Bagikan:

JAKARTA - Koalisi Masyarakat Profesi dan Asosisasi Kesehatan (Kompak) mengeluarkan pernyataan sikap terhadap kondisi pandemi COVID-19 yang telah berjalan selama satu setengah tahun.

Dalam pernyataannya, salah satu anggota Kompak, Ketua Umum PP Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi menuturkan pemerintah masih belum bisa konsisten mengatasi pandemi dengan prioritas masalah kesehatan.

"Sudah 1,5 tahun bangsa Indonesia berjuang melawan Pandemi COVID-19. Berbagai upaya telah dilakukan, namun kondisi saat ini menunjukkan bahwa kasus COVID-19 masih belum dapat diatasi. Pemerintah tampak masih belum konsisten dalam memprioritaskan masalah kesehatan sebagai fokus penanganan pandemi COVID-19," kata Emi dalam pembacaan pernyataan sikap secara virtual, Rabu, 18 Agustus.

Emi memandang, kasus konfirmasi COVID-19 masih tinggi meski tak lagi berada di puncak kasus. Berdasarkan data tanggal 17 Agustus 2021, jumlah total kasus konfirmasi Covid19 telah mencapai 3.892.479 kasus, di mana Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-13 dunia.

Ada pun angka kematian harian akibat Covid-19 sebanyak 1.180 orang, sehingga total angka kematian akibat Covid-19 sebanyak 120.013 orang.

"Sekalipun kasus konfirmasi sudah mengalami penurunan akan tetapi angka kematian masih tinggi, bahkan Indonesia beberapa kali mencatat rekor kasus kematian harian tertinggi di dunia," ucap Emi.

Tak hanya itu, telah banyak dokter dan tenaga kesehatan yang telah gugur dalam perjuangan menghadapi pandemi COVID-19, di antaranya 640 dokter, 98 dokter gigi, 637 perawat, 377 bidan, 59 apoteker, 34 ahli gizi, 13 ahli kesehatan masyarakat, dan 33 ahli teknologi laboratorium.

"Padahal, sumber daya manusia kesehatan merupakan kunci dari ketahanan sistem kesehatan dalam menghadapi pandemi COVID-19," tuturnya.

Kemudian, capaian vaksinasi pun dianggap masih rendah. Pemerintah telah menetapkan target sasaran vaksinasi sebanyak 208.265.720 orang. Namun, sampai tanggal 17 Agustus 2021 capaian vaksinasi dosis 1 baru mencapai 26,4 persen dan dosis 2 hanya 14 persen. Capaian ini, kata Emi, masih sangat jauh dari target yang ditetapkan.

Selanjutnya, pelaksanaan 3T (testing, tracing, dan treatment) masih belum maksimal. Jika mengacu pada standar WHO, dengan melihat positivity rate Indonesia (15 - <25 persen), maka seharusnya dilakukan testing 10 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang per hari.

"Target ini masih belum tercapai. Testing di Indonesia juga masih belum berbasis hasil tracing (testing epidemiologi), akan tetapi masih di dominasi testing yang bersifat screening seperti untuk perjalanan dinas atau luar kota," ungkap Emi.

Sebagai informasi, Kompak terdiri dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (Adinkes).

Kemudian, Perkumpulan Profesi Kesehatan Tradisional Komplementer Indonesia (PP Kestraki), Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Indonesia, Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (Patelki), Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), dan Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu).