Andalkan Produk Baru, Indopoly Targetkan Pendapatan Rp2,84 Triliun Tahun Ini
RUPST Indopoly Swakarsa Industry. (Foto: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Produsen kemasan plastik untuk makanan berkemasan, PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL) menargetkan pendapatan tahun ini mencapai 203 juta dolar AS atau Rp2,84 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS). Wakil Presiden Direktur Indopoly Swakarsa Industry Jeffrey Halim mengatakan, untuk mendorong kinerjanya, perseroan mengandalkan produk baru.

Jeffrey mengatakan, proyeksi kinerja keuangan perseroan tahun ini tak akan jauh berbeda dengan pencapaian tahun 2019.

"Dengan bertahan seperti kinerja 2019, itu sudah pencapaian yang luar biasa di situasi pandemi COVID-19 seperti saat ini," kata Jeffrey kepada wartawan usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Indopoly di Jakarta, Rabu 25 Juni kemarin.

Jeffrey menjelaskan, penjualan dan laba bersih perseroan yang turun pada 2019 disebabkan oleh penurunan harga bahan baku produksi. Pasalnya, menurut Jeffrey, harga jual produk perseroan mengikuti harga bahan baku dan permintaan konsumen.

Namun ia menuturkan bahwa secara kuantitas, total produksi perseroan cenderung stabil. Hingga akhir 2019, perseroan mencatatkan total produksi sebesar 89.964 ton dibandingkan 2018 yang sebanyak 89.724 ton.

Sementara untuk mendorong kinerja perseroan, pihaknya telah menyiapkan beberapa strategi. Pertama, perseroan akan mengandalkan produk barunya, yaitu Ultra High Barrier White Opaque Metalized BOPP Film yang merupakan salah satu alternatif pengganti aluminium foil.

Film ini memiliki satu sisi yang berwarna putih, namun memiliki sisi metalize yang berfungsi sebagai barrier. Warna putihnya akan menghilangkan penggunaan tinta putih pada kemasan, sehingga bisa mengurangi penggunaan pelarut organik saat proses printing.

Menurut Jeffrey, potensi dari permintaan produk ini masih sangat besar karena kebutuhan konsumen akan penggunaan kemasan yang lebih ramah lingkungan dan sustainable. Produk ini juga bisa digunakan untuk mengurangi jumlah lapisan dalam kemasan fleksibel dalam rangka pengurangan carbon footprint.

Dengan adanya pandemi COVID-19 ini, kata Jeffrey, bahan kemasan sangat diperlukan masyarakat. Pasalnya saat ini orang lebih banyak makan di rumah.

"Makanan kemasannya harus bersih. Hal ini membuat flexible packaging yang kami miliki dibutuhkan, karena barang kami itu yang paling ekonomis dan memiliki proteksi yang baik untuk makanan," papar dia.

Sebagai informasi, perseroan membukukan penjualan sebesar 203,25 juta sepanjang 2019 atau turun 3,9 persen dibandingkan periode sama tahun 2018 sebesar 211,57 juta dolar AS. Laba bersih tercatat sebesar 4,22 juta dolar AS atau turun 15,25 persen dari 4,85 juta di tahun sebelumnya.