp500 ribu, pembudidaya cacing mendapat hasil Rp2 juta selama tiga sampai empat bulan,” ujar Sekretaris Paguyuban Pembudidaya Cacing Kabupaten Batang, Aji Puspito dilansir dari laman resmi Pemprov Jawa Tengah, Selasa, 30 Juni.

Sementara, Bupati Batang Batang Wihaji mengatakan, budidaya cacing, bisa menjadi solusi alternatif untuk mempertahankan perekonomian warga pada era kenormalan baru.

“Selain dapat membangkitkan ekonomi di saat pandemi, budidaya cacing dapat menciptakan wirausaha yang sejalan dengan program Pemkab Batang, yakni menciptakan 1.000 (orang) wirausaha baru,” ujar Bupati Wihaji.

Budidaya cacing di Batang, Jawa Tengah (Foto: jatengprov.go.id)

Untuk perawatan hewan yang tergolong dalam genus lumbricus ini relatif mudah. Mereka dapat hidup di media serbuk kayu, dan cukup diberi pakan ampas tahu dan limbah sayuran rumah tangga setiap sore hari.

Budidaya ini bermanfaat untuk memproduksi pupuk tanaman berbahan cacing tanah yang difermentasi, serta teh herbal berbahan dasar cacing tanah. Kebutuhan pasar ini cukup tinggi karena stok barang yang kurang. Paguyuban tersebut ditarget tiga ton cacing selama tiga bulan.

Peminat usaha budidaya cacing ini terus bertambah. Saat ini, terdapat 400 orang peternak cacing tanah di Kabupaten Batang yang tergabung dalam paguyuban pengusaha cacing. 

Mereka tersebar di sembilan kecamatan di antaranya Limpung, Reban Banyuputih, Tersono, Bawang, dan lainnya. Melalui paguyuban, para peternak tersebut memasarkan cacing tanah hasil budidaya mereka ke sebuah perusahaan pengolah cacing di Malang, Jawa Timur.