Ternyata, 24,3 Persen Anak yang Bersedia Divaksin Alasannya Demi Bisa Sekolah Tatap Muka
Ilustrasi-Anak sekolah menerima vaksin di Jatim (Foto: Humas Pemprov Jatim)

Bagikan:

JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melalukan survei mengenai pelaksanaan vaksinasi COVID-19 anak usia 12 hingga 17 tahun. Survei dilakukan kepada 86.298 anak sekolah.

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti menuturkan, dari lebih 86 ribu anak, sebanyak 88,2 persen mengaku bersedia divaksinasi COVID-19. Lalu, 8,5 persen anak menyatakan ragu. Kemudian, 3,3 persen anak menolak divaksin.

Ternyata, 1 dari 4 anak atau sebesar 24,3 persen anak yang bersedia divaksin memiliki alasan agar dirinya bisa mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.

"Alasan responden bersedia divaksin di antaranya adalah sebanyak 47,3 persen menyatakan bahwa keinginannya vaksin agar tubuhnya memiliki antibodi, 24,3 persen menyatakan agar segera dapat mengikuti PTM karena pembelajaran jarak jauh (PJJ) saat ini susah untuk di mengerti," kata Retno dalam keterangannya, Selasa, 17 Agustus.

"Sisanya, sebanyak 28,4 persen responden menyatakan alasan lainnya, misalnya karena dibujuk orangtuanya, merasa ini kewajiban, agar bisa berpergian kemana saja, dan ada yang menyatakan agar terus dapat bantuan social dari pemerintah," lanjut dia.

Sementara, pada anak yang tidak bersedia divaksin, 36,7 persennya menyatakan khawatir pada efek vaksin. Lalu, sebanyak 15,3 persen merasa tidak perlu divaksin karena yang penting menerapkan protokol kesehatan.

Kemudian, 10 persen di antaranya memiliki kormobid sehingga secara medis tidak bisa di vaksin, sebanyak 8 persen tidak yakin dengan merek vaksin tertentu, 15 persen yakin bahwa kalau anak terinfeksi COVID-19 gejalanya ringan bahkan kadang tidak bergejala, 8 persen merasa divaksin tak menjamin dirinya tidak tertular COVID-19, dan 7 persen tidak diizinkan orangtuanya untuk vaksin.

Retno juga menuturkan bahwa dari yang menyatakan bersedia di vaksin tersebut, baru 35,9 persen anak yang sudah beruntung mendapatkan vaksin, sedangkan 64,1 persen di antaranya belum divaksin.

"Dari jumlah 64,1 persen yang belum divaksin tersebut, 57,4 persen responden menyatakan belum divaksin karena belum berkesempatan mendapatkan vaksin. Kemungkinan data ini menggambarkan bahwa ada persoalan vaksinasi anak yang belum merata di berbagai daerah di Indonesia," jelas Retno.

Diketahui, survei ini dilakukan pada tanggal 3 hingga 9 Agustus 2021 menggunakan aplikasi google form. Partisipan/responden terdiri dari jenjang pendidian SD/MI, SMP/Mts, MA/SMA/SMK, termasuk sekolah luar biasa (SLB).

Adapun asal daerah para partisipan berasal dari 34 Provinsi di Indonesia, bahkan diikuti juga peserta didik dari sekolah Indonesia luar negeri (SILN).