JAKARTA - Seorang pemimpin gerakan hak sipil di Amerika Serikat (AS), Jesse Jackson telah menulis surat kepada Perdana Menteri Belanda Mark Rutte untuk memintanya mengakhiri penggunakan karakter asisten Sinterklas, Piet Hitam untuk acara apapun.
Kamis, 18 Juni, Jackson mengatakan, karakter yang biasa hadir pada saat Natal disebutnya sebagai peninggalan rasisme ala era kolonial. Melansir Reuters, Jackson mengangkat persoalan Piet Hitam karena terpicu momentum gerakan antirasisme yang meluas ke seluruh dunia, termasuk Belanda. Debat tentang 'pelestarian' Piet Hitam pun meluas ke seantero Belanda.
"Saya menulis surat ini untuk mendesak Anda supaya memerhatikan hati nurani Anda dan melakukan apa yang Anda yakini dan benar," tulis Jackson kepada Rutte dalam surat yang dikirim melalui Kedutaan Besar Belanda di Washington yang diterima di Den Haag.
“Piet Hitam tidak dapat dipisahkan dari tradisi wajah hitam yang sangat menyinggung di Amerika Serikat. Tradisi Piet Hitam 5 Desember dipandang sebagai peninggalan zaman kolonial. Saya percaya dengan kepemimpinan Anda, orang-orang Belanda yang baik akan merespons secara positif untuk melarang Piet Hitam yang menyinggung dan rasis, untuk selamanya. Seluruh dunia menyaksikan,” tambahnya.
Dalam tradisi Belanda, Piet Hitam digambarkan oleh orang kulit putih dengan penampilan penuh cat wajah hitam pada wajah dan mengenakan wig keriting serta gincu merah. Dalam tradisi, ia hadir setiap tanggal 5 Desember, membantu Sinterklas membawa hadiah kepada anak-anak.
BACA JUGA:
Kelompok lain tetap mendukung keberadaan Piet Hitam. Dukungan berlandaskan pada teori bahwa warna hitam pada Piet berasal dari cerobong asap, bukan rasisme.
Namun, Rutte sendiri telah mengatakan pada 2013 terkait Piet Hitam memang berasal dari warna kulit hitam. Maka, dirinya tak bisa berbuat banyak tentang hal itu.
Tetapi baru-baru ini, dirinya mengatakan pandangannya terhadap Piet Hitam mulai berubah. Apalagi, Rutte telah berjumpa dengan orang-orang, termasuk anak kecil yang menuangkan isi hatinya terkait Piet Hitam.
“Saya merasa sangat diskriminasi berucap Piet berkulit hitam,” ujarnya. "Saya berharap dalam beberapa tahun tidak akan ada lagi Piet Hitam."