YOGYAKARTA – Pada prinsipnya, pengomposan adalah proses memecah sampah organik menjadi kompos yang menutrisi tanah. Penting diketahui, secara global sejumlah sepertiga makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia hilang atau terbuang. Melansir World Food Programme, Rabu, 23 Agustus, jumlahnya mencapai 1,3 miliar ton per tahun. Sampah makanan tersebut termasuk sampah organik, karena sifatnya mudah membusuk dan terurai di alam. Selain itu, dedaunan, kulit buah, sisa batang sayuran segar, daun, dan ranting juga termasuk dalam jenis sampah organik.
Proses pengomposan mengubah limbah menjadi produk yang dapat digunakan, atau disebut kompos. Kompos dapat membantu mempertahankan dan menutrisi tanah hingga meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dilansir Soil Health, terdapat cara berikut ini untuk pengomposan.
1. Pengomposan aerobik
Bahan organik terurai karena terpapar udara. Panas yang dihasilkan mempercepat pemecahan protein, lemak, dan karbohidrat kompleks. Sehingga waktu pengomposan relatif lebih singkat. Proses ini juga menghancurkan banyak mikroorganisme yang merupakan patogen manusia atau tumbuhan.
Meskipun dengan cara ini banyak unsur hara yang hilang dan membutuhkan campur tangan pengguna. Tetapi pengomposan aerobik lebih efisien dibandingkan pengeomposan anaerobik.
2. Pengomposan anaerobik
Cara yang kedua ini, diproses dengan penyegelan limbah organik dan terhindar dari hama. Keuntungannya cukup rendah membutuhkan campur tangan pengguna tetapi prosesnya lama. Selan itu, jika tidak ada mikroorganisme aerobik yagn dapat menguraikan produk sampingan, kompos perlu diproses lebih lanjut sebelum digunakan pada tanaman.
3. Pengomposan dengan cacing tanah
Spesies cacing tanah tertentu dapat digunakan untuk meningkatkan pengomposan dan menghasilkan kompos unggul secara alami. Cacing tahan tersebut memakan sampah dapur organik, kemudian mencerna lalu mengeluarkan dalam bentuk butiran yagn dikenal sebagai kascing. Selain unsur hara lainnya, kascing kaya akan NPK yang meningkatkan pertumbuhan tanaman, menekan penyakit, meningkatkan porositas dan aktivitas mikroba dalam tahan, serta meningkatkan retensi air dan aerasi. Namun, cara pengomposan yang ketiga ini membutuhkan perawatan relatif tinggi termasuk menangani cacing tanah.
BACA JUGA:
Banyak orang percaya bahwa pengomposan adalah proses yang rumit, berantakan, dan berbau busuk. Hal ini tidak terjadi jika Anda mengikuti proses pengomposan yang benar. Pengomposan sebenarnya sangat sederhana. Cukup ganti lapisan sampah organik atau lapisan hijau dan daun kering, tanah, sabut kelapa dan/atau bioclean atau lapisan coklat, untuk membuat ramuan yang mengubah sampah organik menjadi humus atau kompos.