Penusukan di Kota Reading Inggris Berkaitan dengan Terorisme, 3 Tewas dan 3 Lainnya Dirawat
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Sebanyak 3 orang tewas dan 3 orang lainnya dibawa ke rumah sakit akibat tusukan pelaku berusia 25, di kota Reading, Inggris Selatan, Minggu, 22 Juni.

Melansir Reuters, polisi mengatakan, aksi ini adalah sebuah serangan teroris. 

Detektif mengatakan, seorang pria berlari ke sebuah taman di Reading, sekitar 65 km barat London, saat penduduk setempat menikmati matahari sore hari Sabtu, dan menyerang orang-orang dengan pisau. Setelah itu, petugas datang dan melumpuhkan pelaku. 

Polisi mengatakan seorang pria berusia 25 tahun yang tidak disebutkan namanya itu, awalnya ditahan atas dugaan pembunuhan, kini disangkakan dengan Undang-Undang Terorisme. 

"Penyelidikan terus bergerak dengan langkah cepat," kata Kepala Detektif Inspektur Kath Barnes, kepala unit anti-terorisme regional.

Sumber keamanan Barat, yang tidak bersedia namanya disebutkan, mengatakan kepada Reuters, pria yang ditangkap itu adalah seorang warga Libya bernama Khairi Saadallah.

Sumber tersebut mengatakan, Saadallah telah dipantau badan keamanan domestik Inggris MI5 tahun lalu, karena dia ingin bepergian untuk tujuan ekstremis, meskipun rencananya tidak membuahkan hasil.

Akhirnya, Saadallah tidak pernah diselediki lebih lanjut, kata sumber itu.

Awalnya polisi dan pemerintah mengatakan serangan Saadalah di taman Reading, bukan terorisme. Tetapi petugas polisi anti-terorisme paling senior di Inggris, Neil Basu mengatakan, setelah petugas bekerja sepanjang malam dan akhirnya menyatakan insiden tersebut terkait terorisme.

"Ini adalah kekejaman," kata Basu. "Dari penyelidikan kami yang dilakukan sejauh ini, petugas tidak menemukan apa pun yang menunjukkan bahwa ada orang lain yang terlibat dalam serangan itu, dan saat ini, kami tidak mencari orang lain sehubungan dengan insiden ini."

Sementara itu, motivasi penyerangan ini belum jelas. Para korban juga belum diidentifikasi secara resmi. Tetapi, sebuah sekolah di kota terdekat mengatakan salah satu gurunya, James Furlong, telah terbunuh atas aksi tersebut.

Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan dia "terkejut dan muak" dengan serangan itu. Dia menegaskan, Inggris akan mengubah hukum jika diperlukan untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

"Jika ada pelajaran yang perlu kita pelajari ... kita akan belajar pelajaran itu dan kita tidak akan ragu untuk mengambil tindakan jika perlu," katanya.

Kronologi

Seorang saksi mengatakan, serangan itu dimulai di Reading's Forbury Gardens, ketika seorang pria tiba-tiba berteriak dan kemudian berbelok ke arah sekelompok orang dan mulai menikam mereka.

"Dia melesat ke arah berlawanan arah jarum jam, mendapatkan satu, pergi ke yang lain, menusuk yang berikutnya, ke yang lain, menusuk yang berikutnya," Lawrence Wort, 20, mengatakan kepada BBC TV. "Dia berdiri dan saya melihat pisau besar di tangannya, mungkin setidaknya 5 inci (13 cm) minimum."

Serangan itu terjadi setelah demonstrasi Black Lives Matter oleh pengunjuk rasa anti-rasisme di taman yang berakhir tiga jam sebelumnya. Tetapi Basu mengatakan dua insiden itu tidak terkait.

Sementara, akibat pembatasan coronavirus di Inggris, berarti tempat-tempat seperti pub tutup. Ini membuat banyak orang di Inggris berkumpul di taman pada malam hari untuk bertemu teman.