Gorontalo Produksi <i>Hand Sanitizer</i> Berbahan Alkohol Cap Tikus
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie (Foto: Diah Ayu Wardani)

Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Gorontalo Rusli Habibie memperkenalkan produk cairan pembersih tangan atau hand sanitizer asal daerahnya. Produk ini berbahan dasar alkohol cap tikus. Cap Tikus adalah minuman keras khas Sulawesi Utara.

Rusli menjelaskan, alasan pihaknya memproduksi hand sanitizer berbahan cap tikus. Kata dia, sejak pandemi COVID-19 melanda, masyarakat Gorontalo sulit mendapat hand sanitizer karena langkanya bahan baku alkohol di provinsi tersebut. 

Saat itu, Polda Sulawesi Utara tengah berencana memusnahkan barang bukti minuman keras cap tikus sebanyak 40 ton. Sebab, minuman ini dilarang beredar secara bebas. Dari sana ide itu muncul.

"Itu sayang kalau dibuang-buang. Sehingga, saya langsung telepon Gubernur Sulawesi Utara (Olly Dondokambey), menawarkan kerja sama. Petani anda tidak rugi (memproduksi cap tikus, red), masyarakat saya juga juga tidak rugi, sehingga ini jadi hand sanitizer yang berkualitas," kata Rusli dalam diskusi virtual bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Rabu, 24 Juni.

Maka, kerja sama dilakukan dengan pembuatan nota kesepahaman (MoU) antara pemerintah daerah Gorontalo dengan Sulawesi Utara. Produsen diperkenankan memproduksi alkohol cap tikus, dengan catatan hanya dijadikan hand sanitizer.

Pengolahan hand sanitizer berbahan dasar cap tikus dibuat oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Provinsi Gorontalo. Lalu, cairan pembersih tangan ini dibagikan kepada masyarakat, sehingga mereka tidak kesulitan mencari hand sanitizer.

"Akhirnya, kita coba ubah (cap tikus) menjadi hand sanitizer. Hasilnya bagus, kadar alkoholnya bisa mencapai 70 persen," tutur Rusli.

Seperti diketahui, beberapa bulan lalu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian pernah meminta para perusahaan yang memproduksi minuman keras beralih usaha membuat hand sanitizer selama masa pandemi COVID-19. 

Hal ini dibutuhkan untuk meningkatkan stok hand sanitizer di pasaran. Sebab, jika cairan pembersih tangan tersebut langka, akan ada oknum yang memanfaatkannya dengan menaikkan harga jual.

Pengalihan produksi dari miras menjadi hand sanitizer dianggap tepat karena keduanya sama-sama berbahan dasar alkohol yang mampu membunuh kuman, bakteri, hingga virus. 

"Perusahaan-perusahaan kimia, home industry yang tadinya dipakai buat minuman, buat arak, tuak, cap tikus, berhenti (memproduksi, red) minuman-minuman itu. Alihkan membuat alkohol sanitizer untuk antiseptik," ujar Tito pada Jumat, 11 April. 

Tito menilai alkohol bisa menjadi senjata untuk membunuh virus corona yang mewabah di Indonesia. Syaratnya, alkohol tersebut mesti memiliki kandungan di atas 65 persen, lalu sudah diracik dalam bentuk sanitizer dan antiseptik. 

"Komisi kesehatan China, mereka sudah melakukan penelitian (bahwa, red) virus tak kuat dengan alkohol atau etanol 70 sampai 73 persen. Lalu, (virus, red) juga tidak kuat dengan disinfektan yang mengandung pemutih, serta tidak kuat dengan asam yang keras seperti karbon," jelas dia.