Terbuka dan Miliki Kebesaran Jiwa, Alissa Wahid Nilai Agus Widjojo Sosok Tepat Rekonsiliasi Tragedi 1965
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, Agus Widjojo (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid, menyebut Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Agus Widjojo, merupakan sosok yang tepat bagi upaya rekonsiliasi tragedi 1965.

"Saya merasa bahwa Pak Agus adalah tokoh yang tepat dalam menyelesaikan fase 65 (tragedi 1965),” kata dia, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Antara, Kamis, 26 Agustus. 

Alissa menyampaikan ini setelah melihat foto Widjojo bersama seorang anak tokoh tahanan politik di forum yang membedah tragedi 1965, yakni Simposium Nasional 65.

Selain itu, sosok Widjojo --putra dari Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Sutojo Siswomihardjo-- sangat terkait dengan tragedi 1965 karena mantan wakil ketua MPR dari Fraksi TNI dan turut menyaksikan peristiwa 65. 

Dari situ, putri dari mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid itu melihat peluang rekonsiliasi dan perdamaian yang sejati bagi tragedi 1965.

Widjojo yang dinilai sosok tepat bagi rekonsiliasi tragedi 1965, juga didasarkan pada beberapa pertemuan antar keduanya, termasuk ketika bertemu di Komnas HAM saat pembicaraan tentang rekonsiliasi 65 dan diisi pemutaran film psikiatri dari Amerika Serikat.

Selain itu, dia menyebut dibutuhkan sosok dengan pikiran terbuka dan kebesaran jiwa dalam membicarakan serta menyelesaikan rekonsiliasi 1965. Sosok dan sikap itu dia refleksikan pula dari buku berjudul 'Tentara Kok Mikir: Inspirasi Out Of The Box Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo' yang berisi mengenai pemikiran serta kehidupan Widjojo yang diluncurkan pada Rabu (25/8).

Menurut dia, sang jenderal merupakan sosok yang paling memiliki kebesaran jiwa dalam memahami tragedi 1965, sebagaimana Gus Dur mengatakan, setiap bangsa akan melewati belokan belokan dalam sejarahnya dan dibutuhkan kebesaran jiwa untuk menerima serta memahami serta menggunakan pelajaran untuk masa depan.

“Ini terefleksikan bagaimana Pak Agus melihat tragedi 1965 dan rekonsiliasinya. Berpikiran terbuka yang menyeluruh sebagai seorang pelaku sejarah,” ujar Alissa. 

Hal senada juga disampaikan aktivis, Dimas Oki Nugroho, dalam acara peluncuran buku berjudul Tentara Kok Mikir: Inspirasi Out Of The Box Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo di Gedung Lembaga Ketahanan Nasional, Jakarta, itu.

Ia menilai Widjojo merupakan sosok yang mampu melihat seluruh dinamika dan tragedi 1965 dengan jiwa yang besar. "Persoalan sekarang adalah kejujuran. Pak Agus menawarkan rekonsiliasi. Sehingga beliau dikenal sebagai rekonsiliator," kata dia.